Bismillah, insyaAllah setiap Kamis saya akan menulis tentang hikmah kehidupan. Saya coba hubungkan kejadian sehari-hari dengan apa yang pernah saya baca, apa yang pernah saya pelajari di bangku sekolah dan kuliah, ayat Alquran, dan hadis.
Untuk tulisan pertama tentang #HikmahKehidupan saya akan membahas tentang mengapa kebanyakan orang tidak menerima kegagalan yang menimpa mereka?
Dalam hidup, tidak semua yang diinginkan menjadi kenyataan. Adakalanya gagal menyapa diri. Misal saja, seorang siswa yang lulus dari sekolah menengah mendaftar ujian masuk universitas. Sayang seribu sayang, dia tidak diterima di universitas impiannya. Ia terpaksa kuliah di kampus swasta dekat kediamannya.
Karena kampus swasta, ia malas-malasan kuliah. Ia selesaikan tugas seadanya, nilai pas-pasan. Prestasi? Datang terlambat barangkali menjadi prestasi. Belum lagi kelulusannya yang molor sampai tujuh tahun sejak pertama kali masuk kampus.
Dalam buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat dinyatakan bahwa seharusnya rasa sakit dan kehilangan tidak dapat dielakkan dan kita harus belajar untuk berhenti menolaknya. Perlu dipahami pula bahwa masalah tidak pernah berhenti; mereka hanya datang, silih berganti dan/atau meningkat.
Kita terlalu disibukkan dengan pikiran positif, motivasi yang melenakan, sehingga membuat kita tak mampu menerima segala yang terjadi, baik positif maupun negatif dalam hidup. Kita tak terlatih untuk menerima hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup. Kita lebih suka menyaksikan penderitaan orang lain, sedangkan menginginkan hal sebaliknya terus terjadi pada diri kita.
Maka, mari belajar menerima segala hal yang terjadi dengan lapang dada. Jangan hanya mau menerima yang positif dan mengesampingkan negatif. Maka, apa pun masalah Anda, konsepnya sama, selesaikan masalah, lalu berbahagialah. Itulah pesan Mark Jonson.
Doakan saya konsisten menulis setiap Kamis dengan tagar #HikmahKehidupan. Syukur-syukur di akhir tahun nanti bisa menjadi buku yang bisa dibaca khalayak. Aamiin.