Kembali Ke Atas
Beranda
Tidak Dikategorikan
PKLI FITK Thailand Part 2 2016
Muhammad Amin Muhammad Amin
Januari 09, 2016

PKLI FITK Thailand Part 2 2016


PKLI Thailand Part 2 (4 Januari 2016)
Setelah mengudara selama kurang lebih 4 jam dari Bandara Juanda 2 Surabaya, kami sampai di Don Mueang International Airport, Bangkok. Lantas kami urus urusan imigrasi dan ambil barang. Lalu, kami beristirahat sejenak di bandara sembari menunggu Mas Ridho, kakak kelas PBA 2011 kami yang telah mengajar di Thailand selama lebih kurang 6 bulan. Kami sempatkan untuk sholat Ashar terlebih dahulu. Menjelang maghrib, Mas Ridho datang bersama Mas Amar, kepala sekolah dan membawa kami dengan bus menuju muslim guesthouse. Perjalanan ditempuh sekitar 30-40 menit. Biaya naik bus ini 140 baht per kepala. Maklum sedikit mahal karena memang bus charteran, tidak seperti bus atau angkutan umum lainnya. Sesampai di guest house, kami letakkan barang, bersih diri, sholat magrib dan Isya’ lantas mencari makan malam yang berjarak satu gang saja dari gang guest house kami. Kami pesan makanan dan kami nikmati masakan ala thailand. Ternyata, orang Thailand sangat suka dengan asam dan pedas. Setiap masakan hampir-hampir selalu ada rasa asam dan pedas. Ya, paling tidak lidah masih terbiasa dengan masakan semacam itu. Harga makanan rata-rata 30 baht atau setara dengan 12.000 rupiah. Lepas makan malam, kami berjalan-jalan di sekitar taman kota. Dekat taman itu terdapat banyak penjual baju, makanan, dsb yang menjajakan dagangan mereka. Tak lupa, ada pos polisi yang senantiasa berjaga mengamankan jalan keluar masuk Rajamangala National Stadium. Kami sempatkan berfoto di taman dekat telaga dengan latar belakang tulisan Sports Authority of Thailand. Di atasnya terpampang foto raja ukuran besar dengan bendera Thailand berkibar-kibar di sebelah kanan dalam jumlah besar. Malam hari tampak indah dari tepi telaga ini. Tak puas hanya berhenti di sini, kami lanjutkan jalan-jalan menuju area sekitar Rajamangala National Stadium. Kami ingin esok pagi sebelum beranjak ke Chana pada sore hari untuk berfoto di sekitar area ini. Akhirnya, waktu tak terasa telah menunjukkan pukul 23.00. Kami kembali ke guest house, menyeduh kopi, sambil berbincang banyak bersama teman mengenai Thailand dan Indonesia. Menjelang tengah malam. Kami berlayar ke pulau kapuk di kamar masing-masing.

Sawaadii khab Thailand. Phum Che Muhammad Amin pre’thed Indonesia.

PKLI Thailand part 2 (5 Januari 2016) 
Hari kedua di Thailand. Kami bangun subuh pada pukul 4 pagi sesungguhnya. Teman kami, Adam membangunkan kami. Padahal sholat subuh masih 1,5 jam lagi. Subuh di Thailand pukul 5.30 pagi. Suasana pagi disini pukul 6 masih seperti pukul 5 pagi di Indonesia. Orang-orang masih tampak sepi dan malas untuk beraktivitas. Aktivitas baru dimulai sekitar pukul 7 ke atas. Usai subuh kami berjalan-jalan ke area Rajamangala National Stadium. Kami berfoto ria disana bersama kawan-kawan, tak lupa kami bawa tulisan salam dari negeri gajah putih yang kami tulis di atas kertas. Setelah puas berfoto, kami pun pulang ke guest house pada pukul 07.30. Kata seorang teman, di Thailand pada pukul 8 pagi akan diputar lagu kebangsaan Thailand di radio-radio dan biasanya aktivitas terhenti sejenak untuk mendengarkan lagu kebangsaan tersebut. Sesampai di guest house, kami bersih diri dan bersiap untuk sarapan. Kami kembali mengembara mencari sarapan di warung terdekat. Kami dapati penjual nasi kuning dengan ayam, telur, dsb seharga 30 baht. Kami bawa pulang dan kami santap bersama di guest house. Usai itu, saya hanya bersantai di kamar sambil asyik memainkan smartphone. Maklum, beberapa hari komunikasi kami dengan kawan-kawan sedikit terhambat karena memang kami tidak langsung membeli kartu atau sim card thailand. Kami hanya mengandalkan wi-fi yang disediakan oleh guest house tempat kami menginap semalam. Menjelang tengah hari, kami bersiap-siap untuk bergerak menuju stasiun di sekitar Bangkok untuk kemudian naik kereta api menuju stasiun Chana. Diperkirakan perjalanan akan menempuh 17 jam dari pukul 15.00 sampai 08.00 pada hari berikutnya. Sesampai di stasiun, kami langsung menaikkan koper kami. Satu gerbong kami kuasai. Sebelum kereta beranjak datang 1, 2 turis dan duduk di gerbong yang sama. Perjalanan di atas kereta awalnya membosankan karena memang waktu tempuh yang sangat lama. Tetapi, itu semua dapat teratasi berkat kami
bertolak bersama. Jadi, kami bisa banyak bertukar cerita, bermain tebak kata, sambung lagu, main kartu sampai tak dibolehkan oleh salah satu petugas kereta, dan tak lupa makan yang sudah kami siapkan sejak kami masih di guest house tadi. Di stasiun berikutnya, naik juga beberapa turis dan bertempat di gerbong yang sama. Semakin malam, tampaknya mereka semakin geram dan sedikit marah karena kami memang sedikit ramai. Tapi, itu tak terlalu memusingkan kami. Kami pun sempat membeli es serut ketika kereta berhenti sejenak di salah satu stasiun. Es di Thailand sangat awet, tidak cepat meleleh, meski udara sekitar begitu panas. Saya masih tidak tahu mengapa mengapa bisa begitu. Menjelang tengah malam kami tertidur. Tetapi, tiba-tiba datang satu pasangan suami istri menggeser tempat duduk salah satu teman kami dan akhirnya kami harus rela berbagi tempat duduk dengan mereka. Tak apalah, kami lanjutkan tidur kami sampai pagi menjelang.

PKLI Thailand Part 2 (Rabu, 6 Januari 2016)
Pagi ini masih di kereta api yang sama dengan hari sebelumnya. Beberapa dari kami sudah bangun pada pukul 3 atau 4 pagi. Sembari menunggu adzan subuh, kami bercakap-cakap dengan kawan. Tatkala subuh menjelang, kami laksanakan sholat subuh di kereta. Usai itu, ada yang lanjut tidur, ada yang bercengkrama dengan yang lain sembari menunggu kereta ini sampai di Chana sekitar 2,5 jam lagi. Tetapi, jam 8 telah lewat, kami belum jua sampai di tujuan yang ditentukan. 2 jam berikutnya, atau tepatnya pada pukul 10 pagi kami baru sampai di stasiun Chana. Kami harus bahu-membahu mengangkat koper 49 anak dari atas kereta ke luar kereta. Total perjalanan kami dari Bangkok ke Chana dengan kereta api selama 19 jam. Meski memakan waktu yang agak lama untuk ukuran transit, tapi tak apalah. Disana sudah menunggu Ust. Syukur dengan beberapa van yang siap mengantar kami menuju Chariyatam Suksa Foundation School. Disana akan diadakan acara penyerahan dari DPL (Mas Ridho) kepada sekolah masing-masing. Usai bersih diri dan berpakaian rapi, kami sholat dzuhur, membeli minuman di kantin lalu menuju ruang pertemuan. Pertemuan dimulai pukul 14.30 menjelang Ashar. Acara singkat saja. Tak perlu berpanang kata. Ada sambutan dari Kepala Sekolah Chariyatam, Mas Ridho selaku DPL, sambutan dan arahan dari konsulat Indonesia di Songkhla, lalu dilanutkan foto bersama antara mahasiswa PKLI dengan perwakilan dari sekolah masing-masing. Lepas itu, kami mengisi lembar lapor diri yang dibawa oleh konsulat Indonesia sebagai bukti perlindungan kami di negeri Thailand ini. Setelah semua urusan beres, kami bertemu dengan perwakilan sekolah kami lantas berkemas barang untuk kemudian menuju sekolah kami di Sassanabamrung Chana. Sampai disana, kami disuruh menuju ruang mokgu dan pokgu (Kepala Sekolah). Kami disambut dengan hangat. Kami juga ditemani Kak Wella dan Hielda yang keduanya berasal dari Indonesia. Kami juga ditemani kak Fauziah yang aku sendiri sudah kenal lebih awal lewat facebook beberapa hari yang lalu ketika masih di Indonesia. Setelah pembicaraan usai bahwa kami akan fix hanya mengajar sekitar 2 minggu saja di sekolah ini. Esok hari kami diminta hadir untuk mengikuti acara hari kanak-kanak nasional yang kemudian kutahu bahwa hari kanak-kanak itu adalah memperingati hari ulang tahun anak pertama raja Thailand. Kami pun akhirnya menuju penginapan yang ternyata disana sudah dipakai oleh 2 ustadz, Ustadz Ibrahim dan Ustadz Ahmad, guru di Sassanabamrung, Chana. Setelah meletakkan barang, kami istirahata sejenak, mandi, sebelum maghrib kami minta ustadz Ibrahim untuk mengajak kami membeli sim card untuk kemudahan komunikasi kami selama di Thailand. Kami menuju Lotus yang jaraknya mungkin sekitar 30 menit bila ditempuh dengan jalan kaki. Kami berkeliling, membeli beberapa minuman, beli sim card dan kahirnya memutuskan untuk pulang karena maghrib telah menjelang. Sesampai di rumah ustadz, kami sholat maghrib, makan malam, sholat isya, karena kelelahan aku tertidur pulas malam itu.

PKLI Thailand Part 2 (Kamis, 7 Januari 2016) 
Kami bangun pukul 5 lewat sedikit, lalu ambil wudhu dan menuju masjid untuk melaksanakan solat subuh berjamaah. Usai sholat subuh, kami sempatkan observasi kegiatan disini. Beberapa santri putra (aku tak tahu kelas berapa), mereka membaca surat Yasin didampingi salah satu ustadz mereka sampai selesai lalu dilanjutkan dengan berdoa. Aku memilih untuk mengaji sendiri di sisi masjid yang lain. Usai itu, kami berkeliling sekitar sekolah. Kami sempatkan bertemu kawan kami, Tyas dan Anis yang ternyata nasibnya masih kurang jelas. Kami saling bertukar cerita, kami kunjungi kontrakan Kak Fauziah lalu kembali ke rumah ustadz untuk bersih diri, sarapan lalu persiapan menuju sekolah untuk perayaan hari kanak-kanak nasional. Pukul 8 pagi sekolah sudah tampak ramai. Beberapa orang tua, saudara, dsb tumplek blek disini. Untung saja ruang pertemuan di lantai 1 ini cukup memuat mereka semua. Pelbagai hadiah sudah disiapkan di depan mulai sepeda, fan, dsb. Acara pun dimulai. Mereka buka dengan sambutan pak camat Songkhla, lalu Pokgu pun memberikan sambutannya yang hangat meski kami tak tahu mereka cakap apa karena semuanya bahasa Thailand. Ya, kami nikmati saja semuanya. Ada pula pertunjukan tentang ASEAN. Disana kulihat bendera Indonesia dikibarkan. Rasa-rasanya disini MEA sudah begitu kental terasa. Tak seperti di negeri sendiri, Indonesia yang sepertinya masih sibuk dengan urusan kecil yang tak berkesudahan. Alhamdulillah kami bertemu kak Wella dan kak Hielda yang tempo hari menerima kedatangan kami di ruang guru. Kami berbincang banyak. Kak Wella asli Padang, sudah menjadi guru tetap beberapa tahun disini. Sedangkan Kak Hielda sendiri asli Bogor, ia PKL disini adalah utusan dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Ia sudah 2 bulan sejak Oktober dan akhir bulan ini akan pulang ke Indonesia. Asyik kami bercakap kesana kemari tentang anak-anak Thailand, pendidikannya, penghormatan kepada raja, dsb. Siang menjelang, kami berfoto bersama geng motor yang sengaja didatangkan oleh pokgu dan mokgu, berfoto di depan bendera ASEAN lalu kami (saya, agung, kak Hielda dan Kak Wella) makan siang di kantin sekolah yang siang itu memang disediakan gratis untuk semua tamu yang datang. Usai makan siang kami kembali ke rumah ustadz Ibarhim untuk melepas penat. Setelah beberapa saat, kami kembali ke sekolah untuk sekadar melihat sekeliling. Sejurus kemudian, kami sudah berfoto ria kembali dan tak lupa berfoto dengan geng motor tadi. Lalu, kami berkemas untuk kemudian bertolak menuju Chariyatam Suksa Forundation School, lalu karena disana tak ada tempat, kami dialihkan ke tempat ustadz Syukur yang memiliki QLC (Quranic and Language Center). Sesampai disana kami sholat ashar dan beristirahat sejenak. Malam harinya kami latih anak-anak untuk bisa khotbah. Aku melatih Mahdi dan Agung melatih Ribchan. Ribchan memang terkenal pintar di sekolah. Hal itu kami dengar dari pengakuan guru-guru di sekolah. Usai lelah mengajar, kami keluar untuk mencari jajanan Thailand, kami kembali pukul 21.10 karena pukul 21.15 ustadz Syukur menutur rumahnya. Di Thailand sepanjang jalan depan rumah ustadz Syukur akan ramai penjual nasi pada pagi hari karena memang banyak pekerja kantor, karyawan, dan siswa yang hendak pergi ke sekolah. Tetapi tatkala malam tiba, itu semua sepi dan beralih ke jalan perempatan yang ramai karena disana banyak orang lalu-lalang untuk sekadar makan malam atau bersantai bersama.

PKLI Thailand Part 2 (Jum’at, 8 Januari 2016) 
Subuh, kami berkenalan dengan santri ustadz Syukur. mereka berjumlah hampir 10 orang. Ada Rusydi, Nafi’, Mahdi, Ribchan, dan sisanya saya tak hafal namanya. Setelah berkenalan, kami kembali belajar. Aku mengajari bahasa Arab Mahdi karena katanya ia akan ada ujian di sekolah. Lepas itu, kami diajak oleh ustadz Syukur untuk berziarah kubur ke pojokan jalan depan ustadz Syukur. Kami juga semat sarapan disana. Kami makan nasi kerabu, minum air tawar tapi kurasa itu ditambahi semacam kunyit atau apalah namanya agar tubuh menjadi sehat. Kami kembali ke rumah ustadz Syukur, bersih diri, pukul 07.30 kami sudah berada di van untuk kemudian berangkat ke Chariyatam Suksa Fundation School. Kami pun bertemu Titin dan Kiky yang memang mengajar disana. Kami juga bertemu Dany Eka Aprilia dan Farla di tempat yang sama. Kami masuk ke ruang guru untuk menggambar dan melukis dalam rangka hari anak yang rencananya akan diselenggarakan pada Senin, 11 Januari 2016. Hari itu, Farla dan Dany Eka harus mengantar beberapa murid laki-laki sepertinya kelas mathium (menengah). Kami berempat akhirnya mengajar di kelas 5 dan 6 pada pukul 10.20 sampai 11.45. Usai itu, kami makan siang di kantin sekolah. Lalu, kami bercengkrama dengan murid SD disini lantas menuju masid untuk melaksanakan jamaah jum’at. Usai sholat jum’ah, kami latih nasyid 5 murid kelas Phrotum (SD). Mereka Salwina, Naseni, Saudah, Nafisah. Mereka akan mengikuti lomba pada 14 Januari 2016 di Hat Yai. Mereka akan menyanyikan lagu In Team berjudul kepastian. Setelah lelah latihan, kami pun pulang naik van ke rumah ustadz Syukur pada 16.00. Kami sempatkan foto di depan sekolah Phrotum. Sampai di rumah ustadz Syukur kami beristirahat sejenak, sholat ashar, bersih diri, sholat maghrib dan kembali melatih Ribchan dan Mahdi untuk taqdiimul qissoh. Aku cukup kelelahan hari ini, kami memutuskan untuk keluar mencari udara segar, makan malam serta minumannya lantas makan malam di depan rumah ustadz Syukur. Kami masuk ke kamar, menerjemahkan proposal tesis kak Fauziah ke bahasa Indonesia yang awalnya berbahasa Arab. Malam semakin larut dan mata sudah tak kuat menahan kantuknya.

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)