Memang, apa pun yang kita kerjakan selalu saja mendapat komentar dari orang lain. Entah komentar positif atau pun negative. Tetapi, dalam posisi marah, seseorang bisa begitu mudah menjustifikasi kesalahan orang lain tanpa tahu langsung apa yang sebenarnya terjadi. Berbekal berita dari sebagian orang, ia tiba-tiba memberi stigma negative pada orang lain. Tak ada lagi kata baik sangka saat itu. Lalu, bila seperti itu adanya, apakah berbaik sangka hanya ada pada kitab suci dan hadits Nabi? Tanpa ada bukti nyata dalam kehidupan? Tapi, ternyata itulah yang seringkali terjadi.
.
Ketahuilah, ada tangis tersedu-sedu di relung hati terdalam. Pahami bahwa kemarahanmu melukai hatinya dengan sayatan yang tak mudah disembuhkan. Kemanakah hati selembut sutra itu? Ah, sayang sekali kalau saat ini hati lembut itu hilang entah kemana.
.
Aku prihatin padanya. Padanya yang kau sakiti. Tak takutkah bila dirimu mendapat kesialan suatu hari sebab doa orang yang kau sakiti hari ini? Tak mau kan?
.
Duhai engkau yang tersakiti. Bersabarlah. Seka air mata yang mengalir deras di pipimu itu. Tak perlu lagi sedu sedan itu. Ikhlaskan, jelaskan baik-baik masalahmu, konsultasikan dengan orang-orang terpercaya, adukan juga pada Allah. Adukan segala keluh dan kesahmu pada-Nya.
.
Bersabarlah layaknya kesabaran para ulul azmi. Tabahkan hatimu, doakan kebaikan orang yang menyakitimu. Semoga kesabaranmu diganjar tawaran syurga-Nya.
.
@muhamin25 | 20 Oktober 2017