Kembali Ke Atas
Beranda
CPNS
Menyikapi Rezeki yang Didapatkan
Muhammad Amin Muhammad Amin
Mei 25, 2022

Menyikapi Rezeki yang Didapatkan

Gimana kabarnya, guys? Semoga sehat selalu ya. Kali ini aku mau sharing soal gimana pandanganku soal rezeki ya. Dalam hal ini mungkin lebih dominan pada sisi materi (uang). Meskipun ada rezeki lain yang Allah berikan kepada kita dalam kehidupan.

Alhamdulillah, tidak terasa hampir 2 bulan aku menjadi CPNS di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Aku belajar banyak hal di sini. Mulai dari mendisiplinkan diri dengan rutinitas yang kalau kata orang “gitu-gitu aja”, belajar memahami dan ngomong bahasa Sunda, dan masih banyak yang lain.

Nah, jadi ternyata sebulan pertama tuh harus struggle dengan tabungan. Jadi, pesenku buat yang minat jadi CPNS atau mungkin PPPK, siapin aja tabungan yang cukup. Minimal sebulan sampai dua bulanlah.

Mungkin kita mengira kita langsung digaji saat masuk kerja, tetapi kenyataan di lapangan bisa saja berbeda. Aku pun nggak terlalu ngerti kalau instansi lain. Namun, yang kupahami CPNS/PNS itu istilahnya “dibayar dulu baru kerja”. Ya, it’s true. Jadi, tenang aja. Insyaallah gaji kalian bakal dirapel nanti. Sabar aja.

Sebulan pertama, selain ngantor terus karena kita diperbantukan di berbagai jurusan, kita juga ngurus perihal gaji. Hal yang harus dimaklumi mengapa gaji bulan pertama tidak langsung dibayarkan adalah karena LHKPN belum menerima rincian tiap CPNS. Misalnya apakah ia masih single atau sudah menikah atau sudah punya anak. Hal ini terkait dengan tunjangan yang akan didapat oleh masing-masing CPNS.

Ketika KP4 (anggap saja data keluarga CPNS) dikirim ke LHKPN, setengah bulan berikutnya proses selesai dan taraa… awal bulan berikutnya akan penuh dengan kebahagiaan.

Karena masih kondisi puasa (April), maka beberapa waktu kami bekerja dari rumah. Namun, kami lebih sering bekerja dari kantor.

Nah, selain gaji pokok dan tunjangan (keluarga, dan lain-lain), ada juga tunjangan uang makan dan tunjangan kinerja yang dilihat dari laporan LCKH (Laporan Capaian Kinerja Harian). TUM bisa dilihat berbarengan dengan kehadiran CPNS (fingerprint) pada web sip atau aplikasi mobile SIP. Nah, dua tunjangan terakhir dibayarkan oleh kampus kepada CPNS melalui rekening yang telah disepakati bersama.

Beberapa kali juga diadakan acara dan kita diminta tidak presensi melalui fingerprint. Nah, aku sempat salah paham soal ini. Mengapa tidak perlu presensi fingerprint? Karena TUM dan kehadiran akan digantikan oleh pengelola keuangan kegiatan dan akan ditransfer sesuai kehadiran pada acara tersebut (mengisi daftar hadir ketika acara).

Sebagai orang yang pernah bekerja di bawah payung instansi yang sama, meskipun tidak secara langsung, aku sangat bersyukur dengan apa yang didapat. Meski bagi sebagian orang dibilang kecil dan tidak seberapa, tetapi bagiku bukan soal besaran uangnya, tetapi bagaimana mengelola apa yang didapat agar terus menjadi hal yang berkah.

Maksudnya berkah yang bagaimana? Berkah itu artinya ziyadatul khoir atau tambahan kebaikan. Artinya kalau besaran gaji yang diterima tidak membuat kehidupan kita semakin membaik, maka semua itu sia-sia saja. Ingat bahwa hal-hal duniawi bisa bernilai ibadah dan akhirat ketika diniati untuk ibadah dan akhirat.

Ini sih saran dari aku pribadi bagaimana mengelola gaji yang didapat, terutama bagi mereka yang baru pertama kali memegang “uang banyak” agar itu tadi, BERKAH.

  1. Alokasikan zakat atau sedekah
    Zakat sepatutnya menjadi hal utama yang dilakukan setelah menerima gaji. Zakat profesi istilahnya. Kamu bisa pakai kalkulator zakat profesi untuk menghitungnya. Besarannya 2,5 persen dari keseluruhan gaji selama setahun. Zakat profesi wajib bagi mereka yang sudah sampai nisab emas 85 gram. Kalau tidak wajib zakat, usahakan untuk mengalokasikan sebagian untuk berinfak dan bersedekah kepada yang membutuhkan. Bila kesulitan, bisa melalui badan amil zakat infak sedekah yang sudah banyak hadir di tengah kita.
  2. Bayar utang atau cicilan
    Kalau kamu punya utang atau cicilan, usahakan untuk mendahulukannya. Mengapa? Karena hal ini terkait dengan hak anak Adam. Saranku kalaupun harus berutang, pastikan uangnya dipakai untuk hal-hal produktif misalnya mendukung kerja atau merintis bisnis.
  3. Hitung pengeluaran kebutuhan bulanan
    Agar gaji bulanan tidak cepat habis, hitung kebutuhan bulanan secara rinci. Hal ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga seperti makan sehari-hari, pendukung kerja, dan lain-lain.
  4. Pertimbangkan untuk ditabung atau investasi
    Mumpung masih muda dan belum terlambat, kamu bisa mulai investasi. Kamu bisa memilih produk investasi dengan profil risiko rendah seperti pasar uang atau obligasi. Hari ini negara mengeluarkan SBR (Saving Bond Retail), SR (Sukuk Ritel), ORI (Obligasi Negara Ritel), dan ST (Sukuk Tabungan). Yang terbaru ada SBR011 yang hari ini sudah mulai dibuka sampai sekitar awal Juni. Kalau mau coba silakan dibaca ketentuan dan cara investasinya dengan cermat. Kamu bisa pakai aplikasi bibit untuk mendukung investasimu. Masukkan kode referrel zkknskn.
  5. Persiapkan dana darurat dan asuransi (jiwa, keseatan, dan lain-lain)
    Mulai rancang juga dana darurat sejak muda. Besarannya bagi yang single adalah pengeluaran rutin bulanan selama 6 bulan. Bagi yang sudah menikah adalah pengeluaran rutin bulanan selama 12 bulan (setahun). Dana darurat dipersiapkan untuk mempersiapkan kondisi darurat kalau seseorang mendapat musibah, PHK, dan semacamnya.

    Mulai pertimbangkan juga untuk membuka akun asuransi jiwa, kesehatan, dan sebagainya. Kamu bisa memakai lifepal atau langsung pergi ke penyedia asuransi. Pertimbangkan besaran premi dan keuntungan yang didapat dari tiap asuransi.

Lebih kurang, itulah 5 hal yang perlu kamu lakukan agar gaji yang didapat makin berkah dari waktu ke waktu. Hal lain yang bisa kamu lakukan adalah meningkatkan kinerja agar sepadan antara apa yang kita lakukan dengan apa yang kita dapatkan. Kita tentu tidak mau makan “gaji buta” kan?

Selain itu, perbanyak ibadah salat sunnah, puasa sunnah, dan amal baik lain. Karena kalau apa yang didapat tidak mendatangkan kebaikan, takutnya teralihkan pada hal-hal yang tidak bermanfaat dan mengarah pada keburukan.

Selalu ingat bahwa menuruti nafsu tidak akan pernah ada habisnya. Aku teringat mahfuzat semasa di pondok yang berbunyi berikut

النَفْسُ كَالطِفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى  #

حُبِّ الرَضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ

Hawa nafsu itu seperti anak kecil, jika kau biarkan menyusu sampai dewasa,

Dia akan terus menyusu. Tapi jika engkau memisahkannya dia akan berhenti.

كَمْ حَسَّنَتْ لَذَّةً لِلْمَرْءِ قَاتِلَةً  #

مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنَّ السُمَّ فيِ الدَسَمِ

Betapa sering nafsu menjadikan sesuatu yang nikmat namun mematikan itu terlihat baik.

Sampai-sampai orang tidak tahu bahwasannya ada racun di dalam lemak.

Bermimpi dan bercita-cita punya materi yang banyak sah-sah saja, tetapi ingat bahwa segala sesuatu punya konsekuensi. Setiap pekerjaan punya standar yang telah ditetapkan. Selayaknya sebagai orang dewasa yang berpikir, kita mempertimbangkan masak-masak semua itu sebelum memutuskan ke mana kakan menghabiskan sisa hidup pada pekerjaan. Satu hal yang paling banyak menyita kehidupan.

Ingat pula satu hal bahwa rezeki dan pekerjaan yang kita dapatkan dan jalani saat ini bisa jadi adalah dambaan mereka yang ada di luar sana, impian mereka yang tiap hari berjuang mencari kerja dari satu tempat ke tempat lain. Ya Allah, jauhkan kami dari umat-Mu yang kufur nikmat dan menjadi hamba yang pandai bersyukur. Fabiayyi aalaa’i rabbikumaa tukazzibaan. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Semoga tulisan ini menjadi pengingat diri kala lupa. Wallahu a’lam bis shawaab.

*Tulisan ini terbit setelah melihat fenomena di tempat kerja dan mendapatkan hak yang selama ini ditunggu-tunggu. Semoga semakin berkah.

*Bila ada informasi yang kurang tepat silakan mengirim korespondensi ke surel muhamin2525@gmail.com

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)