Mari kita kembali kepada sejarah Hagia Sophia terlebih dahulu. Bagaimana alur kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid pada 10 Juli 2020 lalu. Awalnya, Hagia Sophia dibangun pada abad keenam sebagai gereja. Tepatnya, tahun 537 M. Katedral Ortodoks ini adalah tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel sampai 1453. Sempat pada tahun 1204 sampai 1261 diubah oleh pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma.
Katedral Ortodoks ini berjalan sampai 1453 ketika Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel. Bangunan ini dimasuki Al-Fatih, menyuruh siapa saja yang berada di dalamnya untuk kembali ke rumah masing-masing dan hak-hak mereka dilindungi. Al-Fatih mengubah Hagia Sophia menjadi masjid sejak 29 Mei 1453 hingga 1931.
Pada tahun 1935, Republik Turki di bawah kekuasaan Mustafa Kemal Attaturk yang dikenal sebagai Bapak Turki Modern mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Lalu, pada 10 Juli lalu, dekrit museum dibatalkan dan segera saja Erdogan mengesahkan Hagia Sophia menjadi masjid (kembali).
Lantas, coba kita beralih kepada berita terkait reversi Hagia Sophia ini. Apakah semua mendukung atau adakah yang menentang. Ternyata tak semuanya mendukung. Ada juga yang menentang seperti layaknya hal lain di dunia ini.
Mereka yang mendukung misalnya Rusia. Vladimir Putin mengatakan bahwa reversi Hagia Sophia menjadi masjid adalah urusan dalam negeri Turki. Rusia menghormati putusan itu dan tak mau ikut campur. Dengan reversi ini, kunjungan Hagia Sophia yang ketika menjadi museum harus membayar tiket masuk, sekarang menjadi gratis. Jubir Rusia, Peskov, menyatakan bahwa hal ini menguntungkan wisatawan.
Mereka yang menolak misalnya Paus Fransiskus, pemimpin gereja Katolik Roma menyedihkan kembalinya museum Hagia Sophia menjadi masjid. Ini terkait sebelum ditaklukkan Al-Fatih pada 1453, Hagia Sophia adalah katedral Ortodoks. Sangat wajar menurut saya karena Paus Fransiskus adalah pemimpin keagamaan.
Selain Paus Fransiskus, Yunani juga mengancam akan menjadikan rumah Mustafa Kemal Attaturk sebagai museum genosida. Hal ini disampaikan Menteri Pembangunan Pedesaan, Makis Voridis. Amerika Serikat dan Prancis juga mengecam langkah Erdogan ini. Katanya mencederai warisan budaya dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO.
Namun, saya mau memberi sedikit pandangan terkait bagaimana dunia merespon reversi Hagia Sophia. Mereka yang Islamophobia akan menggoreng isu ini sampai Hagia Sophia tak lagi menjadi masjid. Pertanyaan sebaliknya dilontarkan, lantas ke mana saja selama ini ketika mengetahui masjid-masjid di dunia ini yang katanya warisan budaya dan sejarah dihancurkan dan beralih fungsi menjadi rumah ibadah Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, bahkan sampai menjadi Night Club?
Toleransi yang digembar-gemborkan selama ini hanyalah topeng belaka. Masih berat sebelah. Islam sendiri akan dengan tegas mengkritik diri sendiri kalau memang ada kekeliruan dalam kebijakan. Jangan sampai penggema toleransi tak melaksanakan toleransi sebagaimana mestinya. Mereka masih suka menyerang satu kelompok agama bila tak sepaham dengan apa yang mereka yakini. Miris sekali bukan?
Lalu, solusinya bagaimana? Kalau memang terkait UNESCO, saya kira perkara ini bisa dibicarakan di forum dunia seperti PBB. Silakan diputuskan bagaimana seharusnya status Hagia Sophia. Apakah ia menjadi masjid ataukah kembali menjadi museum.
#WWS6 #WWShari22 #nasrulyung #NulisBarengNasrulYung #NebengBarengNasrulYung #sekolahcreator #day22 #22072020