Metode
menerjemahkan Al-Qur’an terbaru ditemukan oleh Ustadz Taufiq. Metode ini lahir
dari pemikiran Beliau pada tahun 1999 yang terus dikembangkan sampai sekarang. Metode
ini terkenal dengan formula 4321. Metode An-Nashr ini dijadikan salah satu mata
pelajaran wajib di yayasan An-Nashr Wajak. Berbagai lembaga telah mengunjungi
yayasan ini. Menurut penuturan Beliau, Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam
hendaknya dibaca, dipahami, lalu dipalikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Beliau, bila Al-Qur’an diajarkan sejak kecil, maka nilai-nilai Al-Qur’an akan melekat pada diri anak dan menjadi proteksi yang baik ketika mereka tumbuh dewasa. Diharapkan nantinya nilai-nilai Al-Qur’an tersebut mampu merubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik. Sayang seribu sayang, banyak sekali di zaman modern ini kalangan yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak paham artinya sehingga nilai-nilai Al-Qur’an tidak tampak dalam kehidupan mereka. Akibatnya, permasalahan yang ditemukan di masyarakat tidak dapat terselesaikan dengan Al-Qur’an. Harapan Beliau, metode An-Nashr ini dapat menjadi solusi tepat dan cepat dalam memahami Al-Qur’an. Metode An-Nashr sangat sesuai bila diterapkan di TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) dan juga madin (madrasah diniyah).
Menurut Beliau, bila Al-Qur’an diajarkan sejak kecil, maka nilai-nilai Al-Qur’an akan melekat pada diri anak dan menjadi proteksi yang baik ketika mereka tumbuh dewasa. Diharapkan nantinya nilai-nilai Al-Qur’an tersebut mampu merubah perilaku masyarakat menjadi lebih baik. Sayang seribu sayang, banyak sekali di zaman modern ini kalangan yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak paham artinya sehingga nilai-nilai Al-Qur’an tidak tampak dalam kehidupan mereka. Akibatnya, permasalahan yang ditemukan di masyarakat tidak dapat terselesaikan dengan Al-Qur’an. Harapan Beliau, metode An-Nashr ini dapat menjadi solusi tepat dan cepat dalam memahami Al-Qur’an. Metode An-Nashr sangat sesuai bila diterapkan di TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) dan juga madin (madrasah diniyah).
Tahun 1999 beliau mulai menulis kamus
kosakata Al-Qur’an di Jakarta. Kamus ini selesai selama 3 tahun. Pada 2004,
beliau pulang kampung dan mengajar mengaji anak-anak. Beliau mengajak anak-anak
kampung yang tidak ada kegiatan setelah maghrib untuk kemudian Beliau ajarkan
metode An-Nashr.Pada tahun 2008 sampai 2009 akhirnya Beliau memutuskan untuk
membuat sekolah formal yang di dalamnya diajarkan metode An-Nashr. Metode
An-Nashr memiliki formula 4321. Jadi, pertama-tama guru membaca arti per kata
sebanyak 4 kali dalam 1 ayat, dilanjutkan dengan membaa arti per kata di ayat
yang sama sebanyak 3 kali, begitu seterusnya sampai arti per kata dibaca 1
kali.
Metode ini telah dibukukan dan terbagi
ke dalam 2 buku pegangan. 1 buku adalah pegangan guru yang dilengkapi dengan
arti per kata dan 1 buku pegangan murid yang tidak dilengkapi dengan arti per
kata. Pembelajaran metode An-Nashr dimulai dari juz 30 surat An-Naas. Metode
ini sengaja memilih juz 30 sebagai awal menerjemahkan ayat Al-Qur’an karena juz
30 ayat suratnya pendek-pendek sehingga menumbuhkan semangat untuk berkompetisi
di kalangan murid. Dalam buku panduan hanya disediakan metode menerjemah juz 30
dan 29 lalu selebihnya diserahkan kepada pengajar masing-masing. Tahapan
mengajar metode An-Nashr dimulai dengan penerjemahan mufrodat (kosakata),
dilanjutkan dengan menyusun per kalimat, lalu bagaimana mendengar, memahami,
baru kemudian diajarkan kaidah-kaidah bahasa Arab. Menurut hasil uji coba awal,
untuk menerjemahkan 1 juz diperlukan waktu 20 menit dalam 1 hari selama 3
bulan.
Beliau meski hanya lulusan SMP dan
mengikuti Ujian Paket C untuk lulus SMA, tetapi semangatnya dalam mengembangkan
metode An-Nashr begitu besar. Saat ini, beliau sedang menyelesaikan kuliah S1
di usianya yang tak lagi muda. Menurut beliau jika kita menolong agam Allah,
maka kita akan ditolong, serta lakukanlah yang terbaik di dunia ini agar kelak
mendapatkan balasan syurgaNya. (Amin/red)