Kembali Ke Atas
Beranda
Al Qalam
Menjadi Santri Milenial Tangguh
Muhammad Amin Muhammad Amin
Februari 13, 2019

Menjadi Santri Milenial Tangguh



Hari-hari ini kita sedang berada pada era di mana pertukaran informasi terjadi begitu cepat. Kecanggihan internet membuat sekat ruang dan waktu seakan hilang. Kabar dari belahan dunia mana pun, dalam sekejap dengan mudah kita ketahui hanya dengan usapan jari.


Di tengah hiruk-pikuk kondisi negeri yang semakin mengkhawatirkan di berbagai sisi, ada sekelompok orang yang terus konsen meningkatkan kapasitas dan kompetensi. Terutama di bidang keagamaan yang dari hari ke hari, problematika perihal agama terus saja terjadi. Lembaga pendidikan pesantren diharapkan mampu terus menjadi counter attack permasalahan-permasalahan tersebut. Keberadaan asatiz dan santri hendaknya mewarnai bangsa ini dengan kedamaian dan ketenteraman.

Tantangan santri saat ini begitu kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seakan tak lagi bisa dibendung. Di sisi lain, isu-isu terorisme dan radikalisme terus digaungkan agar negara ini berbantah-bantahan antar sesama pemeluk agama sehingga nantinya begitu mudah dipecah belah oleh mereka yang tidak suka melihat bangsa ini bersatu.

Melihat berbagai tantangan tersebut, seorang santri harusnya memberikan kontribusi nyata. Ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk membentengi diri dan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh virus-virus jahat yang kapan pun membayangi mereka. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Memperbagus akhlak dan memperdalam ilmu
Ulama zaman dahulu begitu getol mengajarkan bahwa akhlak harus diutamakan di atas segalanya, termasuk ilmu. Asy syarofu bil adabi laa bin nasabi. Kemuliaan itu sesungguhnya dengan akhlak, bukan garis keturunan. Maka, sudah seyogyanya seorang santri memperdalam ilmu agama, terutama akhlak agar kelak ilmu yang dipelajari menjadi berkah dan bermanfaat.

2. Pemanfaatan Internet yang Aktif Produktif
Kemudahan akses informasi menjadikan santri seyogyanya aktif dan produktif. Aktif dalam hal ikut mendakwahkan hal-hal baik. Produktif berarti terus menciptakan inovasi dan karya yang berguna bagi diri dan sesama. Jangan sampai internet disalahgunakan untuk hal-hal yang mengurangi martabat seorang santri di mata Allah. 

3. Mulai Menulis
Cobalah menulis keseharianmu. Bisa di mana saja. Yang suka menulis di diary, silakan. Yang suka menulis di media sosial, silakan. Yang suka menulis di blog, juga silakan. Intinya mulailah menulis. Kamu bisa menulis opini, cerita pendek, prosa, artikel, atau puisi. Perlahan, tajamkan tulisanmu dengan mengikuti kursus kepenulisan. Mulai menulislah terfokus pada tema tertentu. Lalu, cobalah analisis dengan keilmuan yang kamu miliki.

4. Memperbanyak Membaca
Dengan membaca, wawasanmu akan semakin luas. Bacalah apa saja yang menarik minatmu. Serap sebanyak-banyaknya ilmu. Tetapi, jangan lupa perkuat dulu ilmumu dengan dasar ilmu tauhid. Dengan pemahaman tauhid yang benar, kamu tidak akan tersesat ketika membaca karya-karya terutama yang berkaitan dengan hal-hal teologis. Selain itu, dengan pemahaman tauhid yang benar pula, kamu akan mendapati bahwa kesimpulan akhir dari segala yang kau baca harus membawamu pada ungkapan “robbaanaa maa kholaqta haaza baathilan, subhaanaka faqinaa ‘azaaban naari”.

5. Mulailah berkontribusi nyata
Ketika menjadi santri adalah saat yang paling tepat untuk memulai berkontribusi nyata dalam banyak hal. Dalam hal menanggapi problematika bangsa yang kian pelik, santri hendaknya menggaungkan ide-ide segar sebagai solusi atas masalah yang ada. Pergumulan santri harus luas. Pergulatannya dengan ilmu pengetahuan, dengan ilmu-ilmu keislaman seyogyanya mampu menciptakan satu inovasi untuk mengawal perubahan di negeri ini.

Akhirnya, sebagai seorang santri hendaknya memiliki sekian banyak perangkat yang nantinya mampu memberikan sumbangsih nyata kepada masa depan Islam dan negeri ini. Perangkat seperti ilmu-ilmu keislaman, keluasan dan kedalaman pengetahuan sesuai bidang masing-masing diharapkan tidak hanya berhenti untuk dirinya sendiri. Santri seharusnya sadar bahwa perannya telah ditunggu-tunggu masayarakat sekitar agar perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu semakin tampak dan mudah terwujud.

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)