Kita terkadang sampai pada kondisi di mana pilihan-pilihan dalam hidup begitu sulit untuk ditentukan. Kita seolah ingin berhenti dari seluruh rutinitas yang ada. Kita ingin pergi sejauh-jauhnya. Melupakan segala masalah yang menerpa.
Bila sudah seperti itu, apa yang pada akhirnya kita pilih? Menghadapi masalah atau malah lari dari masalah? Mari kita ulas lebih mendalam perihal dua pilihan ini.
Masalah selalu ada dalam hidup. Lari dari masalah bukan pilihan yang tepat. Kita mungkin bisa pergi ke pantai, mengelilingi dunia, dan lain sebagainya sebagai pelarian dari masalah. Tapi tentu ini tak menyelesaikan apa pun.
Pilihan kedua tampaknya lebih bijak. Masalah itu harus dihadapi. Setelah masalah dihadapi, kita akan mendapat pembelajaran, pandangan dan sikap baru. Kita pasti tidak menyangka bahwa kita bisa melewatinya, meski tertatih dan sulit tentu saja. Tetapi, nyatanya kita mampu menghadapinya. Lalu, kita merasa bahagia, lantas bercerita melalui media sosial, setiap orang yang kita temui tentang pengalaman tak terlupakan itu. Kita akan kaya dengan pengalaman-pengalaman pahit, di samping pengalaman yang membahagiakan dalam hidup.
Saya ingat ada empat hal yang tampaknya baik, tetapi sebenarnya membahayakan. Mereka adalah selalu benar, selalu positif, kenikmatan, dan kesuksesan material. Merasa benar akan menghalangi diri untuk belajar dari kesalahan. Selalu positif adalah salah satu pengelakan terhadap masalah. Kenikmatan yang dijadikan prioritas akan berakhir lebih cemas, lebih tidak stabil secara emosional, dan lebih tertekan. Kesuksesan material bila diletakkan di atas nilai kejujuran, anti-kekerasan, dan kasih sayang, maka hal itu akan membahayakan (Mark Manson, Sebuah Sikap Untum Bersikap Bodo Amat).
Semoga kita mampu mengendalikan nilai dalam hidup agar semakin bijak dalam menghadapi masalah yang ada.