Kembali Ke Atas
Beranda
Opini
Menghargai dengan Membeli
Muhammad Amin Muhammad Amin
September 04, 2020

Menghargai dengan Membeli

Hampir satu bulan saya off dari menulis. Namun, ini bukan berarti saya tidak menulis sama sekali. Masih menulis sebenarnya, tetapi berbeda konten dan konteksnya saja. Ketepatan saya bulan lalu mengikuti kelas 21 Hari Kuliah IG asuhan Aaron Blenda dan Rico Huang. Sudah lama sebenarnya ingin mengikuti kelas tersebut, alhamdulillah keturutan juga. Saya benar-benar seriusi kelas ini karena saya ingin tahu polanya. Saat ini saya sedang mengikuti Kelas Instagram Organik asuhan Niko Julius.

Kelas-kelas itu berbayar, tidak gratis. Mengapa saya rela membayar mahal. Ada yang seratus ribu, dua ratus ribu, dan lain-lain. Lagi-lagi saya harus katakan bahwa ini adalah investasi otak ke atas. Salah satu prioritas saya dalam hidup adalah mengoptimalkan segala potensi dalam diri, salah satunya dengan mengikuti berbagai kelas yang digelar melalui daring tersebut.

Membeli adalah tanda menghargai. Lalu ada yang bertanya, emangnya kalau gratis nggak menghargai? Ya, nggak gitu juga mikirnya. Maksudnya dengan membeli ada perasaan saling membutuhkan, tidak hanya sekadar transaksional belaka. Membeli suatu karya, kelas, atau apa pun bentuknya adalah suatu penghargaan. Saya ingat perkataan Panji Pragiwaksono, standup komedian menyatakan bahwa kalau ada teman minta “harga teman”, saya katakan sama dia, harganya lebih mahal dari seharusnya. Mengapa? Jawabannya karena teman sejati senantiasa mendukung karena tahu bagaimana perjuangan kita untuk bisa sampai pada titik ini. Waw, nampar banget nggak tuh?

Sebenarnya saya tidak menafikan mereka yang suka gratisan. Itu juga bagus sebagai awal, sebagai stimulus, sebagai penyemangat, tetapi yang sering ditemukan adalah hadirnya rasa meremehkan. Karena dapat buku gratis, tidak segera dibaca. Karena sekali dapat gratisan, selamanya pengen gratisan. Kan jadi mental miskin kalau seperti ini.

Beberapa motivator menyebutkan bahwa mindset orang kaya adalah memberi. Ia tak mau sekadar menerima tanpa adanya timbal balik. Bahkan sebisa mungkin memberikan yang lebih baik daripada yang pernah diterima. Maka, mindset orang kaya ketika misalnya mereka makan berdua di restoran, keduanya berlomba untuk saling traktir, bukan berlomba untuk minta gratisan.

Intinya, bila ingin naik kelas, cobalah kelas berbayar. Di awal boleh kamu ikut yang 30.000 atau 50.000. Ke depan kamu harus investasikan sebagian uang untuk hal-hal seperti ini. Sensasi ikut kelas berbayar BEDA. Sekilas sama, tetapi tentu ada lebih banyak hal yang bisa didapatkan dari kelas berbayar. Contohnya bonus ebook, relasi, grup mentoring, event khusus, dan lain-lain. Investasi ini mungkin tidak menghasilkan saat ini, tetapi saya selalu yakin akan ada masanya semua lelah belajar hari ini terbayar lunas dengan tercapainya cita-cita di masa depan.

 


Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)