Senja itu masih jingga. Ia menjadi pembeda siang dan malam. Bersiap menerima kembali matahari dan menggantinya dengan bulan dan bintang di langit. Senja masih seperti itu saja dari waktu ke waktu, tapi berbeda denganmu.
Aku paham kamu berbeda dengan senja. Kamu manusia yang terus berubah sepanjang waktu. Punya kehendak ini dan itu. Punya pula nafsu juga akal sehat yang mengiringi perputaran waktu. Tapi tunggu dulu, berbeda macam apa yang dimaksud di sini.
Maksudku berbeda menuju arah yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan berbeda lebih buruk atau sama saja. Tentu kau ingat dengan sabda Rasul bahwa yang beruntung adalah yang terus membaik setiap harinya. Yang rugi adalah yang tak ada perubahan apa pun, sedang yang lebih buruk di hari-hari selanjutnya ia akan celaka.
Di senja itu kita berjumpa pertama kali. Tak mudah menghilangkan kenangan indah itu kawan. Kini aku paham bahwa kita sama-sama makin sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kuharap setiap senja hadir aku, juga kau memandang matahari itu tenggelam. Meski posisi kita berjauhan, bukan berarti hati kita jauh juga. Tenang, kita masih berdiri di bawah langit yang sama. Menjejak bumi-Nya untuk memakmurkan sesuai perintah-Nya. Aku hanya berharap di satu waktu di antara lintasan bumi yang terus berotasi kita dapat bertemu. Bertemu untuk menguatkan satu sama lain, bukan menjatuhkan satu sama lain.
15 Februari 2018