Dua hari yang lalu, saya menonton video Youtube di channel Inc. yang membahas masalah bagaimana sikap seorang pemimpin pada masa sulit, terutama pada masa seperti saat ini (Covid-19). Percakapan kali ini mengundang Simon Sinek, penulis buku Start With Why, Find Your Why, dan Leaders Eat Last.
Situasi seperti sekarang membuat kita paham bahwa banyak hal berharga terlewatkan. Bagi pebisnis, ternyata bisnis yang dibangun tidak dirancang untuk menghadapi krisis. Mereka terbiasa dengan mindset finite game, bukan infinite game. Mindset finite game adalah cepat memulai, cepat selesai dengan hasil teratas alias peringkat. Sedangkan infinite game berbeda. Infinite game mengharuskan pemain bermain selama mungkin. Ketika seseorang gagal, ia akan ditinggalkan. Bisnis harus tetap berjalan, bertahan. Pebisnis memerlukan finite game agar motivasinya terus tumbuh, tetapi infinite game membutuhkan keterampilan bertahan.
Masa ini juga menjadi sarana bagi pebisnis untuk rehat sejenak. Evaluasi. Melihat lebih dalam apa yang menjadi masalah bisnis. Sebab pebisnis biasanya merancang bisnis sebagai nonstop bisnis. Tanpa istirahat. Saat ini adalah saat tepat untuk menyapa tim, terutama secara personal melalui telepon atau zoom, bukan surel bisnis. Dengarkan cerita mereka, tawarkan solusi, nantinya mereka akan senang sebab Anda meluangkan waktu bersama mereka.
Sebutan manager kurang tepat, lebih pas memakai leader (pemimpin) sebab tak ada seorang pun yang mau diatur, tetapi mau dipimpin. Salah satu pertanyaan yang menggelitik adalah bagaimana rencana Simon bila gagal. Dijawabnya carilah orajg yang mau bersamamu apa pun keputusanmu. Karenanya kita bisa menjadi termotivasi kembali sebab selalu ada orang di samping kita yang mendukung apa pun keputusan yang kita buat.
Berbicara transparansi bukan berarti menunjukkan segala hal kepada khalayak. Ia lebih bermakna memberikan konteks tentang situasi yang terjadi, lalu meminta pendapat orang lain tentang bagaimana sebaiknya bersikap dan mengambil langkah.
Selain bicara bisnis, ada pula bahasan isu rasisme. Kita selayaknya mengoreksi diri bahwa sebenarnya kita tak punya pengalaman pahit sepahit pengalaman kawan kita yang berkulit hitam. Maka kuncinya adalah bersimpati, mau mendengarkan dan mereka akan sangat mengapreasisasinya.Itulah kurang lebih insight yang saya dapatkan dari video youtube semalam. Semoga bermanfaat.
#bisnis #tips #30062020 #renungan