Sumber : www.pexels.com
Bagaimana rasanya bila kamu sudah bekerja sekeras
mungkin, tetapi nyatanya belum membuahkan hasil yang memuaskan? Ditambah lagi
omelan atasan tiada henti, muakkah dirimu? Huft, rasanya ingin segera
lari mencari tempat menyendiri untuk menenangkan diri.
Seorang pegawai butuh dihargai atas pekerjaannya. Okelah,
mungkin ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan, ya tegurlah dengan baik-baik.
Jangan langsung naik pitam yang nantinya malah membuat bawahan semakin abai
dengan atasan. Marah-marah sebab pekerjaan tidak beres boleh-boleh saja, asal
diimbangi dengan pemberian penghargaan atas apa pun pencapaian yang dilakukan
oleh bawahan. Dalam teori Maslow, salah satu hierarki kebutuhan manusia yang
kesekian adalah kebutuhan akan penghargaan diri. Jadi, selain penghargaan dari
diri sendiri, penghargaan dari luar diri juga amat diperlukan.
Bila tak ada penghargaan sama sekali, maka jangan
salahkan bila loyalitas pekerjaan bawahan menurun bahkan drastis sekali
penurunannya. Seorang pengurus tiba-tiba acuh tak acuh terhadap tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Bukan karena tidak bisa, tapi lebih kepada kurangnya
penghargaan atas pencapaian yang telah dilakukan, sekecil apa pun itu.
Maka, saya kira ucapan terima kasih kepada orang lain
menjadi cukup ampuh untuk menunjukkan sebentuk penghargaan atas apa pun yang
telah dilakukan. Meskipun tidak diberi upah berupa materi, tetapi ada rasa
bangga sebab dirinya dianggap ada, terlebih bila hasil pekerjaannya memuaskan.
Tentu ada kepuasan tersendiri. Satu sisi dirinya benar-benar dapat mengerjakan
sesuatu dengan baik, sisi lainnya pekerjaannya dihargai oleh atasannya.
Tentunya hal tersebut akan terus memacu semangatnya untuk terus berkarya lebih
baik ke depan. So, jangan
sungkan-sungkan memberikan penghargaan atas segala hal yang telah dilakukan
oleh orang-orang di sekitarmu. Niscaya di hari kemudian kamu akan memetic
buahnya. Orang yang kamu hargai akan kembali menghargaimu entah bagaimana
caranya.
@muhamin25 | 9 November
2017 11.05