Ini bukan tips-tips praktis cara mengelola sumber daya manusia di era milenial. Ini sekadar sudut pandang pribadi yang berada pada posisi karyawan dari seorang pemimpin di era milenial.
Ini juga bukan berarti bahwa pimpinan harus anak milenial, ia bisa jadi umurnya sudah lewat dari usia milenial, tetapi bagaimana ia mampu membimbing dan mengarahkan karyawan di era milenial ini.
Ini sangat subjektif dan bisa jadi berlainan dengan pandangan Anda. Saya sangat senang bila Anda bisa memberikan masukan atau sekadar diskusi di kolom komentar tulisan ini.
Saya ingin mulai dengan pergantian pimpinan di masa pandemi yang sesungguhnya cukup memgagetkan karena terkesan mendadak. Namun, setelah dicek lebih lanjut, memang masa kepemimpinan pemimpin sebelumnya sudah habis.
Saya bisa katakan pergantian kali ini cukup berbeda. Pergantian pemimpin saat pandemi di tempat saya bekerja lebih mengarah pada tahapan tukar pandangan dan saling menyempurnakan.
Mengapa saling menyempurnakan? Karena pergantian ini sesungguhnya dekat aaja dari sisi lokasi. Hanya sekitar 4 atau 5 kilometer. Anggap saja tempat saya A dan tempat yang lain adalah B. Pemimpin tempat A berpindah ke tempat B, pun sebaliknya.
Awal berkenalan dengan pemimpin baru, terasa ada yang berbeda. Gaya bicaranya enak didengar, mendukung, dan tidak terkesan menghakimi. Kebahagiaan saya semakin meluap ketika tahu bahwa beliau begitu mengedepankan sesuatu yang selama ini dinomorduakan.
Beliau juga mendukung perihal pembaruan teknologi masa kini, era internet, basis website, terlebih saat ini kegiatan masih harus daring, maka keberadaan teknologi terkini sangat diperlukan.
Sisi lainnya adalah beliau mengedepankan sisi perbaikan sumber daya manusia yang saya rasa selama ini begitu kering dan terasa biasa-biasa saja.
Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan mengadakan acara makan bersama usai kepanitiaan apa pun. Sebenarnya ini bukan hal yang baru, tetapi bagi beliau hal ini menjadi wajib. Tak lain tak bukan karena ingin merekatkan silaturahmi antara kami di luar dunia kerja.
Kemudian soal prasarana juga mendapat perhatian lebih. Beliau mau seluruh sarana prasarana yang kurang layak segera diperbaiki, bila perlu diganti.
Bagi milenial seperti saya, gagasan-gagasan beliau begitu padu dan sejalan dengan apa yang selama ini diharapkan banyak pihak. Bagaimana upaya beliau menyeimbangkan satu bagian dengan bagian yang lain. Berusaha adil seadil-adilnya untuk semua.
Inovasi-inovasi kegiatan ditambah desain kekinian serta video yang diunggah menjadi nilai plus yang beliau berikan pada lembaga. Beliau seolah memahami bahwa membangun manusia ditambah membangun tampak fisik lembaga menjadi fokus beliau saat ini. Semua dikerjakan dengan cepat dan tepat.
Barangkali begitulah seharusnya sebuah lembaga dibangun. Di atas bangunan manusia dan bangunan fisik secara bersamaan. Dengan harapan ketika semua berjalan beriringan dan berkesimambungan, kemajuan lembaga semakin cepat diraih. Kemajuan yang tak hanya semu karena tampak luar yang dipoles cantik, tetapi kemajuan nyata yang menyentuh jiwa terdalam manusia.