Kadang aku
berpikir, benarkah seperti ini ketika aku sudah semakin beranjak dewasa? Waktu
bermain yang rasanya menjadi impian belaka, tumpukan tugas kantor yang tak
kunjung usai dan selesai. Ah, aku tak mau.
Berbagai
cerita kubaca, berbagai pengalaman aku rasakan. Banyak kisah inspiratif
kudengar. Jujur saja, aku ingin seperti mereka. Lagi pula, siapa yang tak mau
hidup kaya di masa muda, berjalan-jalan ke luar negeri dengan uang hasil jerih
payah sendiri? Saya yakin semuanya menjawab mau.
Tapi,
sesaat aku merenung. Aku lupa bahwa di balik kesuksesan mereka di masa muda,
ada masa kanak-kanak yang dikorbankan. Di sana ada waktu bermain yang
dimanfaatkan untuk sungguh-sungguh belajar meraih impian. Ada munajat kepada
Tuhan tak berkesudahan.
Ya,
sekarang aku paham. Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu pilihan.
Banyak anak kecil sudah berperilaku lebih dewasa dari teman-teman sebayanya.
Sebaliknya, ada banyak sekali orang yang usianya berkepala empat atau lima yang
kelakuannya masih kekanak-kanakan.
Akhirnya,
maksimalkan masa muda kita masing-masing. Selagi kekuatan masih dimiliki,
selagi tubuh dan kesehatan masih memadai, mari memanfaatkannya dengan sebaik
mungkin. Baca sebanyak-banyaknya buku, cari pengalaman jatuh bangun sebanyak
mungkin, bertanyalah sepuasnya pada mereka yang telah lebih dahulu mencapai
kesuksesan. Maka, lambat laun, kau akan paham bahwa untuk menjadi dewasa, ada
tanggung jawab yang harus diemban, ada banyak agenda yang harus diselesaikan
dalam waktu singkat, ada cucuran keringat tak ternilai demi kesuksesan di masa
mendatang.
.
Salam inspiratif.
.
@muhamin25 | 3 Oktober 2017