.
Siang ini sekitar satu jam sebelum salat jumat, aku menjaga kantor. Hari ini beberapa asatid menuju Madura untuk bertakziah. Aku tak ikut sebab ada banyak janji yang harus dipenuhi di beberapa tempat.
.
Menjelang pukul 11 siang rintik mulai turun. Beberapa siswa meminta izin untuk mengamb jemuran, berganti baju selepas olahraga atau beralasan mandi sebab basah kuyup setelah olahraga. Intensitas hujan semakin deras saja. Aku tutup jendela di samping komputer. Aku kembali asyik mendengarkan dendang lagu yang kuputar di layar komputer.
.
Lima menit kemudian, tiba-tiba angin kencang memasuki ruangan. Jendela yang kututup kurang rapat kembali terbuka menganga. Kertas-kertas di atas mesin printer berhamburan ke sana kemari. Aku pun langsung gerak cepat menyelamatkan dokumen-dokumen berharga tersebut. Tak lupa kututup jendela rapat-rapat. Lalu kututup pula kelambu yang berada tepat di balik teralis besi. Kulihat anak-anak yang mulanya asyik berolahraga mulai menepi. Takut hal-hal buruk menimpa mereka.
.
Lagi-lagi hujan kali ini berpesan seputar persiapan menghadapi bahaya. Salah satunya datangnya angin kencang. Dalam hidup pun semacam itu. Sesiap apa kita telah mempersiapkan diri untuk berada di titik terendah. Siap diterpa masalah dan bencana yang tak berkesudahan dan rasanya tak pernah ada ujung dan jalan keluarnya. Maka di sanalah sesungguhnya kekuatan kita diuji. Akankah kita masih selalu ingat pada-Nya untuk bermohon kekuatan. Atau malah menyerah, minggir, melipir, bersedih terus-terusan. Semoga segala musibah yang hadir senantiasa menguatkan dan mendewasakan diri.
.