Hari-hari ini
kita sedang berada pada era di mana pertukaran informasi terjadi begitu cepat.
Kecanggihan internet membuat sekat ruang dan waktu seakan hilang. Kabar dari
belahan dunia mana pun, dalam sekejap dengan mudah kita ketahui hanya dengan
usapan jari.
Di tengah
hiruk-pikuk kondisi negeri yang semakin mengkhawatirkan di berbagai sisi, ada
sekelompok orang yang terus konsen meningkatkan kapasitas dan kompetensi.
Terutama di bidang keagamaan yang dari hari ke hari, problematika perihal agama
terus saja terjadi. Lembaga pendidikan pesantren diharapkan mampu terus menjadi
counter attack permasalahan-permasalahan tersebut. Keberadaan asatiz dan
santri hendaknya mewarnai bangsa ini dengan kedamaian dan ketenteraman.
Tantangan santri
saat ini begitu kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seakan
tak lagi bisa dibendung. Di sisi lain, isu-isu terorisme dan radikalisme terus
digaungkan agar negara ini berbantah-bantahan antar sesama pemeluk agama
sehingga nantinya begitu mudah dipecah belah oleh mereka yang tidak suka
melihat bangsa ini bersatu.
Melihat berbagai
tantangan tersebut, seorang santri harusnya memberikan kontribusi nyata. Ada
hal-hal yang dapat dilakukan untuk membentengi diri dan masyarakat agar tidak
mudah terpengaruh oleh virus-virus jahat yang kapan pun membayangi mereka.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Memperbagus
akhlak dan memperdalam ilmu
Ulama zaman
dahulu begitu getol mengajarkan bahwa akhlak harus diutamakan di atas segalanya,
termasuk ilmu. Asy syarofu bil adabi laa bin nasabi. Kemuliaan itu
sesungguhnya dengan akhlak, bukan garis keturunan. Maka, sudah seyogyanya
seorang santri memperdalam ilmu agama, terutama akhlak agar kelak ilmu yang
dipelajari menjadi berkah dan bermanfaat.
2. Pemanfaatan
Internet yang Aktif Produktif
Kemudahan akses
informasi menjadikan santri seyogyanya aktif dan produktif. Aktif dalam hal
ikut mendakwahkan hal-hal baik. Produktif berarti terus menciptakan inovasi dan
karya yang berguna bagi diri dan sesama. Jangan sampai internet disalahgunakan
untuk hal-hal yang mengurangi martabat seorang santri di mata Allah.
3. Mulai Menulis
Cobalah menulis
keseharianmu. Bisa di mana saja. Yang suka menulis di diary, silakan. Yang suka
menulis di media sosial, silakan. Yang suka menulis di blog, juga silakan.
Intinya mulailah menulis. Kamu bisa menulis opini, cerita pendek, prosa,
artikel, atau puisi. Perlahan, tajamkan tulisanmu dengan mengikuti kursus
kepenulisan. Mulai menulislah terfokus pada tema tertentu. Lalu, cobalah
analisis dengan keilmuan yang kamu miliki.
4. Memperbanyak
Membaca
Dengan membaca,
wawasanmu akan semakin luas. Bacalah apa saja yang menarik minatmu. Serap sebanyak-banyaknya
ilmu. Tetapi, jangan lupa perkuat dulu ilmumu dengan dasar ilmu tauhid. Dengan pemahaman
tauhid yang benar, kamu tidak akan tersesat ketika membaca karya-karya terutama
yang berkaitan dengan hal-hal teologis. Selain itu, dengan pemahaman tauhid
yang benar pula, kamu akan mendapati bahwa kesimpulan akhir dari segala yang
kau baca harus membawamu pada ungkapan “robbaanaa maa kholaqta haaza
baathilan, subhaanaka faqinaa ‘azaaban naari”.
5. Mulailah
berkontribusi nyata
Ketika menjadi
santri adalah saat yang paling tepat untuk memulai berkontribusi nyata dalam
banyak hal. Dalam hal menanggapi problematika bangsa yang kian pelik, santri
hendaknya menggaungkan ide-ide segar sebagai solusi atas masalah yang ada.
Pergumulan santri harus luas. Pergulatannya dengan ilmu pengetahuan, dengan
ilmu-ilmu keislaman seyogyanya mampu menciptakan satu inovasi untuk mengawal
perubahan di negeri ini.
Akhirnya, sebagai
seorang santri hendaknya memiliki sekian banyak perangkat yang nantinya mampu memberikan
sumbangsih nyata kepada masa depan Islam dan negeri ini. Perangkat seperti
ilmu-ilmu keislaman, keluasan dan kedalaman pengetahuan sesuai bidang
masing-masing diharapkan tidak hanya berhenti untuk dirinya sendiri. Santri
seharusnya sadar bahwa perannya telah ditunggu-tunggu masayarakat sekitar agar
perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu semakin tampak dan mudah
terwujud.