Akankah kau mengakuinya? Akankah kau menghindar dengan mencari sejuta alasan sebagai pembenaran?
Seringkali sebagai manusia, kita merasa gengsi untuk mengakui kesalahan. Kita lebih suka menyalahkan keadaan, orang lain, atau apa pun asal kita tidak menjadi penyebab kesalahan. Padahal, ingatkah kau pada kisah Nabi kita ketika beliau sedang sakit dan meminta siapa pun yang merasa disakiti oleh Beliau untuk mengaku. Ukasyah berkata bahwa cambuk Nabi pernah mengenai tubuhnya tatkala perang. Beberapa sahabat Nabi membela Rasulullah, tetapi Beliau tetap bersikeras bahwa ini adalah urusan antara Rasulullah dan Ukasyah. Ukasyah juga meminta agar Rasulullah melepas bajunya sebab tatkala Ukasyah terkena cambuk Nabi, ia dalam keadaan tidak mengenakan baju. Maka, tatkala Ukasyah telah memegang cambuk, ia melemparkannya lantas memeluk tubuh Rasulullah.
Apa pelajaran penting dari kisah tersebut? Bahwa Nabi mengajarkan kita sebagai hamba Allah untuk tidak gengsi mengakui kesalahan ketika kita memang benar-benar bersalah. Kita tidak lari dari masalah. Kita diajarkan agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Bila sikap ini kita pegang, maka kita akan mendapat penghormatan orang-orang sekitar sebab kita telah mau mengakui kesalahan yang diperbuat. Namun sebaliknya, bila kita gengsi untuk mengakui kesalahan yang diperbuat maka jangan pernah berharap pujian manusia. Kehadiran pujian yang diharapkan justru berujung pada hairnya cercaan tiada henti.
Bila sikap mengakui kesalahan telah hilang dari diri dan terus dipelihara sampai masa mendatang, bahkan ketika telah menikah, maka yang hadir adalah selalu merasa benar. Ia tidak mau mengalah sama sekali. Padahal kunci keharmonisan rumah tangga adalah saling mengalah. Hal ini saya tahu dari ceramah salah seorang ustaz.
Ketika seseorang mengakui kesalahan, maka orang lain yang tidak bersalah juga akan sama-sama merasa bersalah. Dalam rumah tangga, perdebatan sebab kesalahan yang terjadi bila disikapi dengan benar (mengakui kesalahan), maka akan menghadirkan rasa cinta yang terus tumbuh setiap harinya. Mari membiasakan diri untuk berani mengakui kesalahan mulai hari ini.
#reminder #UALoveJourney #selfreminder #pernikahan #mengakuikesalahan #manajemenkonflik
Apa pelajaran penting dari kisah tersebut? Bahwa Nabi mengajarkan kita sebagai hamba Allah untuk tidak gengsi mengakui kesalahan ketika kita memang benar-benar bersalah. Kita tidak lari dari masalah. Kita diajarkan agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Bila sikap ini kita pegang, maka kita akan mendapat penghormatan orang-orang sekitar sebab kita telah mau mengakui kesalahan yang diperbuat. Namun sebaliknya, bila kita gengsi untuk mengakui kesalahan yang diperbuat maka jangan pernah berharap pujian manusia. Kehadiran pujian yang diharapkan justru berujung pada hairnya cercaan tiada henti.
Bila sikap mengakui kesalahan telah hilang dari diri dan terus dipelihara sampai masa mendatang, bahkan ketika telah menikah, maka yang hadir adalah selalu merasa benar. Ia tidak mau mengalah sama sekali. Padahal kunci keharmonisan rumah tangga adalah saling mengalah. Hal ini saya tahu dari ceramah salah seorang ustaz.
Ketika seseorang mengakui kesalahan, maka orang lain yang tidak bersalah juga akan sama-sama merasa bersalah. Dalam rumah tangga, perdebatan sebab kesalahan yang terjadi bila disikapi dengan benar (mengakui kesalahan), maka akan menghadirkan rasa cinta yang terus tumbuh setiap harinya. Mari membiasakan diri untuk berani mengakui kesalahan mulai hari ini.
#reminder #UALoveJourney #selfreminder #pernikahan #mengakuikesalahan #manajemenkonflik