Rabu lalu, 15 Agustus 2018, aku kembali pulang. Kepulangan kali ini sebab agenda persiapan pernikahan yang kurang lebih sebulan lagi akan dilaksanakan. Pagi hari, aku sudah tak sabar menunggu Ustad Taufiq untuk memohon izin. Menjelang pukul 8 pagi, aku berhasil mendapat izin itu. Setelah menyetrika baju dan bersih diri serta sarapan, aku pergi menuju indekos salah seorang teman semasa kuliah S2. Aku juga meminjam buku persiapan menikah karya Arif Rahman Lubis dari salah seorang teman. Aku berbincang banyak seputar perkuliahan dan tentu saja kehidupan remaja. Menjelang Zuhur, kami berdua salat Zuhur di masjid dekat indekos temanku. Setelahnya, aku memutuskan untuk segera pulang ke mahad untuk persiapan pulang ke Bojonegoro.
Menjelang pukul dua siang, bus telah meluncur menuju Surabaya. Sekitar pukul empat sore, bus selanjutnya pun berangkat dari Surabaya menuju Bojonegoro. Jalanan sedikit macet. Ada karnaval di beberapa titik. Perjalanan yang rencananya hanya ditempuh sekitar lima jam, molor menjadi enam jam. Pukul 8 malam, aku akhirnya sampai di rumah dengan selamat. Aku berbincang banyak dengan ayah ibu. Aku bersih diri, makan malam, dan akhirnya istirahat.
Kamis, 16 Agustus 2018
Pagi ini, kamu hadir kembali. Setelah hampir sebulan lalu kita berdua berjumpa di Kota Sejuta Rindu, hari ini rasanya rindu itu kembali menemukan penawarnya. Hari ini kutunggu dirimu di rumah. Rencananya, hari ini kita berdua akan berfoto di studio untuk syarat berkas pernikahan di KUA. Menjelang pukul 11 siang, dirimu datang. Kusambut dengan penuh kebahagiaan. Kita berdua menuju studio foto Cahaya Asia untuk mengambil foto sebagai persyaratan berkas pernikahan di KUA. Tak butuh waktu lama menunggu hasil foto tersebut tercetak. Kita habiskan untuk mengobrol di ruang tunggu. Canda tawa kembali memcairkan suasana. Ah, aku selalu merindukan hal-hal semacam ini. Terus begini ya sampai nanti. Setelah foto tercetak, kita berdua pulang ke rumah. Setelah salat Zuhur, aku, kamu, ibu, dan Dik Luqman makan siang bersama. Obrolan kembali bergulir. Setelah selesai makan siang, kamu pulang ke Bakung. Sampai jumpa esok hari.
Jumat, 17 Agustus 2018
Dirgahayu Indonesia ke-73. Merdeka. Pekik merdeka dan kibaran bendera merah putih, lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya menghiasi Hari Kemerdekaan Indonesia ke-73 kali ini. Upacara diadakan di berbagai tempat. Tapi, aku sendiri hanya menyaksikan siaran upacara bendera dari istana negara melalui saluran televisi.
Pagi ini kau datang lagi ke rumah. Seragam KORPRI yang kau kenakan menambah pesona dirimu. Ah, you are so beautiful, Bu Guru. :) Kukira dirimu mengikuti upacara di alun-alun kota seperti yang dilakukan oleh Adikku. Ternyata, dirimu melaksanakan upacara di sekolah.
Kusambut dirimu dengan senyum terkembang. Kita berbincang di ruang tamu. Ibu dan ayahku menemuimu beberapa saat kemudian. Obrolan bergulir sampai akhirnya kita bersama menyaksikan siaran upacara hari kemerdekaan di istana negara melalui televisi. Setelah siaran selesai, kita berdua pergi membeli beberapa kain. Perbincangan hangat kembali menghiasi pertemuan kita berdua. Setelah selesai, kita pulang ke rumah, dan kau pun pamit untuk pulang ke Bakung.
Sore hari selepas Asar, aku bersama keluarga menjemputmu di Bakung. Rencananya sore ini, kita bersama menuju Babat untuk mengukur baju pengantin. Sekitar pukul lima sore, kita telah sampai di Salon Yusi.
Aku pun mencoba jas yang akan kupakai ketika resepsi. Ayah pun seperti itu. Ternyata, kamu pun mencoba gaun yang akan dipakai nanti ketika resepsi. Aku mengambil beberapa gambar dirimu mengenakan gaun tersebut. Aih, dirimu sudah seperti bidadari yang turun dari surga. Cantik dan anggun tentu saja.
Setelah semua urusan selesai, kita pun pulang ke Bakung. Karena Magrib sudah tiba, kita memutuskan untuk salat Magrib terlebih dahulu di Masjid Al-Muawanah, masjid yang juga pernah menjadi persinggahan saat kita berdua pulang bersama menjelang Idulfitri beberapa waktu lalu. Setelah selesai, kita lanjutkan perjalanan menuju Bakung.
Menjelang Isya, dua keluarga makan bersama. Persis seperti yang dilakukan ketika pertama kali diriku mengunjungi rumahmu. Ada kebersamaan yang terus dibangun. Ada cerita yang dibagi dengan cuma-cuma. Ada kehangatan yang merasuk dalam jiwa.
Setelah selesai makan malam, keluargaku izin pamit pulang ke rumah. Terima kasih untuk hari ini. Semua akan terkenang. Semua begitu berharga sebab kita menjalaninya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan serta rasa cinta.
Sabtu, 18 Agustus 2018
Entah mengapa, rindu untuk bertemu kembali menyeruak. Ia terus saja melompat-lompat dari ingatan untuk menemukan penawarnya. Ia layaknya anak kecil yang terus merengek meminta perhatian dari orang tuanya. Malam ini aku bersama keluarga nengikuti tasyakuran kemerdekaan yang diadakan oleh RT 002 RW 001 bertempat tepat di depan rumah.
Malam ini, kau menuliskan sajak tentang rindu yang terus menggebu. Aku pun merasakan hal yang sama. Kutimpali pernyataanmu bahwa sepertinya rindu ini adalah efek dari lama tidak bertemu, juga sebab esok aku sudah harus kembali ke rantau untuk melanjutkan aktivitas di sana.
Duhai rindu, bersabarlah sejenak.
Sebentar lagi semua penantian itu akan selesai.
Terbalut restu bersama janji suci yang mengikat dua insan.
Tentang janji untuk saling membersamai, menguatkan, dan saling menopang sepanjang sisa kehidupan.
Untukmu, Adikku yang selalu kurindukan senyum manisnya.
Bersabarlah, akan tiba masanya semua akan tampak begitu indah.
Akan tertuntaskan rindu ini setuntas-tuntasnya.
Di bawah nanungan rida-Nya, bersama restu yang terenda.
Malang, 19 Agustus 2018 16:46