Lelah diri usai ditempa di pelatihan, bercengkerama dengan kawan menjadi solusi. Terdengar satu nama yang tak asing diperbincangkan. RR inisialnya. Gadis berwajah manis berkerudung khas seolah menyihir pandanganku sejenak. Mengganggu siklus hati yang tadinya telah baik-baik saja. Ah, nama itu terus terngiang terbawa mimpi.
Keesokan harinya di ruang kelas, tak dinyana, ia duduk tepat di samping kiriku. Fiuh… Hatiku tak siap menatapnya. Torehan rasa kian membuncah. Astagfirullah, enyahkan rasa ini dariku secepatnya. Aku tak ingin merusak komitmen cinta tulus sebelumnya. Di tengah untaian materi yang membuat kantuk, dirinya menyodorkan permen kepadaku. Benar juga kata teman semalam, perhatian kecilnya membuat pria tak sanggup memejamkan mata dan hati pun bergejolak karenanya.
Sesekali bertanya ini itu, membantu satu dan lain hal. Aih, makin nyaman saja rasanya. Beberapa kali kupandangi fotonya.
Menuju malam-malam terakhir, tepat sebelum seminar dilaksanakan, aku bertemu dengannya, lagi. Kupakai kertas HVS untuk mencetak laporanku. Ia temaniku untuk meletakkan laporan aktualisasi ke meja penguji di ruang kelas. Pernah juga tiba-tiba memintaku mengantarnya ke kamarnya karena malam telah larut.
Foto-foto telah tercetak, cekikikan diriku memandangi fotonya. Ada rasa ingin membeli satu foto itu, tetapi hati kecilku berkata, “Hei, hentikan semua ini! Ia bukan milikmu.” Kubalikkan badan meski berat melangkah. Menjejaki tiap langkah dan kejadian yang ada dalam kenangan indah. Serupa memori dalam otak yang bisa bermunculan kapan saja. Aku hanya bisa berdoa semoga dirinya segera dipertemukan dengan penyempurna agama memilin mahligai bahagia menuju jannah-Nya.
Regards,
MA