Haruskah Diuji Dahulu? Pernahkah kita berpikir bahwa mayoritas kita baru akan benar-benar sadar akan sesuatu tatkala ujian datang. Banyak kenikmatan yang datang silih berganti terkadang membuat kita lupa diri, tak sadar akan diri sendiri.Betapa banyak yang tiba-tiba ingin pergi ke masjid tatkala masjid ditutup. Betapa banyak yang tiba-tiba peduli tetangga, peduli orang miskin tatkala musibah datang. Betapa banyak yang tiba-tiba tergerak hati untuk membantu saudara yang sedang diuji. Tidak salah sebenarnya. Tetapi, cobalah kita berpikir mengapa baru sekarang sadar. Ke mana saja selama nikmat itu berkelimpahan. Ke mana saja ketika ketidakadilan itu digaungkan oleh rakyat kecil. Nyatanya kala itu kau hanya pandai bersilat lidah, memutarbalikkan fakta, tak punya hati nurani, seolah hatinya telah mati.Ah, begitulah tabiat manusia. Ketika datang nikmat, ia lupa siapa yang memberi nikmat dan bagaimana mensyukurinya. Ketika ujian datang, tiba-tiba saja tersungkur, rukuk, dan sujud meminta, mero
Mei 01, 2020
Haruskah Diuji Dahulu?
Haruskah Diuji Dahulu? Pernahkah kita berpikir bahwa mayoritas kita baru akan benar-benar sadar akan sesuatu tatkala ujian datang. Banyak kenikmatan yang datang silih berganti terkadang membuat kita lupa diri, tak sadar akan diri sendiri.Betapa banyak yang tiba-tiba ingin pergi ke masjid tatkala masjid ditutup. Betapa banyak yang tiba-tiba peduli tetangga, peduli orang miskin tatkala musibah datang. Betapa banyak yang tiba-tiba tergerak hati untuk membantu saudara yang sedang diuji. Tidak salah sebenarnya. Tetapi, cobalah kita berpikir mengapa baru sekarang sadar. Ke mana saja selama nikmat itu berkelimpahan. Ke mana saja ketika ketidakadilan itu digaungkan oleh rakyat kecil. Nyatanya kala itu kau hanya pandai bersilat lidah, memutarbalikkan fakta, tak punya hati nurani, seolah hatinya telah mati.Ah, begitulah tabiat manusia. Ketika datang nikmat, ia lupa siapa yang memberi nikmat dan bagaimana mensyukurinya. Ketika ujian datang, tiba-tiba saja tersungkur, rukuk, dan sujud meminta, mero
Penulis blog
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat
Posting Komentar