Kembali Ke Atas
Beranda
Menulis
Rangkuman
Rangkuman Kelas Cerpen bersama Pak Mustafa Ismail (Bagian Kedua-selesai)
Muhammad Amin Muhammad Amin
Februari 04, 2021

Rangkuman Kelas Cerpen bersama Pak Mustafa Ismail (Bagian Kedua-selesai)

Rangkuman Kelas Cerpen bersama Pak Mustafa Ismail (Bagian Kedua-selesai)
Rangkuman Kelas Cerpen bersama Pak Mustafa Ismail (Bagian Kedua-selesai)

Bagi kamu yang belum membaca rangkuman bagian pertama, silakan cek tulisan sebelumnya atau klik tautan ini.

Kita masuk bagian kedua, yaitu membangun cerita.

Berikut beberapa tahapan dalam membangun cerita,

1. Temukan masalah

2. Cari angle/sisi yang unik dan baru dari masalah

3. Merumuskan sikap/penilaian

4. Menentukan sudut pandang penceritaan (point of view)

5. Menciptakan tokoh

6. Menentukan seting/latar

7. Membangun dan mengembangkan konflik

8. Merancang ending

Ada satu kalimat menarik dari Jacob Sumardjo

“Sastra bukan hanya khayalan & permainan belaka. Ia juga ekspresi seseorang dalam menanggapi kehidupan ini.”

Dalam hal penggambaran tokoh, carilah tokoh yang unik dan pastikan untuk membedakan karakter satu tokoh dengan tokoh yang lain.

Dalam membangun konflik, buatlah konflik yang meyakinkan pembaca, tidak terjebak seperti sinetron, dan ada alurnya, sebab alamiah mengapa konflik terjadi.

Dalam membuat ending atau penutup, kamu bisa memakai ending tertutup yang dibuat oleh penulis. Bisa juga memakai ending terbuka dengan membiarkan pembaca menentukan akhir ceritanya.

Bagaimana dengan kejutan dalam cerita? Semua dimulai dari merancang sinopsis yang kemudian diturunkan menjadi outline. Nah, kamu bisa menambahkan kejutan pada susunan outline tersebut.

Sebagai contoh, bisa dibaca cerpen berjudul Lelaki yang Ditelan Gerimis (kasih link ig atau imajisia.com) karya Mustafa Ismail.

Langkah ketiga adalah membuat cerita yang memikat

Berikut komponen cerita agar memikat

1. Gagasan : unik, segar, baru

2. Judul : tidak klise dan merangsang orang untuk membaca

3. Pembuka : mendorong orang untuk terus membaca (bisa dimulai dengan masalah)

4. Bahasa : baik dan benar (KBBI dan PUEBI), rinhkas, jelas

5. Cara bercerita : segar, detail, mendalam, padat, imajinatif (filmis)

6. Karakter : tokoh hidup, unik, khas, bisa dibedakan

7. Latar : unik dan khas

8. Logika : sebab akibat jelas sehingga cerita atau adegan meyakinkan

9. Konflik : natural, irama emosi terjaga dari setiap penggal cerita

10. Ending : memberi kesan kuat

Sebagai referensi menulis cerpen, bisa dibaca bukh berjudul Yuk Nulis Cerpen Yuk karya Mohammad Diponegoro.

Langkah keempat adalah editing

Berikut langkah-langkah dalam editing naskah

1. Endapkan cerita : setelah menulis cerita, kamu bisa melakukan aktivitas lain atau menulis cerita baru. Setelah sekian hari atau satu minggu, buka kembali tulisanmu dengan bertindak sebagai editor kritis.

2. Memosisikan diri sebagai editor

3. Pengetahuan, referensi

4. Cermati tata bahasa, salah ketik, dan struktur cerita

5. Perbaiki semua hal yang masih lemah, pembuka, karakter, latar, adegan, konflik, hingga penutup

6. Membuang bagian yang bertele-tele atau klise

7. Perbaiki struktur cerita jika dianggap bermasalah

8. Ganti judul jika klise atau tak menarik

9. Jika diperlukan, rombak kembali seluruh cerita atau menulis ulang cerita

10. Editing bisa dilakukan berkali-kali sampai hasil final

Maka, tips agar editing semakin baik adalah menyimpan dokumen baru setiap dokumen selesai diedit, sehingga ketika diperlukan untuk kembali ke draft awal masih memungkinkan.

Cobalah untuk mengirim ke media daerah, media nasional agar kita tahu yang namanya kompetisi.

Selanjutnya adalah rangkuman tanya jawab. Ada bagian yang saya tuliskan pertanyaan dan jawabannya, ada juga yang langsung saya jabarkan jawabannya tanpa menyebutkan pertanyaan.

T : Bagaimana cara membangun imajinasi?

J : Dimulai dari gagasan, membayangkan apa yang terjadi, perhatikan konflik dan ending.

Usahakan untuk showing, don’t tell. Alih-alih mengatakan Asep sedang marah, coba ungkapkan dengan Asep memasuki ruangan dengan raut muka merah padam. Meja di depannnya didamprat dengan hentakan keras tangannya sambil berkata, “Dasar anak tidak tahu diri.”

Detail penting diperlukan dalam membangun cerita. Ceritakan yang penting saja, yang lancar dan lurus sebagaimana diketahui orang tidak perlu diceritakan.

Dalam menulis cerita, kuasailah bahan cerita dengan baik seolah kita mengalami cerita tersebut. Coba untuk membaca cerpen pilihan Kompas atau Tempo. Baca juga rekomendasi buku sastra pilihan Tempo pada Instagram @infosastra (kasih link ig)

T : Bagaimana menulis cerita agar tidak terkesan menggurui?

J : Setiap penulis tentu punya idealisme, tujuan, dan cara masing-masing. Maka, ubahlah kata seperti seharusnya, sebaiknya yang terkesan menggurui kepada kata yang tidak menggurui. Kalau perlu hilangkan kata-kata yang terkesan menggurui tersebut. Jangan banyak berpendapat dalam cerita. Biarkan cerita mengalir.

T : Cara menyampaikan pesan yang baik dalam cerita?

J : Sampaikan pesan tersebut lewat cerita. Buat outline yang berisi pesan kuat di dalamnya.

Dalam menulis cerita, kita perlu memperhatikan apakah yang kita tulis sudah ditulis orang lain. Fokuslah dalam menulis cerita. Bila perlu, mintalah kritik dari teman.

Dalam menulis cerita, buat konflik di sepanjang cerita (percikan) sampai pada klimaksnya.

Nah, itulah rangkuman keseluruhan kelas cerpen bersama Pak Mustafa Ismail. Semoga semua ilmu yang didapat bisa diaplikasikan dalam menulis cerpen pada platform digital.

Keep inspiring through writing!

#kepenulisan #menuliscerpen #kelastempo #tempoinstitute #mustafaismail #kelascerpentempo #day63 #04022021

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)