Kembali Ke Atas
Beranda
Media Sosial
Rangkuman
Menjadi Warganet Budiman Perspektif Akmal Sjafril
Muhammad Amin Muhammad Amin
Oktober 25, 2020

Menjadi Warganet Budiman Perspektif Akmal Sjafril

Menjadi Warganet Budiman Perspektif Akmal Sjafril
25/20/2020 – Menjadi Warganet Budiman Perspektif Akmal Sjafril (dokpri)

Pagi ini saya mengikuti kajian daring melalui Zoom yang disampaikan oleh Ustaz Akmal Sjafril. Saya ingin bagikan hasil kajian bersama beliau. Berikut hasil kajiannya. 

Kita kadang terjebak pada rutinitas atau tradisi salin tempel (copy paste) di media sosial. Misalnya ketika ada yang meninggal dunia, kita tempelkan doa berbela sungkawa. Betapa seringnya kita menjadi warganet yang berkepribadian ganda.

Pernah mikir nggak sih, sudah samakah antara realita dengan dunia maya kita? Jangan-jangan selama ini kita menjalani kebohongan-kebohongan terselubung jenama? Hendaknya kita tidak berhenti pada kata-kata, tetapi juga pada aksi nyata. Misnya dengan menyatakan bela sungkawa bisa melalui jalur pribadi agar lebih dapat feel-nya. 

Menjadi otentik diperlukan sepanjang masa. Barang kali kita menjadi pribadi lain beberapa waktu, tetapi akan jauh lebih baik bila kehidupan nyata dan maya selaras, tidak bertentangan. Namun, bukan berarti kita tidak menutupi aib baik di dunia nyata maupun maya.

Menurut beliau, untuk menjadi warganet budiman dapat dilakukan dengan 3 hal, yaitu amar makruf, nahyu anil mungkar, dan beriman kepada Allah. 3 hal tersebut adalah kriteria umat terbaik. Termaktub dalam surat Ali Imran ayat 110.

Pertama, amar makruf atau berbuat kebaikan.

Dahulukan kejujuran. Terus gaungkan kebaikan di media sosial. Jangan mau menjadi biasa-biasa saja. Ingatkan terus orang untuk ingat kepada Allah. Jangan sampai kita terbuai dan fokus kepada pribadi, tetapi fokuslah pada nasihat seseorang yang semakin mendekatkan kita kepada Allah.

Kedua, mencegah keburukan.

Kita berhak marah untuk memperjuangkan keadilan. Bahkan cemburu pun adalah kebaikan. Jangan sampai kita menjadi pribadi yang tidak cemburu misalnya seorang suami yang tidak cemburu bila melihat istri dan keluarganya melakukan keburukan, maka ia tidak mencium bau surga. Tidak mau seperti itu kan?

Jangan sampai kita terbuai ilusi mencari pengikut belaka. Kita tidak bisa membahagiakan semua orang.

Ketiga, beriman kepada Allah.

Tanpa iman kepada Allah, kita tidak bisa melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Iman adalah amanah menurut Naquib Alattas. Orang beriman merasa aman dengan Allah, pun sebaliknya.

Ditutup ayat tersebut dengan perbandingan yang beriman dengan yang fasik. Orang fasik ketika berdosa tidak merasa takut. Fasik dekat kepada munafik. Munafik dekat pada kekafiran. Pada akhirnya semua kembali kepada kejujuran. Bagaimana kita harus terus menjaga kejujuran dalam kehidupan ini.

Pada ayat “Al yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu alaikum ni’matii wa rodhiitu lakumul Islaama diina”, itmam bermakna konsistensi. Menyempurnakan akhlak adalah proses terus-menerus, tidak sekali lalu berhenti. Seperti yang menjadi perintah Rasulullah yaitu menyempurnakan akhlak manusia.

Semoga kita diberikan keistikamahan dalam berbuat kebaikan, mencegah kemungkaran, dan terus berada di atas keimanan yang teguh kepada Allah kapan pun dan di mana pun kita berada.

Dirangkum oleh Muhammad AminAhad, 25 Oktober 2020

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)