Kenapa Kita Semakin Sulit Berterus Terang? Entah mengapa, saya merasa semakin dewasa kok makin sulit menyatakan kebenaran ya. Ada banyak pertimbangan. Pertimbangan omongan orang, pertimbangan tidak mengenakkan hati orang, pertimbangan dijauhi teman, dan berbagai pertimbangan-pertimbangan lainnya.Pertimbangan tersebut melibatkan hati dan akal. Kadang akal berkata iya, hatinya menolak. Pun sebaliknya, tatkala hati berkata oke, akal tiba-tiba menyangkalnya. Ah, kenapa jadi makin rumit saja kehidupan ini.Tumbuh dewasa seiring bertambahnya usia akan menghadirkan ragam masalah dalam hidup. Mungkin pada usia 20-an, kita semakin banyak beban pikiran. Pikiran mau lanjut kuliah atau kerja, pikiran lanjut kuliah magister atau bekerja, atau malah menikah saja.Belum lagi ditambah masalah yang tiba-tiba muncul seperti kadang mimpi tak sejalan dengan keinginan orang tua, ketika telah menikah bingung mengatur waktu kapan harus di rumah orang tua dan kapan harus di rumah mertua atau rumah sendiri. Peker
Oktober 16, 2020
Kenapa Kita Semakin Sulit Berterus Terang?
Kenapa Kita Semakin Sulit Berterus Terang? Entah mengapa, saya merasa semakin dewasa kok makin sulit menyatakan kebenaran ya. Ada banyak pertimbangan. Pertimbangan omongan orang, pertimbangan tidak mengenakkan hati orang, pertimbangan dijauhi teman, dan berbagai pertimbangan-pertimbangan lainnya.Pertimbangan tersebut melibatkan hati dan akal. Kadang akal berkata iya, hatinya menolak. Pun sebaliknya, tatkala hati berkata oke, akal tiba-tiba menyangkalnya. Ah, kenapa jadi makin rumit saja kehidupan ini.Tumbuh dewasa seiring bertambahnya usia akan menghadirkan ragam masalah dalam hidup. Mungkin pada usia 20-an, kita semakin banyak beban pikiran. Pikiran mau lanjut kuliah atau kerja, pikiran lanjut kuliah magister atau bekerja, atau malah menikah saja.Belum lagi ditambah masalah yang tiba-tiba muncul seperti kadang mimpi tak sejalan dengan keinginan orang tua, ketika telah menikah bingung mengatur waktu kapan harus di rumah orang tua dan kapan harus di rumah mertua atau rumah sendiri. Peker
Penulis blog
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat
Posting Komentar