Kembali Ke Atas
Beranda
Al Qalam
My Story
Pengalaman Mengajar Pertama di Ma'had Al-Qalam MAN 3 Malang
Muhammad Amin Muhammad Amin
Desember 11, 2016

Pengalaman Mengajar Pertama di Ma'had Al-Qalam MAN 3 Malang


      Waktu itu aku sedang bersama keluarga mengantarkan adik pertamaku ke UNAIR untuk cek kesehatan, tes bahasa inggris dan masuk kuliah pertama kali. Tiba-tiba sore hari tatkala bersantai di teras rumah bibi di kawasan wonorejo dalam, hp ku berdering. Tak ada nama disana, langsung saja kuangkat. Setelah beberapa saat kuketahui bahwa itu adalah seorang ustadzah di Ma'had Al-Qalam. Aku diminta untuk mengajar disana menggantikan jam mengajar ustad Gunawan. Jujur saya senang mendenga hal tersebut. Malam harinya saya dihubungi sendiri oleh ustad Gunawan dan kalau bisa bahwa keesokan harinya saya bisa langsung mengajar. Aku berujar bahwa sedang berada di Surabaya mengantar adik masuk kampus dan tidak bisa langsung besok mengajar. Akhirnya tanggal 18 Agustus aku mulai mengajar di Ma'had Al Qalam. Ketika itu, saya sudah disibukkan dengan perkuliahan magister saya dan juga harus PP Batu Malang sekitar 8 km setiap harinya. Selama dua bulan
saya menjalaninya. Tiap sore hari menjelang maghrib saya berangkat dari Batu ke Malang untuk mengajar bakda maghrib, malam saya habiskan di ma'had, saya juga beristirahat disana, pagi hari sholat subuh dan mengajar, sarapan lalu kembali ke Batu lagi. Ternyata beberapa waktu saya sendiri kecapekan karena di hari Senin saya harus kuliah dari pukul 7 pagi sampai menjelang maghrib dan juga tanggungan mengajar di ma'had. Tapi, alhamdulillah karena tekad yang kuat saya mampu melewati itu semua dengan baik. Setelah dua bulan PP, saya diizinkan untuk menetap di ma'had Al-Qalam. Saya pindahkan semua barang di kontrakan dekat kampus 2 ke ma'had. Saya lakukan selama seminggu. 
      Pengalaman mengajar pertama adalah kelas XI-MAKBI. Saya mencoba mengenal mereka satu per satu meski saya tahu kapasitas saya belum menjangkau itu. Saya ajarkan materi dengan baik. Tentu tak lupa diawali dengan perkenalan agar mengakrabkan antara guru dan siswa. Jujur, saya lebih suka memposisikan diri sebagai partner belajar. Saya disambut dengan baik oleh murid-murid saya di kelas itu. Saya awalnya grogi tetapi lama kelamaan saya mulai merasa nyaman. 
      Saya coba ikuti aturan main yang ada. Maksudnya saya coba ikuti silabus materi yang telah diberikan bagian akademik ma'had kepada saya. Sebagai sarjana pendidikan, saya paham akan hal itu dan memang hal itu sudah seharusnya ada, meski menurut pemaparan ustad lain hal ini termasuk hal baru dan baru diujicobakan di semester dan tahun ajaran baru ini. Saya sendiri sebagai alumni cukup senang melihat perubahan yang berani dilakukan ma'had. Ma'had menurut saya harus terus berbenah menuju arah yang lebih baik. Kelas XI-MAKBI secara keseluruhan asyik. Namun, seperti biasa, namanya kelas XI selalu saja ada sisi takut dan senioritas. Satu sisi mereka masih ada keharusan untuk menghorati kakak kelasnya sekaligus memberikan contoh baik bagi adik kelasnya. Beberapa mereka memang perlu mendapat perhatian khusus. Saya tahu beberapa murid ada yang melanggar peraturan sekolah atau ma'had yang bagi saya sangat mencoreng nama baik kelas MAKBI yang notabene saya sendiri adalah alumni dari jurusan yang sama. 
      Kelas lain yang saya ajar adalah kelas XII MAKBI. Jujur saja, saya paling nyaman mengajar di kelas ini. Betapa tidak, mereka saat ini sedang mengisi posisi-posisi strategis di OSIMA (Organisasi Santri Intra Ma'had) yang sebentar lagi akan digantikan generasi selanjutnya. Mereka juga harus mempersiapkan diri menuju bangku perkuliahan impian mereka. Tak dinyana saya mengajar anak ustad Wildana (salah satu pengasuh MSAA UIN Maliki Malang) yang bernama Arina Haq dan saya begitu bangga mengetahui prestasinya yang begitu cemerlang terutama dalam bidang bahasa Arab. Saya tahu hal ini dari Fithroh, sahabat karib saya, alumni juga, dulu teman sekelas sampai sekarang satu tempat kerja. Di kelas ini atmosfer masih cukup kondusif meski ada beberapa murid yang memerlukan penanganan khusus. 
      Kelas lain yang saya tangani adalah kelas XII Tahfidz Putra. Saya senang karena mereka mau menghafal kitab suci umat Islam. Namun, di sisi lain, kemalasan mereka untuk tidak menghadiri taklim sedikit membuat hati saya jengkel. Semoga saja di kesempatan lain mereka menyadarinya segera. Kelas selanjutnya adalah kelas XI-B Putra. Kelas ini adalah kelas reguler putra. Saya kebagian mengajar kitab ta'limul muta'allim yang saya tahu bahwa sekarang ini yang diajarkan adalah kitab terjemahan bahasa Indonesia, dan tidak lagi menggunakan kitab berbahasa Arab seperti saya dahulu. 
      Saya berharap semoga saya segera menemukan gaya mengajar terbaik yang bisa diterima murid saya. Terakhir yang saya ingat dari perkataan salah seorang ulama bahwa jangan marah dengan murid yang saat ini masih malas ikut pelajaran, cukup doakan karena bisa jadi mereka suatu saat menuntun kita menuju syurgaNya

Semoga senantiasa menginspirasi

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)