Entah mengapa, menuju usia seperempat abad ini diri selalu bertanya-tanya siapakah pasangan yang kelak mendampingi hingga maut memisahkan. Mungkin karena teman-teman seperjuangan sudah menemukan belahan jiwanya. Ah, itu iri namanya. Bilang saja diri ini tak kuat godaan melihat mereka yang menikah duluan.
. Semakin dewasa, cinta ini semakin logis saja tampaknya. Dulu diri begitu mudah jatuh cinta pada seseorang. Berkenalan, say hello, minta nomor gawai, chat whatsapp dan facebook, jalan-jalan ke sana kemari berdua. Serasa lupa pada dosa. . Sekian tahun berkuliah memang diri cukup mudah terpikat pada lawan jenis. Ciri fisik mungkin jadi patokan utama kala itu. Tapi sekarang, inner beauty, kepribadian, rajinnya beribadah, muamalah dengan teman dan orang tua rasanya menjadi lebih penting daripada ciri fisik yang menawan itu. . Selain itu, aku juga tak mau kerja dua kali. Maksudnya kupertimbangkan juga agar ia satu frame, satu pemikiran terutama dalam menjalankan ritual peribadatan pada S