Malam ini saya akan merangkum apa yang disampaikan oleh Pradana Boy ZTF, Ph.D. dan Dr. Haedar Nasir dalam acara Refleksi Milad IMM ke-55 malam ini di Muallimin Jogjakarta.Pradana Boy menjelaskan bahwa penyebab Muhammadiyah masih eksis sampai sekarang adalah melawan kebiasaan. Khooriqul ‘Aadah. Muhammadiyah mendobrak kenyamanan kala itu. Beliau teringat hadis Nabi bahwa Islam datang dalam keadaan asing, akan kembali dalam keadaan asing. Kita perlu menjadi asing untuk menanggapi keadaan sekarang dan menentukan peran apa yang harus diambil. Kita harus memahami apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Sekarang ini, generasi muda menghadapi pergerakan yang begitu cepat. Perubahan juga begitu cepat. Modal yang terus bergerak, media yang terus bergerak menuju digital adalah bentuk perubahan yang nyata terjadi. Contoh saja, dahulu ketika kita punya tulisan, agar diterbitkan, perlu persetujuan editor. Sekarang, kita bisa menulis di berbagai media sosial dan blog dengan begitu mudahnya. Orang dahulu bingung karena tidak bisa mengakses informasi. Tetapi orang sekarang bingung karena kebanyakan mengonsumsi informasi.
Haedar Nasir menyampaikan bahwa IMM, sejak kelahirannya begitu mendobrak kebiasaan. Dimulai dari warna merah yang menggelora. Kala itu Islam identik dengan warna hijau, tetapi IMM berani mendobrak kebiasaan itu. Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah juga mendorbrak kebiasaan. Maka, IMM harus kembali menggalakkan membaca buku, melakukan iqra’. Dahlan membawa pikiran Islam liberal kala itu. Liberal dalam artian, a) dekonstruksi teologi seperti teologi Al Maun, b) demokratisasi (egalitarian, kesetaraan), c) penghargaan terhadap keberadaan manusia, d) meletakkan pranata sosial modern seperti sekolah, rumah sakit yang kala itu dianggap sebagai berhala baru, e) Kebermajuan. Memandang jauh ke depan. Maka, IMM hendaknya membaca seluruh karya tentang Muhammadiyah. Harus jauh lebih paham tentang Islam, Muhammadiyah, dan problematika zaman.
Yang harus dilakukan IMM adalah sebagai berikut,
1. Pahami manhaj Muhammadiyah. Ada banyak buku tentang Muhammadiyah seperti Tafsir Langkah Muhammadiyah karya Mas Mansyur. Buku Islam Sontoloyo karya Soekarno, Muqaddimah, pedoman hidup Islami, sampai pada konsep Daarul Ahdi Was syahaadah.
2. Punya kehausan untuk mengembangkan tradisi membaca. Silaturahim dengan para pakar. Jangan takut membaca buku apa pun. Bila dikatakan buku itu sesat, baca bukunya agar tahu di titik mana kesesatannya. Tradisi halaqah harus digaungkan lagi. Maka, diharapkan nanti akan lahir cendekiawan berpribadi dan harus melampaui yang sekarang. Konsep membaca, merangkum, dan menulis harus menjadi kebiasaan.
3. Militansi bermuhammadiyah. Militansi dalam arti kegigihan, mengerahkan segala kemampuan. Dengan begitu diharapkan kader IMM adalah kader berintegritas dan berwawasan luas.
Lalu, ada pertanyaan bagaimana melihat suasana politik sosial hari-hari ini? Prdana Boy menyatakan bahwa kata ‘militansi’ disebarkan dahulu kala dalam arti negatif. Militansi sesungguhnya baik. Ada empat tahapan dalam membaca, yaitu pembiasaan, sudah membaca tetapi tidak mengerti, mengendap lalu berhenti membaca, mengendapkan pengetahuan lalu ditimbulkan melalui menulis.
Menurut Haedar Nasir militansi ada dua. Militansi lahir ada pada otak, intelektualitas. Sedangkan militansi batin ada pada hati. Jangan banyak berteori, perbanyak praktek dan pengamalannya. Maka, IMM adalah tempat persemaian yang paling bagus. IMM harus gradual, jangan linier. Jadi, militansi dibentuk melalui benturan dengan kehidupan nyata. Maka, naikkan tantangan hidupmu agar militansi dapat semakin menguat dari hari ke hari.
Pesan selanjutnya adalah kurangi hal yang sifatnya bermain-main (al-lahwu). Pikiran positif harus ditanamkan sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Cobalah perbanyak membaca lalu menulis. Menulis bisa dilatih. Jangan lupa selain membaca buku, perlu juga tadabbur alam, berbaur dengan masyarakat. Maka, di IMM, 80 persen adalah diskusi, membaca, dan seminar. Sedangkan 20 persen adalah terjun ke masyarakat.
Orang sukses biasanya orang sibuk. Sebab waktu kosong itu menipu dan membahayakan seperti sabda Nabi. Yang sukses adalah yang mampu menaklukkan dirinya sendiri. Sebagai kader IMM dalam menyikapi apa pun, termasuk kontestasi politik adalah dengan berada di tengah-tengah. Khoirul umuuri ausathuha. Ciri ulul albab adalah terus mengambil yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. IMM harus menjadi kader pencerdas masyarakat di tengah orang-orang yang terlalu antagonis. Condong ke satu sisi dan terlalu membenci sisi lainnya.
Semoga refleksi Milad IMM ke-55 malam ini menjadi pengingat kita semua bahwa ada tugas besar di pundak pemuda masa kini. Kepemimpinan negeri ini ada di tangan pemuda masa kini. Perbanyak ilmu dengan membaca dan menulis. Semoga kita senantiasa diberi konsistensi dalam melakukan langkah-langkah nyata dalam memperbaiki kualitas kehidupan dari hari ke hari.
Dirangkum oleh Muhammad Amin melalui streaming Refleksi Milad IMM ke-55 pada channel DPD IMM DIY, Kamis, 14 Maret 2019.