Kamis, 14 Januari 2016
Usai subuh berjama’ah, saya mempersiapkan diri untuk mengajar. Hari ini
hari terakhir saya dan Agung Muttaqien untuk mengajar di Chariyathamsuksa
Foundation School, esok dan selanjutnya kami berdua akan mengajar di sekolah
kami yang sesungguhnya, yaitu Sassanabamrung, Chana. Mobil sekolah pagi ini
datang sedikit terlambat. Biasanya, pukul 7.30 sudah datang. Tapi hari ini,
meski kami berdua sudah menyelesaikan sarapan di seberang jalan rumah ustadz
Syukur, kami masih sempat menunggu sekitar 5-10 menit. Mobil datang pukul 7.45.
Dengan kecepatan mencapai 100 km/jam, mobil melaju cepat membelah jalanan pagi
Chana. Maklum, jalanan 3 lajur yang semuanya menuju satu arah membuat Thailand
rasa-rasanya jarang sekali merasakan macet. Kami sampai di sekolah
Chariyathamsuksa Foundation School pada pukul 8.15. Sekolah sudah ramai,
anak-anak phratum sudah berbaris rapi mengikuti upacara. Lagu kebangsaan
kembali dikumandangkan beberapa saat setelah kami berdua turun dari mobil
sekolah. Hari ini, karena terakhir mengajar, kami berdua diminta memberikan
testimoni tentang sekolah ini dan pengalaman kami selama mengajar di
Chariyathamsuksa Foundation School seminggu ini. Saya sendiri mengungkapkan
semuanya dalam bahasa Inggris sedangkan Agung mengungkapkannya dalam bahasa
Arab. Anak-anak terlihat bersemangat untuk mengikuti kami yang meneriakkan tahiyyah
arobiyyah yang kemudian dijawab serempak oleh murid dengan kata tahiyyah.
Kami sangat senang melihat itu semua dan rasa-rasanya tak mau cepat-cepat
berpisah dengan segala elemen di sekolah ini. Tapi apa daya, waktu kami
mengajar disini memang sudah habis. Turun dari podium, kami berdua ditodong
oleh guru Hanuban (TK) untuk mengajarkan lagu-lagu berbahasa Arab yang memang
beberapa hari disini kami ajarkan kepada murid di tingkat Phratum. Meski hanya
sekitar 10 menit, kami berdua sangat senang melakukannya dan kami sendiri
begitu bersemangat. Nyanyian kami diikuti juga oleh guru-guru Hanuban selain
murid-murid. Karena jam mengajar hari ini pukul 10.20-11.10 dan pukul
14.20-15.10, kami lebih banyak menghabiskan waktu berbincang di ruang guru
sambil sesekali membaca buku.
Jam 10.20 kami masuk kelas 6 internasional. Kelas ini cukup mudah
diatur, nggak rewel jadi memudahkan kami juga untuk mengajar. Nah, hari ini
kesempatan saya mengajar mereka. Saya mengajarkan tentang menyusun kalimat dari
3 kata dengan menggunakan kata tanya. Misalnya :
أكل – Ù…Øمد –
الخبز
من يأكل الخبز؟
Ù…Øمد يأكل الخبز
ماذا يأكل Ù…Øمد؟
يأكل Ù…Øمد الخبز
Meski harus berkali-kali menjelaskan karena
faktor bahasa ibu mereka masih cukup kental. Tetapi, beberapa anak dapat
mencernanya dengan cepat. Saya minta beberapa murid mengikuti pola tersebut
untuk menjelaskan gambar-gambar berikutnya. Pada soal nomor 4, terbersit
sesuatu untuk memudahkan mereka dengan menggunakan angka karena memang susunan
kalimatnya sama. Saya rasa hal itu lebih memudahkan siswa, alhamdulillah,
memang strategi itu cukup membantu memudahkan siswa untuk mencerna pelajaran. Usai
mengajar, kami bersama ustad Bahrun makan siang di kantin sekolah, Menu siang
ini ikan dengan kuah yang sedikit asam. Saya rasa sedikit sekali kokinya
memakai garam. Ya, mungkin itu menjadi ciri khas masakan Thailand secara umum.
Kalau sudah asam, asamnya asam sekali, sekalinya pedas, pedas sekali. Kami
berbincang banyak hal seputar sekolah, Thailand, dan isu-isu terhangat di dunia
saat ini. Saking serunya, saya sendiri sholat berjama’ah dzuhur tertinggal satu
roka’at. Siang ini begitu panas. Selepas shlat dzuhur, kami berdua diajak ke mess
ustadz di seberang ruang guru. Ruangan ukuran 6x2 meter persegi dengan
perlengkapan kipas angin, sajadah, dan beberapa alat dapur ada disana. Kami
duduk sejenak disana sambil makan mie bersama ustad Bahrun. Lalu, kami berdua
menuju ruang guru untuk bersantai sejenak sambil berbincang. Terlihat seorang
siswa tertidur di atas kursi dengan kaki dibebat kasa karena sepertinya terluka
tadi pagi dan seorang siswi tertidur pulas yang katanya kena demam. Saya
berpikir, katanya siswi ini demam, tetapi kenapa sekarang beristirahat di
tempat yang kipas anginnya terus berputar dan AC dinyalakan di atasnya, saya
kira akan lebih baik berada di tempat lain. Pukul 14.20 kami masuk kelas 4
internasional. Ustad Bahrun mengajar dari awal sampai akhir. Saya, Agung,
Titin, dan Kiky hanya mengobservasi dari bagian belakang kelas sambil sesekali
menimpali pertanyaan dari ustad Bahrun untuk sekadar berkata “bagus, great,
shohiih, suwai”. Selesai mengajar, kami berdua berpamitan kepada Titin,
Kiky, ustad Bahrun, dan Kak Lini karena memang besok kami akan kembali ke
Sassanabamrung. Kami langsung bergegas pulang ke QLC bersama murid-murid dengan
mobil sekolah.
Pelajaran hari ini : pembelajaran di
Chariyathamsuksa Foundation School ini cukup bagus di pembiasaan murid.
Misalnya, usai upacara mereka berdoa bersama, sebelum pelajaran dimulai mereka
pun baca doa begitupun sesudahnya. Kemudian, mereka juga menata sepatu di depan
kelas mereka dengan rapi.
Jum’at, 15 Januari 2016
Pagi kusambut dengan wudhu dan subuh. Lantas bersantai di kamar. Karena
kemarin saya dan Agung sudah berpamitan dari Chariyathamsuksa Foundation
School, maka hari ini kami tidak berangkat ke sekolah seperti biasanya.
Rencananya kami akan segera kembali ke sekolah Sassanabamrung tetapi karena
satu dan lain hal akhirnya kami mengurungkan niat untuk kembali lebih awal.
Siangnya kami sholat jumat di masjid depan rumah ustad Syukur. Sekali kudengar
kata Indonesia di tengah-tengah khutbah, tak tahu maksudnya apa. Indonesia
dalam artian negara atau sekadar indonesia itu menerjemahkan bahasa Thailand ke
bahasa Indonesia. Kami membersihkan kamar tidur kami karena memang beberapa
hari lagi kami akan kembali ke sekolah Sassanabamrung. Malam harinya, saya dan
Agung makan malam di pasar Chana lalu berkunjung ke Tasdikiah, tempat PKLI Hadi
dan Alvin. Sampai disana kami bertukar pendapat mengenai banyak hal. Puas
bercerita, tak terasa di luar ruangan rintik hujan sudah turun beberapa saat
yang lalu. Kian malam, hujan kian deras. Menjelang tengah malam, kami sudahi
pertemuan dan pergi tidur.
Pelajaran hari ini : Tak selamanya yang
direncanakan di dalam pikiran akan menjadi kenyataan, selalu persiapkan plan B
dan C dst agar tetap dapat mengisi agenda yang kosong tersebut.
Sabtu, 16 Januari 2016
Pagi ini subuh di Tasdikiah. Menjelang siang, kami bersiap-siap karena
akan diajak baboh Tasdikiah untuk menghadiri pertemuan MUI Songkhla dan siang
harinya ada acara Teachers Day. Pukul 9 kami berangkat, setelah menempuh
perjalanan yang tidak sebentar, sampailah kami di tempat pertemuan MUI
Songkhla. Peserta sudah ramai karena pertemuan MUI ini bertepatan dengan
diadakan lomba pidato tingkat hanuban dari sekolah Islam se-Songkhla. Sesekali,
kudengar sekolah Chariyathamsuksa dan Sassanabamrung serta sekolah-sekolah lain
disebut oleh panitia lomba. Tampaknya, lomba itu telah diselenggarakan sejak
pagi. Usai sarapan dan puas berfoto di sekitar tempat lomba, kami beristirahat
sejenak di masjid serupa Taj Mahal jika dilihat dari kejauhan. Berlantai
marmer, bertembok putih dengan ornamen timur tengah membuat masjid ini tampak
gagah tinggi menjulang. Adzan dzuhur berkumandang, kuambil wudhu dan
melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Pukul 13.30 kami bertolak menuju resort
dimana acara teachers day akan dilangsungkan. Sampai resort ternyata juga sudah
sangat ramai, baboh saja sampai kesusahan mencari tempat parkir mobil. Kami
masuk ke ruang pertemuan. Pertama diadakan acara semacam permbukaan, lalu
dilanjutkan dengan seminar tentang teknologi batu bara. Acara dilanjutkan
dengan semacam motivasi atau yang lain. Saya tidak terlalu paham karena semua
disampaikan dalam bahasa Thailand. Sempat juga nama kampus saya disebut.
Kulihat layar hp, ada message di messenger
dari Bitul. Ternyata beberapa teman-teman juga menghadiri acara teachers day
ini. Agak sore, kami bertemu di luar ruangan sambil menikmati udara segar
pantai. Resor ini memang berdekatan dengan pantai, jadi kami memamnfaatkannya
untuk berfoto bersama. Tak disangkan kami juga bertemu kawan-kawan dari
Universitas Ibnu Khaldun Bogor, IAIN Jember, dan kampus-kampus lainnya. Kami
bercengkrama bersama. Seolah tak memikirkan sekitar kami bercerita kesana
kemari, tertawa, meski baru pertama kali kenal. Maklum, bertemu teman senegara
di negara orang seperti bertemu oase di tengah padang pasir yang tandus. Sambil
menikmati makan siang, saya juga bertemu Chandra dan Nanda, teman PKLI UIN
Malang di Damrongsas, Chana. Kami begitu bahagia dapat bersua setelah 1 minggu
tak berjumpa.
Kami sholat ashar berjamaah di mushola, lalu kembali masuk ruangan untuk
mengikuti rangkaian acara berikutnya. Di acara kali ini, diundi siapa yang akan
mendapatkan hadiah yang telah disiapkan oleh panitia penyelenggara. Menjelang
malam, saya sholat maghrib dan Isya berjamaah di mushola. Kian malam acara kian
seru karena beberapa kawan Indonesia termasuk Chandra dan Nanda mendapatkan
hadiah dari panitia. Kami yang berada di barisan belakang bersorak sorai
gembira. Kami juga dihibur dengan sholawat habib Syekh dan juga lagu nasyid
Brothers – Teman Sejati yang dinyanyikan oleh guru-guru Tasdikiah. Tak dinyana,
ternyata Fuzna, mahasiswi universitas Ibnu Khaldun Bogor yang kami kenal
seminggu lalu juga mempersembahkan lagu ayat-ayat Cinta bersama temannya. Kami
di barisan belakang kembali riuh bertepuk tangan. Acara usai pukul 22.00
setelah makan besar digelar. Berbagai santapan dihidangkan mulai ayam, sayuran,
nasi, daging, ikan gurami, dan tak lupa es batu, air putih, dan Fanta menghiasi
meja bundar di hadapan kami. Perjalanan kembali ke Tasdikiah ditemani hujan
dengan intensitas sedang sampai kami tiba di pintu gerbang Tasdikiah pada pukul
11.30 lantas kami beristirahat.
Pelajaran hari ini : Kesempatan tak datang dua kali, lakukan sesuatu
yang berharga selagi kamu bisa, bertemu kawan senegara di negara orang lain itu
seperti menemukan saudara meski awalnya kita tidak saling mengenal, acara di
Thailand yang berbau kerajaan pasti ada undian hadiahnya.
Ahad, 17 Januari 2016
Subuh menjelang dengan hangat. Usai subuh kami bersiap diri karena hari
ini akan bertolak menuju Shamila Beach bersama kawan-kawan PKLI di beberapa
sekolah di Chana. Bagi saya sendiri, saya sudah 2 kali ini pergi ke tempat yang
sama. Saya, Agung bertemu kawan-kawan juga mas Ridho di halte Chana. Pukul 9.30
kami berangkat ke Shamila Beach dengan naik tuktuk dengan membayar 40 baht.
Sampai di Shamila Beach pukul 10.30. Kami berkeliling di sekitar pantai,
berfoto ria, mencari souvenir dan oleh-oleh untuk keluarga di Indonesia. Kami
lalu makan siang di salah satu kedai. Usai itu, beberapa orang ikut Mas Ridho
dan Mas Fahmi ke rumahnya untuk menginap, sedangkan beberapa lainnya
melanjutkan perjalanan pulang ke Chana. Untung saja kami ditemani Abdurrahman,
murid Mahrus dan Susilo di Rahmaniah School yang setia menemani kami sekaligus
menjadi tour guide kami selama
perjalanan. Pukul 16.30 saya dan Agung sampai di QLCC. Pukul 17.00 kami
dijemput pihak Sassanabamrung dan membawa kami kembali ke Sassanabamrung. Malam
hari usai sholat maghrib kami makan malam bersama. Menu makan malam kali ini
sayur-mayur ditumis dengan ayam kare dan telur digoreng. Dengan lahap kami
makan bersama ustad Ibrahim dan Ustad Muhammad sambil asyik menonton televisi
diselingi percakapan kesana-kemari. Isya menjelang, saya berangkat ke masjid
untuk sholat Isya berjamaah, malam harinya kami menonton Manchester United vs
Liverpool sampai selesai lalu beristirahat.
Pelajaran hari ini : Tak semua yang
disangkakan selalu benar, terkadang kita hanya menduga, tetapi ketika melihat
dengan sendirinya, kita akan mengetahui hakikatnya.
Senin, 18 Januari 2016
Alhamdulillah
atas segala nikmat Allah, hari ini saya subuh berjamaah di masjid. Usai itu,
saya membaca kalam ilahi. Agak siang, saya bersiap-siap mengajar di Sholihuddin
School untuk yang pertama kalinya. Kami mendapat jadwal dari Teacher Azizah.
Saya hari ini hanya menggantikan ustad yang tidak hadir. Tetapi, saya harus
masuk hampir di semua jam pelajaran. Jam pelajaran ada 8 jam pelajaran. Dimulai
pukul 08.50 dan berakhir pada pukul 16.00. Pagi hari, pukul 07.30, murid-murid
sudah berkumpul. Untuk tingkat phratum mereka mengadakan upacara di lapangan sekolah.
Tetapi, untuk tingkat mathium mereka berkumpul di aula sekolah lantai 1, mereka
sholat dhuha berjamaah. Setelah sholat dhuha berjamaah 4 rokaat, mereka kembali
ke kelas masing-masing. Pukul 08.50 saya masuk kelas 2/2. Sempat kaget. Pertama
kali mengajar, tak tahu latar belakang murid. Bismillah. Sampai di kelas
mengajar bahasa Arab dengan banyak bahasa Indonesia. Tampaknya hanya 5-10
persen saja yang paham. Akhirnya saya ajak menyanyi meski mereka belepotan
menirukannya, tapi setidaknya sudah sedikit mencairkan suasana. Keluar kelas,
kembali ke ruang guru di lantai 3 tengah, saya istirahat sejenak. Pukul 09.40
saya mengajar di kelas 1/2, kali ini saya lebih santai karena mendapat
pencerahan dari Agung bahwa kita sebaiknya ketika mengajar hendaknya seraya
belajar. Maksudnya, saya mengajar bahasa Arab dan juga belajar bahasa Thailand
dari murid. Di kelas ½ saya tanya murid-murid tentang kosakata seputar kelas. Mereka
tampak senang bisa mengajari saya. Meski ditertawakan ketika pelafalan, saya
tidak menyerah begitu saja. Saya terus berusaha sekuat tenaga memperdalam
kosakata itu satu demi satu. Usai kelas ½ saya kembali ke ruang guru untuk
rehat sekejap. Pukul 11.50 saya mengajar di kelas yang sebenarnya jatahnya
Agung untuk mengajar, tetapi karena ada keperluan, saya pun menggantikannya.
Kelas ini juga sama dengan kelas ½. Kembali belajar bahasa Thailand dari murid
dan saya pun mengajar mereka bahasa Arab.
Usai dzuhur, saya mengajar di kelas intensif. Cukup seru juga di kelas
intensif. Lalu pukul 14.20 beralih ke kelas 4/2. Semua laki-laki. Sekitar 20
orang laki-laki saya ajar. Kembali saya curi ilmu mereka tentang kosakata
bahasa Thailand. Saya tanya namanya satu per satu dengan bahasa Arab lalu
bahasa Thailand sekaligus asal mereka. Ada satu nama yang aneh, Muhammad
Yindew, saya kesusahan menyebutnya, bahkan salah dalam menuliskannya. Semua
tertawa ketika saya berkata Yindew, saya masih tak mengerti apa makna Yindew
sesungguhnya. Usai mengajar saya tanya kepada Teacher Azizah tentang “Yindew”
kata beliau artinya lucu. Oh, saya akhirnya mengerti kenapa tadi di kelas
anak-anak tertawa lebar. Menuju jam terakhir, saya mengajar di kelas 3/1. Murid
campur laki-laki dan perempuan meski tetap didominasi oleh kaum hawa. Kembali
mereka saya ajak bernyanyi karena sebelumnya telah diajarkan kosakata bahasa
Arab oleh Agung. Mereka tampak bersemangat, lagi-lagi saya tambah kosakata
dalam bahasa Thailand saya. Tak kurang 30 kosakata hari ini saya dapat. Semoga
saja dapat dengan cepat saya ingat. Pulang sekolah, sholat ashar, lalu saya,
Agung, kak Hielda dan kak Wella berkunjung ke sekolah Mutawassithoh tempat
Hilman, salah satu kawan kak Hielda di UIKA Bogor. Ternyata kak Hielda cukup
pintar melakukan terapi “kunci”. Hanya berbekal kunci, lotion, dan tasbih, kak
Hielda beraksi. Saya pun mencobanya, wah, memang sakit ketika prosesnya, tetapi
setelahnya, badan terasa lebih ringan daripada sebelumnya.
Usai dari sekolah Mutawassithoh, kami berempat menuju kedai untuk makan
sore. Kami sempat bertemu Hadi, Alvin, dan Tauhid disana. Mereka kawan kami dan
juga kawan kak Hielda dari UIKA Bogor. Bercengkrama sampai maghrib lalu kami
memutuskan untuk pulang ke tempat masing-masing. Malam hari, usai sholat Isya
dan makan malam, saya bersama Agung belajar aksara Thailand kepada ustad Wi,
ustad Muhammad Jeck dan ustad Ibrahim. Salah satu yang kami pelajari “Kho-lak
kang, kang” yang artinya lonceng. Kami dapat sekitar 10 kosakata malam ini
disertai tulisan Thailand. Kami sangat senang bisa mempelajari aksara Thailand.
Pelajaran hari ini : belajarlah karena belajar tak mengenal batas usia,
selalu temukan waktu untuk bertemu kawan terutama di negeri orang, cepatlah
beradaptasi dengan lingkungan baru supaya kita dapat lebih mudah dalam menjalin
relasi dengan banyak orang.