Pagi ini, Ahad, 8 Desember 2019, saya berkesempatan hadir dalam acara Talkshow Parenting bersama Kak Abyz dari Pondok Parenting dan pendongeng Kak Tyaz Gendhong. Acara ini adalah rangkaian event literasi di @ketemubukumalang4 @pameranbuku. Berikut beberapa hal yang saya dapatkan dari talkshow kali ini.
Bahwa apa pun kondisi orang tua ketika mendongeng, anak selalu senang. Maka, lakukan semuanya dari hati. Ada pertanyaan bagaimana cara membangun karakter anak tanpa mengurangi kesibukan bekerja? Saat ini, kita dimudahkan oleh teknologi. Optimalkan manfaat kemajuan teknologi. Selalulah membersamai anak lewat telepon, video call yang isinya respon positif.
Lalu, kalau telepon jangan formal-formal. Ketika berkomunikasi via telepon atau video call sebauknya lebih kepada sharing. Komunikasi harus hangat, jangan jaim jaiman. Misalnya cerita tentang keseruan hari ini, lalu nanti baru menuju ke inti pembicaraan. Selingi dengan humor agar lebih mencairkan komunikasi.
Saat ini rumah lebih difungsikan sekadar house bukan home. Rumah hanya sebagai tempat makan dan istirahat. Interaksi sehat masih kurang antara suami dan istri, juga dengan anak. Coba fungsikan rumah sebagai home (suasana), jangan hanya house (bangunan). Dengan begitu, maka keluarga akan semakin betah di rumah. Setiap orang tidak hanya fokus pada gawai masing-masing, tetapi fokus pada membangun keluarga yang benar-benar mau hadir sepenuhnya dan sesadar-sadarnya saat itu.
Apa saja manfaat mendongeng?
1. Menambah imajinasi anak
2. Orang tua bisa lebih banyak menulis cerita
3. Punya memori yang bagus
4. Bertanya banyak hal ke orang tua.
Hendaknya ambil kisah keseharian. Jangan langsung ke cerita yang terlalu imajinatif. Jadikan kisah sebagai solusi masalah yang dihadapi anak.
Dalam mengasuh, jangan pakai persepsi kita kepada anak. Misalnya yang terbaik, yang boleh, dan seterusnya semua menurut pandangan kita. Teknik kepengasuhan berbeda di tiap fase. Hendaknya kita belajar teknik komunikasi efektif di tiap fase agar semua pesan sampai dengan tepat kepada anak.
Sekadar cerita, Kak Abyz punya anak pertama yang suka main game. Awalnya hal ini dibawa oleh ayahnya yang sepertinya kalau suntuk bekerja di kantor, memanfaatkan waktu untuk bermain game. Kebiasaan main game ini dibawa ke rumah. Maka, ada kontradiksi antara bunda yang melarang main game dengan ayah yang menggunakan media main game sebagai cara mengasuh. Akhirnya ketemu solusi dengan main game bareng. Setiap kemenangan ayah dan bunda akan bersorak.
Selain main game bareng, bunda juga meminta sang anak untuk mengajarinya bahasa Inggris dari game. Akhirnya sang anak sering membuka kamus, mengajari ibunya bahasa Inggris dan sesekali menggambar semacam komik. Akhirnya, bunda tahu potensi sang anak pada menggambar. Sang anak menjadi lebih sibuk menggambar daripada main game. Di saat teman-temannya sibuk mempersiapkan UN, sang anak malah fokus menyelesaikan komik pertamanya.
Maka, marilah mengoreksi cara kita mengasuh. Ketahui kesalahan-kesalahan parenting di masa lalu supaya tidak terulang kembali ketika nanti kita punya anak. Belajar dari kesalahan juga merupakan satu cara yang efektif. Terlebih belajar dari pengalaman.
Pesan berikutnya, jangan membanding-bandingkan anak. Setiap anak itu unik. Bayangkan di antara sekian juta sel sperma, hanya satu yang dapat menhuahi sel telur. Maka sesungguhnya setiap anak itu baik. Cara mengatasi membanding-bandingkan anak adalah bayangkan seolah-olah kita yang dibandingkan oleh anak. Tentu kita tidak mau dibandingkan dengan orang tua lainnya dalam mengasuh. Pun dengan anak.
Berikut adalah kebutuhan dasar emosi anak, yaitu
1. Merasa disayangi
2. Merasa aman
3. Merasa dipercaya
Ketiganya harus dipenuhi. Kalau ketiganya tidak ada, maka akan ada luka batin yang belum sembuh. Efek buruknya, suatu saat perasaan tidak disayangi, tidak aman, dan tidak dipercaya akan terulang kembali ketika punya anak.
Maka, jangan mengulang kesalahan parenting masa lalu. Putus mata rantai kesalahan parenting mulai saat ini. Syaratnya harus ada kemauan dari diri sendiri. Kita harus merasa ada yang harus diperbaiki. Kita harus belajar lagi. Lebih banyak luangkan waktu untuk belajar parenting lalu dipraktikkan dalam kehidupan. Belajarlah sepanjang waktu karena masalah anak akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Anak yang patuh belum tentu baik baik saja. Dia tampak menurut, tetapi jangan-jangan di dalam hatinya ada yang disembunyikan. Sebaliknya, anak yang ekspresif belum tentu bermasalah. Karena dia begitu terbuka. Mari mengubah mindset kita terlebih dulu tentang anak penurut dan anak ekspresif.
Cara mengasuh untuk anak di periode pertama (sekitar usia TK) adalah perlakukan seperti raja. Dibujuk, dirayu. Berikan apresiasi bukan perintah. Misal, alhamdulillah, anak bunda sudah pintar. Sudah boleh meletakkan sepatu di rak. Selalulah berpikir positif tentang segala hal yang dilakukan oleh anak.
Pesan terakhir dari Kak Tyaz Gendhong yang benar-benar membuat saya berpikir berkali-kali adalah bahwa setiap pasangan siap untuk berdua, tapi belum tentu siap untuk menjadi orang tua atau menantu. So, belajarlah. Selesaikan secara psikologi sebelum menikah.
Semoga kita dimampukan menjadi orang tua saleh agar kelak memperoleh anak yang saleh dan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
#talkshowparenting #KakTyazGendhong #KakAbyzPondokParenting #ketemubukumalang4 #pameranbuku #orangtua #anak #kepengasuhan #08122019 #latepost