29 Agustus 2012, pertama kalinya
saya resmi menjadi mahasiswa sebuah universitas. Mahasiswa, satu kata berjuta
makna. Sebuah jabatan atau sebutan akademik yang sungguh membawa tanggung jawab
besar terhadap masyarakat. Universitas menjadi sebuah institusi peralihan dari
masa sekolah menengah yang bisa dibilang kita senantiasa dicekoki ilmu
setiap hari oleh para guru yang setia mendampingi proses pembelajaran kita. Di
universitas ini, saya dituntut untuk sebenar-benarnya mandiri. Tidak saja
mandiri dari sisi belajar mandiri yang lebih banyak, tetapi juga mensyaratkan
mandiri-mandiri yang lain guna menopang keberlangsungan saya sebagai mahasiswa
di kampus.
Menyandang
status mahasiswa bagi sebagian orang dianggap keren. Kelas pembelajaran yang
berlangsung beberapa jam saja, bisa dengan bebas mengekspresikan keterampilan
lainnya di unit kegiatan mahasiswa, berafiliasi dengan berbagai organisasi
intra maupun ekstra kampus yang katanya menunjang perkuliahan dalam ruang
kuliah. Namun, bagi saya mahasiswa di sebuah perguruan tinggi menjadi
representasi pribadi di tengah masyarakat dengan tingkat peradaban dan keilmuan
sama rata atau bahkan di atas rata-rata. Kita punya dua pilihan. Pertama, menjadi
terdepan, terpelajar, menguasai berbagai keterampilan dan keilmuan sesuai
bidang kita masing-masing lalu mengaplikasikan dalam kehidupan melalui pengajaran,
pengabdian masyarakat dan penelitian. Atau kita memilih menjadi yang kedua,
menjadi pribadi biasa-biasa saja, atau bahkan pribadi hedon yang kesana-kemari
hanya menghabiskan uang kiriman orang tua setiap bulan tanpa perkembangan
keilmuan yang lumayan, mengedepankan melancong mengunjungi banyak tempat wisata
di akhir pekan hingga akhirnya melupakan berbagai tugas utama sebagai mahasiswa
yang berujung pada lulus telat, ilmu yang didapat setengah-tengah –untuk tidak
mengatakannya sedikit-, nilai merosot, dan lain sebagainya.
Di
tahun awal kuliah, saya memang disibukkan dengan aktivitas perkuliahan yang
bagi saya sudah sangat menyita waktu. Tapi itu sudah konsekuensi yang harus
diterima. Ditambah lagi tanggungan ta’lim di ma’had kampus tiap ba’da subuh dan
ba’da maghrib yang membuat waktu saya benar-benar terforsir untuk sekadar
mengikutinya dengan taat. Tapi, apakah kalian yang mengenyam pendidikan di
tempat yang sama atau mungkin sama hanya akan sekadar mengikuti rutinitas bagai
robot yang disetel oleh pembuatnya setiap hari? Saya rasa kalian tidak akan mau
melakukannya. Sebagai makhluk Allah yang diciptakan dengan berbagai kelebihan,
kelebihan otak untuk berpikir menyelesaikan masalah yang kita hadapi setiap
hari bahkan setiap saat tentunya kita harus mengoptimalkan segala potensi yang
kita punya. Kita harus mampu membagi waktu dengan baik antara belajar,
beribadah, dan mungkin refreshing. Saya sendiri memberanikan diri mengikuti
beberapa organisasi di semester 3. Hal ini bukan tanpa alasan. Di tahun
pertama, saya ingin memusatkan perhatian, pikiran, dan hati saya untuk
aktivitas perkuliahan di kampus dan juga kegiatan ma’had kampus. Saya pikir
saya harus mendapat yang saya inginkan di kampus ini. Saya ingin menjadi
mahasiswa ideal, menyeimbangkan kebutuhan akademis kampus, ibadah spiritual,
dan organisasi sebagai wadah bertukar pendapat dan belajar bermasyarakat dalam
lingkup kecil. Saya kira itu semua dapat saya capai tentunya tidak secara
langsung. Saya membagi prioritas itu selama empat tahun saya mengenyam
pendidikan di kampus.
Saya
mulai dengan tahun pertama saya berada di kampus ulul albab ini. Di awal
semester saya diperkenalkan dengan berbagai unit kegiatan mahasiswa ketika
orientasi kampus yang kesemuanya sungguh menarik hati untuk diikuti. Betapa
banyaknya pilihan itu pada akhirnya tidak ada satu pun yang saya masuki sampai
tahun terakhir saya ngampus karena ada banyak prioritas yang harus saya
utamakan. Awalnya saya mencoba bergabung dengan HTQ (Haiah Tahfidz Qur’an).
Sebuah komunitas para penghafal, pemerhati, dan juga pecinta kalam Ilahi Rabbi.
Saya ikuti berbagai prosedur mulai pendaftaran sampai resmi menjadi anggota.
Saya lakukan setoran hafalan-hafalan Al-Qur’an saya kepada mushohhih beberapa
waktu. Sembari itu, saya terus memperhatikan tingkat perkembangan akademik saya
di kampus dengan selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen, mengumpulkannya
tepat waktu, mencoba mengoordinir tugas teman-teman sekelas, berkomunikasi
intens dengan dosen yang memiliki berbagai latar belakang. Hal ini sungguh
sangat membantu saya di kemudian hari yang mungkin saja tidak dirasakan
mahasiswa lain yang sekadar masuk kelas, mendengar penjelasan dosen lantas
pulang atau kita biasanya menyebutnya mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah
pulang).
Selain
di kampus, aktivitas di ma’had juga sungguh menambah pengetahuan keagamaan saya
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu Al-Qur’an, fiqih, dan aqidah
dikaji secara mendalam. Saya dan kawan-kawan pun dijuluki mahasantri. Sebuah status
yang disandang dan mungkin hanya satu-satunya di dunia karena kami di kampus
ini harus menjadi mahasiswa sekaligus santri di tahun pertama kuliah. Hidup di
ma’had sudah sangat biasa saya rasakan. Sangat banyak yang saya dapatkan di
ma’had. Hal ini tidak mengada-ada. Maklum, mayoritas waktu dihabiskan di ma’had
bila tidak ada kegiatan di kampus. Sehingga dipungkiri atau tidak berbagai
aktivitas bermanfaat di dalamnya turut andil besar dalam hal pengembangan diri,
khususnya dari sisi spiritualitas dan akhlaq. Di ma’had, kami dibiasakan bangun
subuh, sholat berjama’ah, mempelajari ilmu-ilmu agama guna memperkuat dan
mempertebal keimanan kami. Selain kegiatan rutin, ada juga kegiatan penunjang
kreativitas mahasantri yang tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh kami. Sebagian
kami menganggapnya sebagai selingan dari padatnya rutinitas di kampus setiap
harinya. Bagi sebagian yang lain bisa menjadi ajang unjuk gigi kemampuan mereka
kepada mahasantri yang lain. Ada pula yang cuek menanggapinya bahkan tak mau
hanya untuk sekadar datang memeriahkan kontes-kontes kreativitas itu. ‘alaa
kulli haal, kehidupan ma’had kampus memberikan warna berbeda bagi lulusan
kampus ulul albab ini. Paling tidak kami punya dasar-dasar dalam beragama meski
masih perlu banyak ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya setelah tidak
tinggal lagi di ma’had.
Di ma’had saya juga dapatkan banyak
teman baru dengan berbagai latar belakang tentunya. Saya banyak belajar dari
mereka. Belajar kebudayaan mereka, kebiasaan mereka, bahasa mereka, juga cara
berkomunikasi yang baik dengan mereka. Pun kami diajari berorganisasi karena di
ma’had ada susunan pengurus di berbagai bidang penunjang kegiatan ma’had. Kami
belajar menghargai satu sama lain, menjunjung tinggi sportivitas, memaafkan
tatkala ada yang bersalah, dan tak sungkan meminta maaf tatkala memang kami
yang salah.
Tahun
pertama bagi saya sungguh tahun prestasi gemilang. Alhamdulillah dua semester
saya memperoleh indeks prestasi sempurna. Syukur kepada Allah saya panjatkan.
Hal ini tak lepas dari peran banyak elemen. Saya sendiri terus memaksa diri
saya untuk meningkatkan keilmuan di bidang saya setiap harinya. Tak lupa do’a
kepada Allah agar diberi ilmu yang berkah. Faktor lainnya tentunya do’a orang
tua yang tak henti-hentinya bagi anaknya. Maka dari itu, bagi kalian yang masih
memiliki orang tua, jangan segan-segan untuk meminta doa restu dari mereka. Hal
lain adalah perluas jaringan pertemanan kalian. Jangan hanya berkutat dengan
teman satu kelas atau satu kamar saja misalnya, tapi coba cari relasi-relasi
yang dapat membantumu melejitkan potensi diri. Jangan segan dan sungkan untuk
berkawan dan bertanya kepada kakak kelas tentang kesulitas belajar kalian di
bangku kuliah. Jangan juga kuper dengan dosen. Cobalah untuk membangun
komunikasi yang intens dengan dosen maka keuntungannya akan kalian rasakan
nantinya. Selain itu, pandai-pandailah membagi waktu antara belajar, ibadah,
pengembangan diri, dan kegiatan lainnya. Berikan porsi seimbang dan buatlah
skala prioritas dan komitmenlah dengan apa yang sudah kalian rencanakan,
insyaAllah bila hal tersebut kalian lakukan, kesuksesan akan cepat kalian raih.
Jangan mau menjadi mahasiswa sekadarnya saja. Jadilah mahasiswa LUAR BIASA.
Memasuki tahun kedua. Semester ketiga ini
saya masih diberi kesempatan untuk tinggal di ma’had sebagai pengurus. Tanggung
jawab sesungguhnya semakin memuncak di masa ini, tapi hal ini tidak menghalangi
saya untuk mengikuti berbagai organisasi lain yang saya rasa bisa meningkatkan
kelimuan saya. Saya ikuti organisasi mahasiswa intra maupun ekstra kampus meski
hanya sekadar sebagai anggota. Saya kenali lebih mendalam mengenai sistem yang
ada di dalam organisasi tersebut. Saya memutuskan masuk ke dalam berbagai
organisasi bukan tanpa alasan. Semenjak sekolah menengah, saya sudah terbiasa
dengan tanggung jawab organisasi. Bagi saya, hidup tanpa organisasi itu hambar,
tidak seru. Apalagi di kampus yang banyak sekali waktu luang yang tentunya
dapat kita manfaatkan dengan baik untuk mengembangkan diri. Salah satu cara
mengisinya adalah masuk ke dalam komunitas yang menurut kalian cocok dengan
selera kalian, sesuai dengan minat kalian. Hal itu bisa kalian pilih tentunya
dengan mempertimbangkan kemampuan kalian dalam mengelola waktu dalam keseharian
antara akademis dan pengembangan minat kalian di organisasi misalnya. Ingat
selalu bahwa tugas utama kalian datang ke kampus ini untuk belajar, bukan yang
lain. Organisasi, refreshing hanya sampingan belaka yang harus selaras dengan
akademis kalian di kampus.
Di
tahun kedua ini saya benar-benar merasakan bagaimana harus pandai-pandai mengatur
waktu, memprioritaskan satu kegiatan ketika bertabrakan dengan kegiatan
lainnya, memperluas relasi, belajar menggunakan waktu seefisien mungkin dengan
seabrek kegiatan. Di masa ini, saya mencoba mencari pola belajar yang
benar-benar sesuai untuk anak kuliahan. Intensitas materi perkuliahan memang
sudah mulai memasuki ranah yang saya tekuni. Hal ini tentunya menuntut
perhatian lebih dalam hal penyelesaian tugas-tugas kuliah yang diberikan. Saya
memang diuntungkan berada di jurusan Pendidikan Bahasa Arab mengingat latar
belakang saya adalah madrasah aliyah dan sudah terbiasa dengan bahasa Arab
sejak sekolah dasar. Tetapi, saya kira bagi siapa saja yang berusaha tentu ia
akan berhasil sebagaimana kata pepatah Arab man jadda wajada (yang
bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil). Maka, pesan saya bagi kalian yang
sedang berada di fase ini adalah mulailah fokus untuk membenahi cara belajar
kalian di kampus. Kalian tentu tahu, kalau tidak kalian sendiri yang mulai
mengaturnya maka siapa lagi. Motivasi terbesar itu tetap berada pada diri
kalian masing-masing, tak bergantung pada berapa banyak kawan, seminar,
pelatihan motivasi yang kalian ikuti, selama kalian belum mampu menumbuhkan
semangat itu dari diri kalian sendiri maka itu semua sia-sia belaka. Saran saya
juga cobalah mengikuti satu atau dua kegiatan di luar bangku kuliah. Bentuknya
bisa kegiatan, organisasi, dsb yang tentunya menambah kemampuan kalian di
bangku kuliah. Atur porsi masing-masing secara seimbang dan jangan sampai porsi
di luar bangku kuliah lebih besar sampai-sampai mengganggu fokus awal kalian
datang di kampus ini.
Di
semester 3 dan 4 kalian juga bisa mulai mengajukan beasiswa bila kalian merasa
diri kalian layak untuk mendapatkannya. Biasanya dipersyaratkan IP minimal,
sertifikat-sertifikat dsb agar lolos seleksi administrasi. Sering-seringlah
membuka laman kemahasiswaan atau bertanya langsung ke pihak kemahasiswaan
perihal beasiswa ini. Bila kalian bisa mendapatkannya, betapa senangnya
orangtua kalian. Tentunya mendapat beasiswa dapat sedikit meringankan beban
orang tua kalian bukan?
Bila
kalian sudah aktif sebagai anggota organisasi sejak semester awal kuliah,
tentunya kalian saat ini sudah menjadi senior adik-adik kelas kalian. Didiklah
dan ajarilah adik-adik kelas kalian dengan pemahaman yang benar mengenai
kampus. Jangan sekali-kali memberikan doktrin atau pemahaman yang salah karena
hal itu bisa berakibat fatal terutama bagi adik-adikmu kelak karena perjalanan
mereka di kampus masih sangat awal dan masih terlampau jauh untuk sampai di
batas akhir. Pemahaman-pemahaman disini bisa berupa sistem perkuliahan,
bagaimana mengatur waktu belajar, bagaimana seharusnya sikap seorang mahasiswa
di kampus, bagaimana membangun relasi yang kuat di kampus, bagaimana birokrasi
kampus, dsb. Coba juga untuk mengikuti ajang perlombaan yang diadakan oleh
instansi lain yang dapat meningkatkan potensi diri kalian. Tak ada salahnya
mencoba, menang alhamdulillah, kalah pun setidaknya kita sudah berusaha dan
ladang belajar masih terbuka lebar di ajang-ajang berikutnya. Sempatkan juga
untuk mengikuti seminar-seminar yang bertebaran di kampus. Manurut saya,
seminar apa pun akan sangat bermanfaat bagi kita. Setidaknya, bila seminar itu
seminar di luar minat kita maka pemahaman kita mengenai suatu hal akan
bertambah dan hal ini akan berdampak baik bila kalian sudah kembali ke
masyarakat yang sesungguhnya suatu hari nanti. Di semester awal sampai tahun
kedua saya selalu mencoba mengikuti seminar yang diadakan berbagai instansi,
baik yang gratisan maupun yang berbayar. Uang yang kalian keluarkan untuk
mengikuti seminar-seminar ini akan berubah menjadi ilmu-ilmu yang sangat
berguna kelak. Ingat bahwa salah satu syarat dalam mencari ilmu adalah biaya.
Jika masih ada waktu luang, tak ada
salahnya kalian ikuti organisasi sosial non-profit di luar kampus seperti
komunitas SSC (Save Street Children) yang fokus memberdayakan anak
jalanan, atau KN (Ketimban Ngemis) yang sehari-harinya menampilkan berbagai
profesi kaum pinggiran yang mengajak kita untuk membeli dagangannya karena
mereka menjauhkan diri mereka dari mengemis dan terus bekerja meski umur mereka
rata-rata sudah udzur. Atau pun komunitas sosial lainnya yang bisa kalian
dapatkan informasinya di berbagai media sosial.
Di kampus saya, pada liburan tahun
kedua diadakan KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) atau yang biasa disebut dengan
Pengabdian Masyarakat. Di sesi ini, seorang mahasiswa akan dilatih bagaimana
berinteraksi dan memberikan kontribusinya kepada masyarakat secara nyata.
Biasanya pengabdian masyarakat dilaksanakan satu sampai dua bulan. Di
masyarakat, kalian bisa belajar banyak hal. Jangan anggap ilmu hanya ada di
dalam ruang kuliah, ilmu itu ada dimana-mana, termasuk masyarakat. Ilmu yang
kalian dapatkan di bangku kuliah bisa kalian coba terapkan di tengah-tengah
masyarakat. Dari pengabdian masyarakat ini kalian akan dapatkan banyak
pengalaman hidup yang begitu berharga mengenai bagaimana hidup bermasyarakat
yang sesungguhnya, disamping menjalankan tugas kampus karena memang pengabdian
masyarakat merupakan salah satu tri dharma perguruan tinggi.
Semester
5 dan 6 adalah semester kematangan kalian di kampus. 2 tahun sudah kalian
mengenyam perkuliahan di kampus. Kalian sudah mulai mengenali berbagai karakter
dosen, sistem perkuliahan, sistem belajar yang baik, cara mengatur waktu dengan
efisien. Di titik ini, beberapa kalian pasti akan menjadi ketua-ketua di
berbagai organisasi yang kalian ikuti. Tingkat berpikir kalian tentunya semakin
matang dalam hal menyikapi segala hal yang terjadi pada diri kalian maupun di
kampus. Saya sendiri di semester 5 dan 6 mulai menjabat berbagai posisi penting
di organisasi intra maupun ekstra. Di ma’had pun saya mendapat tanggung jawab
sebagai kepala devisi. Dari situ saya belajar banyak hal mengenai bagaimana
mengatur dan mengkoordinasi sebuah kegiatan, sebuah tim dan kepanitiaan,
bagaimana kita dihadapkan berbagai situasi sulit dan waktu yang semakin sempit
untuk sekadar membaca buku misalnya. Hal ini memang sesuatu yang wajar. Namun,
banyak juga dari mahasiswa di jenjang ini yang semakin terlihat menurun
semangatnya hanya untuk sekadar masuk kelas untuk mengikuti perkuliahan.
Biasanya mahasiswa tipe ini mengedepankan bisnis mereka yang sudah lama mereka
bangun dan sedang berjaya di fase ini sehingga banyak dari mereka lalai dari
tugas utama mereka sebagai mahasiswa. Berbisnis dan bekerja sambil kuliah
memang tak salah, yang salah adalah apabila pekerjaan dan bisnis yang digeluti
melengahkan pelakunya dari tugas utamanya sebagai mahasiswa. Ya, paling tidak
untuk sekadar masuk kelas untuk mengikuti perkuliahan sesuai jadwal yang ada.
Semester ini biasanya materi perkuliahan mulai memasuki tahapan yang
benar-benar sulit dan membutuhkan konsentrasi lebih untuk memahaminya dengan
mendalam. Maka seorang mahasiswa yang baik akan memanfaatkan waktu yang ia
punya untuk menelaah matakuliah yang dipelajari di kelas. Juga tak melupakan
tanggung jawab lainnya bila ia punya tanggung jawab di berbagai organisasi yang
ia ikuti misalnya. Bagi saya sendiri, mahasiswa yang mampu melewati dua
semester ini (5 dan 6) dengan baik saya yakin ia akan mendapat kemudahan di
semester selanjutnya atau semester akhir.
Di fase ini saya benar-benar
merasakan terkadang satu agenda teralihkan oleh agenda yang lain atau mungkin
berjalan dengan kurang maksimal karena saya sendiri harus berbagi waktu dengan
kegiatan lainnya. Maka pesan saya bagi kalian yang sedang berada di fase ini,
jangan habiskan waktu kalian untuk berfoya-foya, jalan-jalan tidak jelas. Daripada
seperti itu, lebih baik habiskan waktu kalian mengkai ilmu agama, ilmu di
bidang kalian masing-masing, perdalam materi kuliah di luar kelas, jadilah
pribadi yang bisa menyeimbangkan aspek akademis dan organisasi, tunjukkan
kepada sekitarmu bahwa kalian bisa diandalkan di berbagai situasi dan kondisi,
sempatkan membaca Al-Qur’an setiap hari agar hatimu tidak kosong dari
kalan-kalam indahNya, sempatkan pula untuk membaca buku, apa pun itu agar
pengetahuan kalian semakin luas dan agar kalian memiliki banyak sudut pandang
dalam memaknai suatu peristiwa dan tidak langsung memvonis secara sebelah mata.
Maka, kelak bila kalian benar-benar berhasil di fase ini, maka fase selanjutnya
benar-benar akan sangat menyenangkan. Bila ada di antara kalian yang sudah diberi
kesempatan oleh jurusan untuk mengajukan proposal tugas akhir misalnya segera
lakukan itu. Lakukan studi literatur di perpustakaan, lakukan diskusi yang
serius dengan dosen yang kalian anggap mampu membantu menyelesaikan tugas akhir
kalian, gandeng teman-teman yang kalian anggap mampu melancarkan tugas akhir,
maka paduan dari itu semua adalah paduan sempurna menuju kesuksesan di tahun
terakhir kalian berada di kampus.
Seperti kata pepatah “semakin
tinggi pohon, semakin kencang pula anginnya”. Hal ini tidak dapat
dipungkiri. Halangan dan rintangan di tahun ketiga ini juga semakin banyak,
mulai dari urusan di luar kuliah yang menuntut kita untuk juga memikirkannya,
tugas kuliah yang membuat otak kita seakan-akan mau pecah, teguran dari atasan,
dosen dan teman karena kita mengabaikan janji yang telah kita buat. Itu semua
semata-mata untuk menjadikan kita pribadi yang kuat jasmani dan mental.
Keduanya harus berjalan seiringan. Bila jasmani sehat maka kita mampu
beraktivitas dengan semangat. Bila mental juga sehat, maka terpaan dan
rintangan apa pun akan terus kita hadapi tanpa mundur selangkah pun ke
belakang. Ingat, adanya halangan itu untuk dihadapi, bukan untuk dihindari
karena menghindar dari suatu masalah itu berarti kau adalah seorang pengecut.
Di liburan semester lima atau enam
biasanya kampus memiliki agenda Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswanya. Pada
agenda ini, mahasiswa dituntut untuk bisa menerapkan ilmu di bangku kuliah pada
instansi-instansi sesuai bidang kelimuan masing-masing. Misalnya mahasiswa
jurusan pendidikan akan ditempatkan di berbagai lembaga pendidikan untuk
melaksanakan praktek mengajar dsb. Biasanya PKL dilaksanakan selama 2 sampai 3
bulan. Dari PKL ini kalian bisa mulai meraba kira-kira masa depan kalian
seperti apa. Dari PKL ini kalian juga akan mendapat gambaran pekerjaan yang
tepat sesuai dengan konsentrasi kalian di kampus, sehingga nantinya akan sangat
memudahkan kalian ketika memasuki dunia kerja.
Tiga
tahun sudah kalian berada di kampus. Berbagai masalah baik pribadi, dengan
teman, dosen, staf, dsb dapat kalian atasi dengan baik. Kini tiba saatnya
kalian memasuki etape terakhir dari pembelajaran resmi kalian di kampus.
Semester akhir tentu identik dengan tugas akhir. Setiap mahasiswa diharuskan
untuk membuat satu tugas akhir agar dapat lulus tepat waktu. Tetapi, alangkah
banyak kita saksikan mahasiswa tumbang satu per satu ketika memasuki tahap
akhir ini. Bagi mereka yang sudah asyik mendapatkan uang dari kerja
sampingannya lebih mengedepankan karirnya di pekerjaan sampingannya tersebut.
Mereka sudah malas untuk sekadar datang ke kampus.
Alhamdulillah di tahap terakhir ini
saya masih menjadi pengurus ma’had kampus. Sesungguhnya di semester terakhir
ini tanggungan perkuliahan dalam kelas tersisa setengah dari semester-semester
sebelumnya. Di jurusan saya sendiri hanya tersisa 6 matakuliah dengan total 12
sks saja. Hal ini tentunya sangat menguntungkan saya untuk cepat-cepat
mempersiapkan tugas akhir saya. Meski disibukkan dengan persiapan penampilan
drama sebagai tugas akhir salah satu matakuliah di semester akhir ini, hal ini
tidak membuat saya lupa untuk membagi waktu untuk menyelesaikan tanggung jawab
saya sebagai pengurus di ma’had kampus.
Di
semester akhir fokuslah untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahmu. Sesungguhnya
tidak ada yang sulit bila kau mau berusaha. Saya sendiri memang baru mulai
mengajukan proposal skripsi di awal semester 8. Hal ini tentu beralasan. Karena
di fakultas saya memang di akhir semester 7 baru mulai PKLI (Praktek Kerja
Lapangan Integratif). Nah, baru di semester selanjutnya bisa mengajukan
proposal. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bila memang kalian sudah siap
dengan judul dan juga proposal kalian silahkan saja ajukan untuk sidang
proposal di awal semester 7. Hal ini banyak dilakukan oleh teman-teman saya di
jurusan lain. Di semester ini biasanya mahasiswa akan lebih sering pergi ke
perpustakaan untuk melakukan studi pustaka yang mendalam guna tugas akhir
mereka. Pesan saya bagi kalian yang sedang menyelesaikan tugas akhir ini adalah
berniatlah dari awal untuk menyelesaikan tugas akhir tepat waktu. Buatlah
sebuah perencanaan untuk penyelesaian tugas akhir. Perencanaan ini guna
memudahkan kalian juga mengingatkan kalian seandainya lupa terhadap tugas akhir
itu. Bila perlu, tempel besar-besar di dinding kamar kalian tentang
target-target kalian. Sesungguhnya perencanaan seperti itu juga bisa kalian
lakukan sejak awal kalian masuk kampus alias di semester 1 dulu. Tulis impian
kalian secara spesifik, bila perlu sebutkan kapan kalian harus mencapainya.
Saya pun mencoba melakukan ini dan alhamdulillah hasilnya luar biasa, semangat
saya melejit mengingat impian-impian yang harus saya raih.
Bagi saya, agar tugas akhir cepat
selesai adalah dengan membuat perencanaan harian yang berhubungan dengan tugas
akhir kalian. Jangan sampai satu hari pun tidak kalian sisakan sedikit waktu
untuk memikirkan tugas akhir kalian. Intinya, dalam satu hari harus ada yang kalian
lakukan berhubungan dengan tugas akhir. Entah itu membuat instrumen,
memperbaiki latar belakang, menambah referensi, berdiskusi dengan teman atau
dosen, dan lain sebagainya. Saya yakin dengan begitu, tugas akhir kalian akan
cepat selesai. Memang awalnya ini terasa berat, tapi percayalah tak ada sukses
yang ditempuh dengan jiwa yang santai. Segala kepayahan kalian di masa ini akan
terbayar lunas 5, 10, 20 tahun lagi dan kelak tentu kalian akan merindukan
masa-masa kepayahan ini.
Selain menuliskan impian, jangan
lupa untuk merencanakan keuangan kalian tiap bulan. Bagilah uang bulanan kalian
menjadi beberapa bagian, misalnya satu bagian untuk kebutuhan sehari-hari,
bagian kedua untuk sedekah, dan bagian ketiga untuk ditabung. Dengan begitu,
insyaAllah kalian akan dengan hemat dan cermat dalam membelanjakan uang.
Belanjakan uang kalian untuk sesuatu yang benar-benar kalian butuhkan terlebih
dahulu. Baru kalau memang masih ada sisa, bolehlah kalian pakai untuk membeli keinginan
kalian, tapi ingat ya, jangan terlalu boros juga.
Di fase terakhir ini penting bagi
kalian untuk menyelaraskan semua lini. Biasanya tanggungan di organisasi sudah
tidak seberat di semester sebelumnya karena rata-rata kalian akan digantikan
oleh adik-adik kelas kalian sebagai pengurus dan kalian akan memiliki waktu
luang lebih banyak. Maka, alangkah ruginya kalian bila masa kosong itu kalian
sia-siakan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Ingat bahwa waktu muda dan
waktu senggang adalah dua waktu yang bisa menjadi bencana bila tak dimanfaatkan
dengan baik dan optimal.
Dari keseluruhan ulasan saya mulai
awal tahun kuliah sampai tahun terakhir kuliah semata-mata untuk renungan saya
pribadi sekaligus renungan bagi kalian untuk bagaimana seharusnya seorang
mahasiswa menjalani kesehariannya di kampus. Jangan sampai waktu kalian 4 tahun
di kampus ulul albab menjadi sia-sia belaka karena ulah kalian sendiri. Ingat
selalu jerih payah orang tua yang setiap waktu memikirkan biaya kuliah kalian.
Seharusnya sebagai seorang anak yang berbakti kalian berusaha membalas jerih
payah orangtua kalian dengan belajar sungguh-sungguh, menggunakan waktu sebaik
mungkin untuk mengembangkan diri, menyelesaikan tugas kampus dan tanggung jawab
lainnya. Mungkin saat ini kalian belum bisa merasakan hasil dari yang kalian
usahakan, tapi kelak, di fase kehidupan selanjutnya, kalian akan petik buah
keseriusan kalian selama berada di kampus.
Akhirnya saya tutup ulasan ini
dengan pepatah Arab yang akhir-akhir ini sangat menginsirasi saya. Pepatah ini
dinyanyikan oleh santri-santri Gontor entah angkatan berapa. Berikut bunyinya:
Ø´َÙ…ِّرْ
Ùˆَجِدَّ Ù„ِØ£َÙ…ْرٍ Ø£َÙ†ْتَ Ø·َالِبُÙ‡ُ # Ø¥ِØ°ْ لاَ تُÙ†َالُ الْÙ…َعَالِÙŠُ Ù‚َØ·ٌّ
بِالْÙƒَسَالِ
Singsingkanlah
dan berusahalah atas sesuatu yang kalian idam-idamkan
Sesungguhnya
kemuliaan itu tidak didapat dengan kemalasan
Akhirnya saya
sampaikan kepada kalian JADILAH MAHASISWA LUAR BIASA JANGAN JADI MAHASISWA
ALA KADARNYA.
Salam
Mahasiswa.