Malam harinya, aku tidak langsung tidur. Kami bertiga (saya, Pak Jajang, dan Pak Yayan) berdiskusi seru tentang banyak hal di depan kamar. Ditemani udara dingin tepi laut, kami berdiskusi mulai soal kuliah, universitas, pendidikan, politik, hukum, dan lain-lain. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 1 pagi. Karena sudah sangat lelah dan mengantuk, kami pun bubar dan melanjutkan berlayar ke pulau kapuk.
Suasana kamar pinggir laut, debur air yang sesekali terdengar, suara “kriet… krieet…” dari kayu yang kami injak menambah seru pengalaman menginap di Tegal Mas Island. Sesekali aku masih tidak menyangka bisa sampai di pulau ini saat ini.
Alhamdulillah, meski tidur lewat tengah malam, aku bisa bangun salat Subuh bersama Pak Iskandar di masjid yang letaknya di atas laut. Meskipun di tengah laut dan beralaskan kayu, tetapi arsitektur masjid ini harus diacungi jempol. Entah siapa arsiteknya, tetapi masjid ini sangat nyaman untuk salat karena sekeliling masjid diberi hiasan tulisan kaligrafi yang sangat cantik dipandang mata.
Selepas Subuh, karena masih sangat mengantuk aku melanjutkan tidur sebentar. Menjelang pukul 7, aku mandi pagi lalu sarapan bersama yang lain. Agenda pagi ini bebas saja sebelum nanti pukul 9 atau 10 kita akan menyeberang kembali ke Dermaga Mutun. Kumanfaatkan waktu singkat ini untuk mengambil gambar. Maklum, seharian kemarin belum sempat mengabadikan banyak momen dengan foto dan video. Setidaknya sebelum kembali ke Bandung ada kenang-kenangan.
Menjelang pukul 10 pagi, kami naik perahu untuk menyeberang ke Dermaga Mutun. Sekitar setengah jam sudah sampai. Kami lanjutkan perjalanan menuju rumah makan untuk makan siang sekaligus salat Jumat. Karena waktu salat Jumat belum masuk, sebagian dari kami memutuskan untuk makan siang dahulu. Kemudian, kami melaksanakan salat Jumat berjemaah. Sebagian lainnya melanjutkan makan siang selepas salat Jumat.
Perjalanan berlanjut menuju sentra oleh-oleh khas Lampung. Nah, di tempat ini aku menghabiskan uang transport yang sudah ditransfer semalam untuk beli oleh-oleh. Seingatku, aku menghabiskan uang 383.000 rupiah untuk beli oleh-oleh. Ya, nggak apa-apalah. Kapan lagi kan ke Lampung. Semoga suatu saat nanti bisa ke sini lagi bareng istri.
Perjalanan berlanjut menuju Bandung. Menjelang Magrib, kami naik kapal feri menyeberang ke Dermaga Merak, Banten. Karena di luar hujan cukup deras, kami memutuskan makan malam di suatu rest area yang sebenarnya adalah tempat istirahat para sopir truk. Namanya tempat istirahatnya sopir, ya jangan harap makanan dan minumannya seperti di restoran. Kami pun memesan makanan sesuai selera.
Pada salah satu warung, terjadi cekcok antara pembeli dan penjual karena merasa sudah memesan dari awal, tetapi tidak segera dilayani. Malah, yang datang belakangan dilayani terlebih dahulu. Setelah drama yang cukup seru, akhirnya semua kenyang dan siap melanjutkan perjalanan menuju Kota Bandung. Karena ngantuk berat, saya langsung saja tertidur sepanjang perjalanan. Tahu-tahu sudah sampai di sekitar Panyileukan dan dekat kampus. Ketika melihat jam tangan, waktu telah menunjukkan pukul 3 pagi. Setidaknya menjelang Subuh nanti, rombongan FSH akan sampai di kampus lagi.
Alhamdulillah, menjelang Subuh, kami sampai di kampus. Kami menurunkan barang, terutama oleh-oleh dan satu per satu pulang ke rumah masing-masing. Saya menyempatkan diri untuk salat Magrib dan Isya di lantai 2 dekanat sekalian salat Subuh. Selepas Subuh, saya bersama Pak Ihsan memesan Grab Car dan pulang ke kediaman masing-masing.