Judul : Sketsa-Sketsa Umar Kayam Mangan Ora Mangan Kumpul
Penulis : Umar Kayam
Penerbit : Grafiti
Tahun terbit : 2001
Halaman : xiv, 458 halaman
Pengulas : Muhammad Amin
Membaca kumpulan sketsa Umar Kayam layaknya menonton sebuah sketsa masa kini. Bedanya sketsa kala itu menampilkan tokoh-tokoh yang begitu solid bercerita. Bukan bercerita, lebih tepatnya diletakkan sebagai subjek untuk diajak bertukar pandangan, utamanya soal ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Kelihaian penulis dalam mengeksplorasi tokoh begitu terasa. Mulai dari pemilihan nama seperti Rigen, Nansiyem, Beni Prakosa, Lemahamba, Prasodjo, dan lain-lain. Kultur Jawa, terutama Yogyakarta begitu kental. Dibumbui dengan istilah-istilah dari bahasa selain bahasa Indonesia yang membuat sketsa ini bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.
Pergulatan penulis dengan dunia politik, sosial, budaya salah satunya dilatarbelakangi oleh penulis yang banyak melakukan kritik terhadap bidang tersebut. Pengalaman melalang buana membuat pembahasan selalu asyik dan tak pernah ada habisnya. Pembaca diajak terus membaca halaman demi halaman.
Nilai-nilai yang didapat dari sketsa ini tidak terletak pada tokoh, tetapi pada alur cerita yang sambung menyambung layaknya membaca novel atau menonton serial film. Hikmah, kutipan, petuah, istilah dari berbagai bahasa menambah kepekaan pembaca dalam menelusuri berbagai permasalahan di negeri ini. Bila tak menemukan solusi, paling tidak selingan komedi membuat segala halnya tak harus selesai saat itu. Ada kalanya hanya perlu diberi candaan dan penulis begitu pandai dalam meramu hal semacam ini. Bagi yang mengaku cinta politik, sosial, dan budaya negeri, rasanya kurang afdal kalau belum membaca buku ini.
#resensi #ulasanbukuAmin #umarkayam #MOMK #28062020