Kembali Ke Atas
Beranda
CERITA
Renungan Kehidupan
Pilihanmu benar, tapi caramu keliru
Muhammad Amin Muhammad Amin
Oktober 16, 2021

Pilihanmu benar, tapi caramu keliru

Ketika seseorang dihadapkan pada pilihan hidup yang rumit, ia harus memutuskan sesuatu. Apakah melanjutkan pilihan pertama, atau mengambil pilihan kedua. Semua punya risiko. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua tergantung pada bagaimana ia mengelola pilihan, memutuskan memilih yang mana dan menyikapi pilihan lainnya dengan bijak.

Ada seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah sarjana. Kuliahnya lancar. Ia berkuliah di jurusan impian, pun kampus impian. Semua diraihnya dengan sempurna. Ia pun aktif berorganisasi sejak di kampus.

Setelah lulus, ia masih cukup aktif berada pada lingkaran organisasi yang membesarkannya semasa kuliah. Lalu, tibalah ia pada pilihan harus melamar suatu pekerjaan. Ia bekerja di sebuah instansi bonafit, mencuri berbagai pengalaman hidup yang begitu berharga.

Setelah setahun bekerja, ia ingin bekerja di tempat lain. Masih pada pekerjaan yang sama, tetapi dengan tempat yang berbeda. Ia ingin mencari suasana baru. Namun, satu hal di luar kendalinya terjadi begitu saja.

Ia diberi amanah memimpin organisasi yang pernah membesarkannya semasa kuliah. Sekarang tingkatannya lebih tinggi. Temannya adalah istri walikota dan jajarannya. Ia naik kelas, tetapi di sisi lain dia bingung tidak keruan.

Ia tak mungkin membiarkan amanah itu hilang dan diurus oleh orang lain yang tidak kompeten. Di sisi lain, pekerjaan barunya menuntut dirinya bekerja pada jangka waktu yang bisa dibilang hampir 24 jam. Ia dilema. Pilihan yang cukup sulit.

Ia putuskan untuk masuk kerja, mengikuti rapat pertama, orang-orang di sekitarnya berharap banyak padanya. Semua salut padanya. Ia pun bangga pada dirinya bisa sampai pada titik itu.

Setelah rapat perdana, semua berubah. Ia mulai tak tampak lagi. Ia menghilang bagai ditelan bumi. Kalau kata anak zaman sekarang, ia meng-ghosting kita semua. Barang-barangnya masih tertinggal, juga baju kerja yang baru didapatkan akhirnya terpaksa dialihkan pada orang lain.

Ia menghilang dan lebih memilih organisasi yang membesarkannya selama di kampus. Itu sebuah pilihan yang tepat. Namun, ada satu hal yang keliru. Apa itu? Cara dia meninggalkan pekerjaan. Dia menghilang tanpa kabar. Semua orang menghubunginya dan tak satu pun dijawab. Atasan menunggu kehadirannya untuk diberi SP sekaligus pemecatan atau setidaknya dia mengajukan surat pengunduran diri. Sampai saat ini, status Instagram dan Whatsappnya masih terus berseliweran, meskipun tak pernah lagi bertemu secara langsung.

Ia mengecewakan banyak orang. Seandainya ia tak menghilang begitu saja, saya yakin ia masih sangat dihargai. Namun, karena caranya yang salah ketika meninggalkan tempat kerja barunya, penghormatan berubah menjadi caci maki, sumpah serapah, dan gibah tak berkesudahan. Seandainya ia membaca ini, segeralah sadar, menghadaplah baik-baik kepada atasan, utarakan alasan dan jawaban yang tepat, lalu ajukan pengunduran diri yang elegan dan semua masalah beres.

Salam sehat dan hormat, dari kolega kerjamu.

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)