Menghadiri pernikahan bagi orang
seumuran saya mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Padahal, masih sangat
hangat kenangan dalam memori saya betapa dulu saya malas-malasan untuk
mengikuti dan menganggap bahwa acara semacam itu hanya untuk orang dewasa saja.
Mungkin waktu itu, yang membuat saya akhirnya mau ikut karena memang diajak
orang tua dan juga urusan “perut”. Tetapi, seiring berjalannya waktu, pemikiran
itu berubah sedikit demi sedikit. Memasuki usia berkepala dua membuat saya mau
tak mau menghadiri berbagai resepsi pernikahan teman-teman seperjuangan saya,
kakak kelas, teman ayah, teman ibu, bahkan sampai adik kelas saya sendiri. Ya,
mungkin juga sudah masanya. Masa dimana menghadiri pernikahan menjadi sesuatu
yang sangat lumrah bahkan sering terpikir untuk selalu mengajak teman wanita
untuk menghadirinya. Entah, itu pemikiran darimana, tetapi seakan pikiran itu
hadir begitu saja menyelinap ke dalam otak tanpa bisa dikendalikan, padahal
belum tentu juga teman cewek yang saya ajak mau untuk menghadiri pernikahan.
‘alaa kulli haal, menghadiri pernikahan sesuai hadits Nabi merupakan suatu
kewajiban bagi kita dalam konteks menjawab undangan yang ditujukan kepada kita.
Terlepas dari itu, momen pernikahan menjadi ajang untuk bertemu kawan lama.
Maklumlah, mahasiswa semester akhir mungkin hanya sesekali bertemu di kampus
untuk urusan seminar proposal, ujian kompre, dan ujian skripsi. Mungkin di luar
itu sudah sangat jarang sekali. Karena memang sudah sibuk sendiri-sendiri. Ada
yang lagi ayik-asyiknya dengan bisnis yang dibagunnya, ada yang terus
bersemangat menyelesaikan tanggungan skripsinya, termasuk saya. Ada pula yang
keasyikan nge-trip kesana kemari, ada pula yang kerjaannya jalan-jalan melulu
setiap hari. Ya memang sekali lagi sudah masuk masanya yang seperti ini. Masa
yang menyenangkan dan menyulitkan. Menyenangkan karena memang kita dalam hal
studi akan segera usai, tetapi juga menjadi momen menyedihkan tatkala sebentar
lagi kita akan berpisah dengan teman-teman seperjuangan di bangku perkuliahan
yang menemani kita selama 4 tahun ini. Akhirnya, selamat garap skripsi. Ingat,
jadilah kebanggaan orang tua dengan menghadiahkan gelar sarjana dan tentu saja
nantinya harus dilengkapi dengan menghadiahkan suami atau istri sebagai hadiah
terindah bagi keduanya. Selamat malam, selamat melanjutkan mimpi yang tertunda.
April 23, 2016
Menghadiri Pernikahan
Penulis blog
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat
Posting Komentar