Kembali Ke Atas
Beranda
1M1C
Komunikasi
Renungan Kehidupan
Bukan Media yang Menghalangi Komunikasi
Muhammad Amin Muhammad Amin
Juni 11, 2021

Bukan Media yang Menghalangi Komunikasi

Dahulu, rasanya komunikasi kita lancar dan baik-baik saja. Meskipun saat itu, kita harus menulis surat di secarik kertas, mengirimnya lewat pos, lalu menunggu beberapa hari, sebelum akhirnya menerimanya, membacanya, dan membalasnya.

Ada perasaan deg-degan ketika menunggu. Satu rasa yang saya kira perlahan pudar seiring perkembangan teknologi mutakhir.

Kalau zaman dahulu, masalah komunikasi ada pada media dan kecepatan informasi untuk sampai pada penerima. Namun, kedua hal tersebut, saat ini sudah tidak lagi menjadi masalah.

Keberadaan gawai benar-benar memudahkan segala hal, terutama dalam hal komunikasi. Memang, tentu saja ada yang harus disiapkan seperti biaya pulsa, paket internet, dan semacamnya.

Lantas muncul masalah baru setelah kehadiran gawai, orang semakin dibuai dan mabuk gawai. Kemudahan akses informasi menjadikan seseorang tak bisa lepas dari gawai. Lupa membawa gawai dalam keseharian serupa kehilangan nyawa dalam hidup. Sepenting itulah gawai dalam kehidupan modern ini.

Kemudian lahirlah istilah phubbing atau mabuk gawai yang menjadikan manusia satu dan lainnya sebenarnya berada di tempat yang berdekatan atau bisa jadi di ruang yang sama, tetapi berada pada dunia masing-masing.

Efek jangka panjangnya adalah orang menjadi lupa dengan realita dan terbuai dunia maya. Dunia maya menawarkan berbagai kemudahan dan kenikmatan, sedangkan realita menawarkan sesuatu yang bagi sebagian orang “menakutkan”.

Pola komunikasi tentu berubah. Bentuk komunikasi audio bertambah menjadi komunikasi audio visual melalui panggilan video, pesan singkat berpindah pada aplikasi percakapan seperti WhatsApp, Telegram, Facebook Messenger, dan semacamnya.

Jadi, masalah komunikasi era modern tidak terletak pada media dan kecepatan, tetapi lebih pada bagaimana kesadaran manusia dalam hal komunikasi, baik secara daring maupun luring.

Sekat-sekat wilayah dan waktu yang seolah tidak ada lagi seharusnya tidak menghilangkan esensi komunikasi luring yang memungkinkan satu orang berkomunikasi langsung dan bersentuhan dengan sisi budaya yang ada di sekitar sehingga diharapkan melahirkan persatuan di antara mereka.

Maka, marilah kita bangun kembali kesadaran masing-masing agar komunikasi bisa tetap berjalan dengan baik. Komunikasi yang baik akan memecahkan kebuntuan dan masalah yang ada. Kunci lainnya adalah ketulusan hati untuk mau mendengarkan dan bersedia diajak komunikasi dan menerima sanggahan dari apa yang telah disampaikan. Bila itu semua dapat diwujudkan dalam kehidupan, semoga kedamaian hidup tak lagi sulit untuk dicapai.

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)