Tersebutlah di sebuah sekolah menengah atas, terdapat satu kelas yang
hanya beranggotakan 20 orang. Siswa-siswi kelas ini terbilang sangat kompak
dalam berbagai hal, mulai mengikuti berbagai lomba baik lingkup sekolah maupun
universitas, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, mereka saling
mengenal satu sama lain. Mereka arungi bahtera masa muda dalam komunitas bak
sebuah keluarga yang satu sama lain memiliki keterikatan batin yang begitu
kuat.
Tak terasa setengah perjalanan sudah mereka lalui bersama. Hingga suatu
saat, sebelum ujian akhir kelas XI dilaksanakan, masuklah ustadz Qodri yang
terkenal garang dan sangat disiplin dengan penegakan peraturan baik di sekolah
maupun di ma’had ke dalam kelas mereka. Mereka menyangka ustadz Qodri hanya
akan memberikan sedikit pengarahan dan motivasi sebelum ujian dilaksanakan. Eh,
ternyata yang terjadi berbalik 180 derajat dari yang mereka pikirkan
sebelumnya. Ustadz Qodri masuk ke dalam kelas dengan muka sedikit marah. Para
siswa saling berbisik satu sama lain,
“kelihatannya Ustadz Qodri bakalan marah ini, tapi kenapa ya?” ucap
Ja’far
Mereka saling berpandangan dan bertanya satu sama lain tetapi tak satu
pun yang mengetahui apa tujuan Ustadz Qodri masuk ke dalam kelas pada waktu
yang seharusnya mereka sudah pulang ke ma’had dan rumah masing-masing seperti
siswa yang lain.
Ustadz Qodri membuka percakapan dengan salam dan serentak dibalas dengan
salam pula oleh para siswa.
“Saya minta maaf sebelumnya,
kehadiran saya disini mungkin sangat tidak diharapkan oleh kalian semua. Tetapi
sekali lagi maaf. Saya ingin menyampaikan hal yang sangat penting. Hal ini
tidak ada hubungannya sama sekali dengan ujian Senin besok. Yang ingin saya
utarakan disini menyangkut masalah pelanggaran yang telah kalian lakukan selama
kalian menjadi siswa terutama sebagai siswa di jurusan ini, jurusan keagamaan
yang tentu saya yakin kalian semua sudah paham.” kata Ustadz Qodri membuka
percakapan hari itu.
Ustadz Qodri melanjutkan percakapannya, “Ya, langsung ke inti masalahnya
saja, saya perhatikan ketika kalian mengadakan rekreasi ke Jakarta tempo hari
kalian mengadakan acara “Jawab atau tantangan” ketika berada di atas bis.
Menurut saya hal itu menyalahi syari’at Islam yang selama telah diajarkan di
sekolah ini dan terutama di jurusan kalian yang tentu kalian harus tahu bahwa
kalian menjadi contoh bagi siswa jurusan lainnya di sekolah ini. Kalian sudah
berani-beraninya bermesra-mesraan dengan anggota kelas lain dan hal itu
dilakukan dengan lawan jenis. Astaghfirullahal’adziim. Saya tidak habis pikir
kalian bisa membuat acara seperti itu. Padahal di dalam bis terdapat ustadz
dari jurusan lain. Ustadz Andi sampai bertanya-tanya,
“Masak siswa jurusan keagamaan seperti ini ustadz?”
“Oh ya, maaf ustadz” jawab Ustadz Qodri.
Saya hanya bisa menahan malu di hadapan Ustadz Andi kala itu. Tentu
kalian satu pun tak ada yang menyadari akan hal itu. Ingat anak-anakku, jika
kalian baik, maka siswa jurusan lain akan meniru apa yang kalian lakukan.
Tetapi apabila sebaliknya yang terjadi, kalian saja yang di jurusan keagamaan
ini melakukan sesuatu yang di mata siswa jurusan lain merupakan sesuatu yang
tabu bagi jurusan keagamaan, maka bagaimana dengan teman-teman kalian di
jurusan yang lain. Tentu mereka akan berkata
“lha yang jurusan keagamaan saja seperti itu, apalagi kami yang notabene
jurusan ilmu alam dan ilmu sosial?!” Kalian adalah contoh dan cerminan
baik-buruk di sekolah ini. Camkan itu baik-baik anak-anakku. Jadi, langsung saja saya ingin bertanya kepada
kalian, mohon dijawab dengan jujur. Siapa di antara kalian yang sampai saat ini
masih berpacaran baik dengan teman sekelas atau pun dengan teman dari kelas
lain?” Tanya Ustadz Qodri yang langsung membuat kaget seisi kelas sehingga para
siswa langsung menundukkan kepala dan meresapi perkataan Ustadz Qodri yang baru
saja mereka dengar.
Tak satu pun dari mereka yang berani mengangkat tangan. Tak tahu karena
apa. Karena takut dimarahi oleh Ustadz Qodri atau alasan tak masuk akal
lainnya.
“Ok, saya percaya kalian tidak ada yang pacaran di sini, kalau ada
semoga segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Pertanyaan selanjutnya
siapa di antara kalian yang sampai saat ini masih membawa hp ?” Tanya Ustadz
Qodri kepada para siswa.
Ustadz Qodri mulai menanyai satu per satu siswa. Ketika pertanyaan
sampai pada Rissa, Ustadz Qodri sedikit marah karena jawaban Rissa terkesan
membohongi dan terus membohongi Ustadz Qodri untuk menutupi
kebohongan-kebohongan sebelumnya. Akhirnya Rissa pun mengaku kalau dirinya
membawa hp. Lalu si Rissa disuruh maju ke depan oleh Ustadz Qodri untuk
menceritakan mengapa masih membawa hp. Si Rissa menjawab bahwa ia menitipkan
hp-nya kepada temannya. Akhirnya teman Rissa pun dipanggil untuk menghadap
Ustadz Qodri saat itu juga di kelas. Setibanya di kelas, teman Rissa, Rani
mengaku bahwa memang si Rissa menitipkan hp kepadanya dan terkadang
mengambilnya untuk menghubungi orang tua atau teman-temannya.
“Tetapi sebelum itu, karena saya kira kalian telah merendahkan agama dan
jurusan keagamaan ini dengan kegiatan “Jawab atau tantangan” tempo hari itu dan
kejadian tadi, saya minta kalian membuat surat pernyataan yang berisi
pernyataan bahwa kalian tidak akan pernah lagi melakukan hal-hal yang
merendahkan martabat jurusan keagamaan ini, seperti pacaran, membawa hp,
melanggar peraturan sekolah dan ma’had. Mohon dikumpulkan nanti malam.
Terimakasih.” Setelah itu Ustadz Qodri langsung keluar kelas setelah mengucap
salam.
Salah satu teman ada yang berkata kepada teman lainnya, “Tuh kan, dulu
sudah saya peringatkan jangan sampai membuat acara yang bertentangan dengan
syari’at. Gini ni jadinya”
Temannya menimpali “sudahlah, ini salah kita semua dan kita harus
bertanggungjawab atas semua ini. Kita harus berjiwa ksatria yang mau menerima
segala resiko dan konsekuensi atas apa yang telah kita perbuat”
####
Malam harinya seluruh siswa jurusan keagamaan telah mengumpulkan surat
pernyataan kepada Ustadz Qodri. Mereka datang bersama-sama ke kediaman Ustadz
Qodri selepas sholat Isya. Mereka harus menunggu Ustadz Qodri yang saat itu
masih ada urusan. Mereka pun menunggu dengan sabar. Mereka saling pandang dan
berbisik satu sama lain,
“Waduh, kelihatannya Ustadz Qodri tidak mau bertemu kita ini?” Kata
Fikri
“Kok bisa, tunggu saja lah” Farus menimpali.
“Buktinya, kita ditelantarkan seperti ini, berarti kita kan sudah tidak
diperhatikan lagi oleh Ustadz Qodri” Kata Fikri
“Sudah, kita khusnudzan saja lah” jawab si Farus
Setelah menunggu kira-kira 15 menit, datanglah Ustadz Qodri ke
kediamannya. Para siswa merasa senang sekaligus masih dibayangi ketakutan di
benak dan pikiran mereka persis seperti kejadian tadi siang yang tentu tidak
akan mereka lupakan sampai kapan pun nanti.
“Assalamu’alaikum ustadz” kata Hambali sebagai ketua kelas kepada Ustadz
Qodri.
“Wa’alaikumussalam” Jawab ustadz Qodri dengan ekspresi datar.
“Kami ingin menyerahkan surat
pernyataan kami yang tadi siang disuruh oleh Ustadz Qodri untuk membuatnya dan
mengumpulkannya malam ini kepada Ustadz” Kata Hambali kepada Ustadz Qodri.
Disodorkanlah amplop besar berisi surat pernyataan siswa jurusan keagamaan
kepada Ustadz Qodri oleh Hambali dengan penuh ta’dzim.
“Ya, terima kasih atas komitmen kalian yang masih mau saya ajak menuju
jalan kebenaran. Saya harap kejadian tadi siang tidak terulang kembali di masa
dan waktu yang akan datang dan saya pun berharap surat pernyataan ini adalah
surat pernyataan terakhir selama kelian menjadi siswa di sekolah dan ma’had
ini” Kata Ustadz Qodri menasihati seluruh siswa jurusan keagamaan.
“Na’am ustadz (Ya Ustadz). InsyaAllah ini adalah yang pertama dan
terakhir dalam hidup kami dan kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.”
Kata Hambali mewakili seluruh siswa jurusan keagamaan kepada Ustadz Qodri.
“Ya sudah, kalian boleh pulang sekarang. Belajar yang rajin untuk
persiapan ujian Senin Besok dan semoga berhasil dan mendapatkan hasil yang
memuaskan sesuai yang kalian inginkan.” Kata Ustadz Qodri sebelum para siswa
meminta izin pamit untuk pulang.
“Terimakasih sebelumnya ustadz. Terimakasih atas motivasinya. Jazaakallah
khoiron. Wassalamu’alaikum” Kata Hambali ketika hendak meninggalkan
kediaman Ustadz Qodri.
“Wa’alakumussalam” Jawab Ustadz Qodri.
Para siswa pun kembali ke kamar masing-masing. Mereka belajar dengan
serius mempersiapakan ujian yang akan dimulai Senin besok. Mereka berharap
dapat mencapai hasil maksimal dalam ujian Senin besok sehingga dapat membuat
bangga diri mereka, orang tua, dan guru-guru mereka.
####
Hari Senin pun menjelang. Sang Raja Siang dengan sinarnya yang selalu
membakar semangat penduduk bumi untuk segera bergeliat beraktivitas kembali
menampakkan rupanya di ufuk timur sana. Hari masih pagi tetapi sudah terlihat
beberapa siswa sedang sibuk membaca buku, menghafal, mengulang palajaran yang
sebentar lagi akan diujikan. Bel pun berdering, tanda masuk kelas dan tanda
ujian akan segera dimulai. Mereka memasuki kelas masing-masing. Di antara
mereka ada yang masuk kelas dengan penuh optimis, ada yang begitu santai, ada
pula yang terlihat ketakutan sampai-sampai mereka terlambat masuk kelas untuk
mengikuti ujian. Ujian pun berlangsung
dengan tenang dan khidmat seperti suasana pada upacara bendera peringatan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mereka mengerjakan soal ujian satu per satu
dengan tenang. Setelah beberapa saat, bel pun berdering dua kali yang
menandakan waktu mengerjakan soal ujian telah selesai. Mereka mengumpulkan soal
ujian kepada pengawas ujian dan segera pergi meninggalkan ruang ujian untuk
belajar kembali dan mempersiapkan ujian esok hari. Di antara mereka ada yang
langsung membaca buku pelajaran yang akan diujiakan esok hari. Beberapa orang
lainnya tampak bercengkrama satu sama lain memperbincangkan ujian yang baru
saja mereka laksanakan. Beberapa lainnya membeli jajan di kantin dan bermain
bersama teman-temannya untuk menghilangkan kepenatan seusai ujian yang baru
saja mereka laksanakan.
Ujian selama satu minggu tak terasa sudah hampir sampai di penghujungnya.
Para siswa merasa senang sekali karena sesudah ujian ini mereka akan libur
panjang. Mereka akan libur selama dua minggu dan tentu mereka akan
menggunakannya untuk refreshing, mengistirahatkan diri dan otak yang
diperas habis-habisan selama ujian satu minggu ini.
Sabtu siang, setelah semua ujian sekolah selesai dilaksanakan, para
siswa meminta ijin untuk pulang ke kediaman di daerah masing-masing kepada para
ustadz dan ustadzah pengasuh tiap atap. Satu per satu para siswa meninggalkan
sekolah yang sebenarnya harus kita anggap sebagai lahan mencari ilmu dengan
penuh keikhlasan, tetapi pada kenyataannya pola pikir mereka masih jauh dari
yang kita harapkan. Mereka masih menganggap sekolah apalagi ma’had sebagai
sebuah penjara bagi mereka. Sehingga mereka akan merasa senang sekali ketika
bel berdering dan apalagi liburan menjelang seperti yang terjadi pada hari ini.
Sekolah tampak lengang seiring
matahari yang akan kembali ke peraduannya. Hanya beberapa siswa saja yang tetap
tinggal di Ma’had Al-Qalam karena beberapa alasan seperti rumah mereka berada di
luar Jawa sehingga mereka merasa lebih baik menghabiskan waktu di ma’had saja
daripada pulang ke rumah mereka masing-masing karena liburan kali ini juga
tidak begitu panjang menurut mereka. Mereka – yang tidak pulang – hanya akan
pulang ketika liburan Idul Fitri datang.
Tak terasa liburan dua minggu sudah berada di penghujungnya. Sekolah dan
ma’had sudah mulai tampak lagi keramaiannya seperti ketika ujian yang mereka
laksanakan dua minggu lalu. Satu per satu para siswa berdatangan dari daerah
masing-masing. Mereka membawa oleh-oleh khas daerah masing-masing untuk mereka
santap bersama teman sekamar atau teman sekelasnya ketika kegiatan belajar mengajar
aktif kembali Senin besok.
####
Kegiatan belajar mengajar kembali aktif pada hari Senin. Mereka memulai
hari baru, kelas baru, dan teman baru dengan penuh semangat. Sekarang mereka
yang dulu kelas XI sudah menyandang emblem bertuliskan XII, tingkat tertinggi
di sekolah ini yang berarti tidak lama lagi mereka akan menghadapi serangkaian
ujian dan tentunya akan segera menyelesaikan pendidikan di tingkat menengah
ini. Sejak semester I kelas XII, para siswa sudah diberi intensif ujian
nasional yang pelaksanaannya masih sekitar sepuluh bulan lagi. Sekolah ini
menginginkan para siswanya ketika ujian nasional telah berada di depan mata,
mereka sudah siap menghadapinya. Oleh karena itu, sekolah mencanangkan program
intensif ujian nasional sejak semester I.
Pada suatu kesempatan seluruh siswa kelas XII dikumpulkan oleh ketua
angkatan 2012, saudara Willy di aula guna membahas masalah album kenangan. Hasil
keputusan rapat tersebut pada intinya adalah semua kelas diharapkan memilih
tempat untuk berfoto di sekitar Malang saja. Kelas keagamaan memutuskan untuk
memilih Balekambang sebagai tempat foto mereka. Mereka berencana menyewa mobil
dan menginap di rumah Hambali bagi yang putra dan di rumah Resi bagi yang
putri. Mereka berangkat pada Sabtu siang setelah melaksanakan sholat Dzuhur. Sebenarnya
mereka sudah meminta izin kepada Ustadz Qodri satu minggu sebelumnya agar
mereka diizinkan untuk foto album kenangan di Balekambang. Ustadz Qodri
berpesan agar sebaiknya mereka didampingi oleh wali kelas atau ustadz atau
ustadzah yang bertanggungjawab terhadap mereka kalau terjadi apa-apa selama berada
di Balekambang dan supaya siswi jurusan keagamaan meminta izin kepada orang tua
mereka terlebih dahulu sebelum berangkat ke Balekambang. Kesalahan para siswa
jurusan kegamaan adalah mereka mengacuhkan dan tidak menghiraukan saran dan
pesan dari Ustadz Qodri tersebut, sehingga ketika mereka hendak berangkat ke
Balekambang terjadi sedikit ganjalan dan hambatan. Tetapi Alhamdulillah,
hambatan itu dapat terselesaikan walau akhirnya mereka berngkat ke Balekambang
dengan tanpa didampingi oleh guru satu pun. Setibanya di kediaman Resi, mereka
menyantap makanan yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Setelah itu mereka
melaksanakan sholat maghrib dan isya’ berjama’ah di musholla. Lalu, siswa putra
kembali ke rumah Hambali. Mereka bercengkrama kesana kemari sampai akhirnya
terlelap ke pulau kapuk.
Keesokan harinya, mereka berangkat ke Balekambang sekitar pukul 08.00
setelah menyantap sarapan di rumah Hambali. Mereka sampai di Belakambang
sekitar pukul 10.30. Fotografer dan ketua angkatan tampaknya sudah lama
menunggu di sana. Langsung saja mereka berpose foto di Balekambang mulai foto
kelas, foto per kelompok, maupun foto personal atau pribadi. Setelah dirasa
cukup, mereka langsung meluncur ke sekolah karena mereka memang hanya dizinkan
sampai Ahad maghrib. Tetapi, tanpa diduga sebelumnya, mereka sapai di sekolah
ba’da Isya. Mereka khawatir akan kena semprot lagi oleh Ustadz Qodri
sebagaimana yang mereka alami satu tahun silam. Ternyata hal yang mereka
takutkan itu terjadi. Setelah semua siswa-siswi keagamaan melaksanakan sholat
Isya di kamar masing-masing. Thohari dan Hambali yang bermaksud memberikan
oleh-oleh kepada Ustadz Qodri. Setelah menerima oleh-oleh dari mereka berdua,
Ustadz Qodri berkata,
“Saya minta kalian semua berkumpul di kelas malam ini juga, ada hal
penting yang ingin saya sampaikan. Panggil saya kalau semua anggota kelas sudah
berkumpul.”
Thohari dan Hambali pun kembali ke kamar dan mengabarkan hal ini kepada
teman satu kelasnya. Akhirnya mereka berkumpul di kelas dan Hambali pun
memanggil Ustadz Qodri setelah semua anggota kelas datang. Ustadz Qodri
berjalan sambil membawa buku catatan dan bolpoin di tangan kanannya. Setelah
memasuki kelas, Beliau duduk di kursi dan membuka forum dengan salam
“Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Ustadz Qodri mengucap salam.
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.” Jawab siswa-siswi keagamaan serentak.
“Maksud saya mengumpulkan kalian di sini tidak lain dan tidak bukan
adalah mengenai izin kalian kemarin untuk foto album kenangan di Balekambang”
kata Ustadz Qodri penuh semangat. Para siswa menanggapinya dengan wajah
cemberut dan raut muka gelisah tak menentu. Mereka berpikir sudah tentu mereka
akan mendapatkan hukuman yang jauh lebih berat karena ini pelanggaran mereka
kali kedua.
“Kalian meminta izin kepada saya mulai Sabtu siang dan kalian berjanji
akan sudah berada di ma’had kembali Ahad maghrib. Tetapi apa kenyataannya,
kalian datang setelah sholat Isya dilaksanakan. Hal lainnya adalah kalian tidak
memperhatikan saran dan anjuran saya suapaya kalian menunjuk satu guru yang
bertugas mendampingi kalian selama di Balekambang. Itu semua kesalahan kalian.
Kalian sadar atau tidak ?!” Kata Ustadz Qodri sedikit membentak. Tampaknya
Ustadz Qodri memang sudah mulai naik pitam melihat kelakuan kami yang dari hari
ke hari semakin tidak karuan saja.
“Asal kalian tahu, marah saya kali ini adalah marah saya yang paling
puncak selama saya berada di sini. Saya tidak pernah sebelumnya semarah ini,
apalagi kepada kelas lain. Tetapi mengapa saya harus marah kepada anak didik
saya yang notabene adalah anak jurusan keagamaan?! Seharusnya kalian tahu dan
mampu memeberikan contoh bagi siswa yang lain bagaimana sebaiknya bertindak,
berperilaku sesuai syari’at Islam. Tetapi apa yang kalian lakukan? Untuk kedua
kalinya kalian membuat kesalahan dan itu tidak dapat saya biarkan begitu saja.”
Lanjut Ustadz Qodri masih dengan ekspresi marah.
“Sebagai ganjaran dan hukumannya, saya minta kalian meminta maaf kepada
ustadz-ustadz senior yang ada di ma’had ini dan mengakui kesalahan kalian di
hadapan beliau semua serta silahkan dicamkan apa yang mereka pesankan kepada
kalian semua, Paham? Dan satu lagi hukuman. Kalian dilarang pulang sampai hari
ujian nasional menjelang.” Kata Ustadz Qodri seraya bertanya kepada para siswa.
“Ya ustadz, kami akan melaksanakan hukuman ini dan menjadikan semua ini
sebagai pelajaran berharga yang tak ternilai harganya dan kami berjanji tidak
akan mengulanginya lagi. Sebelumnya kami minta maaf karena sudah menyusahkan
ustadz dan sering membuat ustadz marah.” Kata Hambali mewakili teman-temannya yang
tampaknya gundah gulana, gelisah, dan takut dengan perkataan Ustadz Qodri.
“Ya sudah, saya kira cukup sampai disini saja. Silahkan kalian belajar
untuk persiapan intensif UN esok hari. Terimakasih atas perhatiannya,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.” Kata Ustadz Qodri mengakhiri forum Ahad malam itu.
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.” Jawab para siswa kompak.
####
Hari berikutnya, para siswa keagamaan datang berbondong-bondong untuk
bertamu kepada ustadz-ustadz senior yang ada di Ma’had Al-Qalam. Mulai dari
Ustadz Sukardi, Ustadz Taufiq dan Ustadz Mukhlis. Semua ustadz berpesan supaya
mereka tidak mengulangi apa yang telah mereka lakukan kemarin. mereka
mendengarkan petuah-petuah para ustadz tersebut dengan penuh ta’dzim.
Setelah semua ustadz senior telah selesai mereka kunjungi satu per satu ke
kediamannya, mereka mengunjungi kembali kediaman Ustadz Qodri untuk melapor
bahwa mereka telah meminta maaf dan mendengarkan nasihat-nasihat dari semua
ustadz senior yang ada di ma’had tersebut. Ustadz Qodri menerima kedatangan
mereka dengan wajah ceria, tak seperti hari-hari yang lalu. Kejadian itu
membuat mereka sadar bahwa mereka harus selalu menjaga nama baik jurusan
keagamaan dan mampu menjadi contoh bagi siswa yang lain.
####
Hari demi hari terus berjalan dengan berbagai aktivitas dan kejadian
baik itu menyenangkan maupun menyedihkan. Bulan pun silih berganti sampai tak
terasa hari ujian nasional sudah begitu dekat. Tinggal menghitung mundur tujuh
hari lagi atau satu minggu lagi ujian nasional -ujian penentuan- akan digelar
dan dilaksanakan serempak di seluruh sekolah menengah atas di seluruh pelosok
negeri.
Hari ujian nasinal pun datang, para siswa kelas XII nenyambut ujian
nasional dengan riang gembira. Mereka telah menanti-nanti hari ini sejak
semester I dulu dan sekarang hari yang mereka nantikan telah tiba. Pagi itu,
mereka memasuki ruang ujian nasional dengan penuh percayaan diri. Mereka yakin
akan meraih kesuksesan pada ujian yang sangat menentukan mereka akan lulus atau
tidak dari sekolah menengah atas ini. Ujian nasional berlangsung selama empat
hari mulai Senin sampai Kamis.
Kamis datang, hari terakhir pelaksanaan ujian nasional akhirnya datang
juga. Mereka mengerjakan ujian hari terakhir ini dengan penuh semangat membara di
dada-dada mereka. Di pikiran mereka sudah tergambar jelas berbagai universitas
dan jurusan yang mereka inginkan ketika mereka telah lulus dari sekolah
menengah atas ini. Setelah ujian hari terakhir ini selesai, mereka dikumpulkan
oleh Ketua Bidang Kesiswaan, Pak Merdi di aula. Pak Merdi memberitahukan
beberapa hal penting terkait ujian nasional yang baru saja selesai dilaksanakan
dan berbagai hal lain yang tentu sama pentingnya dengan ujian nasional itu
sendiri. 30 menit telah berlalu dengan begitu cepatnya. Seusai para siswa
dikumpulkan di aula, mereka pulang ke kediaman masing-masing dengan wajah penuh
dengan rona keceriaan setelah sekian lama mereka menantikan masa-masa seperti
yang mereka alami saat ini. Mereka bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
mereka kemudahan dalam menjalani ujian nasional ini.
Dua bulan sudah para siswa kelas XII menunggu pengumuman hasil ujian
nasional. Hari ini adalah hari dimana akan diumumkan hasil ujian nasional yang
telah mereka laksanakan dua bulan lalu. Mereka berdatangan menuju sekolah untuk
segera melihat pengumuman hasil ujian nasional mereka. Sesampainya mereka di
sekolah, mereka diajak untuk melaksanakan Sholat Dhuha berjama’ah oleh bagian
keagamaan dan kesiswaan di masjid Al-Falah. Setelah Sholat Dhuha berjama’ah
selesai ditunaikan. Berdirilah Pak Jasa selaku Ketua Bagian Kurikulum
menyampaikan sambutan dan beberapa arahan yang didengarkan dan diperhatikan
dengan antusias oleh para siswa kelas XII yang memenuhi seisi masjid Al-Falah.
Pak Jasa menyampaikan bahwa hasil ujian nasional kali ini Alhamdulillah sudah
cukup baik. Beliau berkata bahwa semua siswa kelas XII yang didaftarkan ujian
nasional tahun ini tidak ada yang tertinggal satu pun dan tidak ada yang
mengulang kecuali seorang siswa saja yang memang beberapa bulan sebelum ujian
nasional dilaksanakan sampai ujian nasional menjelang masih tergeletak sakit di
rumah sakit sehingga mau tidak mau harus mengulang kembali tahun depan atau
memilih alternatif kejar paket C. Mereka melakukan sujud syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan semua kenikmatan ini kepada mereka. Mereka berulang
kali mengucap Alhamdulillah sebagai bukti syukur mereka atas semua jerih payah
mereka selama ini. Acara di masjid telah usai. Kini, mereka berkumpul dengan
wali kelas mereka masing-masing untuk mendapatkan selebaran yang berisi surat
keterangan mereka lulus dan situs yang harus mereka buka untuk mengetahui
berapa nilai ujian nasional mereka. Beberapa wali kelas tampak mengucapkan
selamat atas keberhasilan anak didiknya dan memberikan sedikit arahan kepada
mereka. Segera setelah mereka mendapatkan selebaran itu, mereka berhamburan
keluar masjid untuk segera membuka situs yang tertulis di selebaran tersebut
dan melihat berapakah nilai ujian nasional mereka. Mereka bersorak riang ketika
mengetahui nilai mereka terhitung bagus di antara teman-teman lainnya. Sebagian
tampak murung dengan hasil yang mereka raih. Tetapi itu semua kembali kepada
usaha dan jerih payah mereka dalam mempersiapkan ujian nasional itu sendiri.
Bagi mereka yang merasa telah mengerahkan segala usaha untuk mendapatkan nilai
maksimal, mereka mendapat balasan setimpal dengan apa yang mereka usahakan.
Begitu pula bagi mereka yang malas-malasan dalam belajar, mereka pun
mendapatkan hasil sesuai seberapa besar usaha yang mereka lakukan. Tetapi pada
intinya mereka semua siswa kelas XII merasa senang sekali karena mereka telah
berhasil melewati satu tahap menuju masa depan nan cerah. Kini, mereka tinggal
selangkah lagi menuju universitas yang mereka dambakan.
####
Hari pun berganti seiring program intensif SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri) berjalan sebagaimana mestinya. Beruntung sekali
bagi mereka yang telah lulus ujian seleksi di beberapa universitas melalui
jalur undangan. Tetapi bagi siswa yang lain, mereka masih harus berusaha
mati-matian mengalahkan pesaing-pesaing yang datang dari seluruh penjuru negeri
pada perang SNMPTN nanti. Mereka tidak melewatkan fasilitas intensif SNMPTN
yang telah diberikan sekolah kepada mereka dengan sia-sia. Mereka memanfaatkan
fasilitas ini dengan baik dengan harapan besar mereka dapat diterima di
universitas dan jurusan yang mereka inginkan. Walau terkadang sebagian siswa
menganggap program intensif ini sebagai sesuatu yang tidak perlu diadakan dan membuang
waktu saja.
Hari pelaksanaan SNMPTN pun menjelang. Mereka berangkat pagi-pagi sekali
supaya tidak terlambat untuk mengikuti SNMPTN yang sangat menentukan masa depan
mereka nantinya. SNMPTN pun berjalan dengan sangat cepat sekali sampai-sampai
tidak terasa sudah memasuki hari ketiga, hari terakhir perang SNMPTN ini
dilaksanakan.
####
Hari ini adalah hari akan diumumkannya hasil SNMPTN yang telah
dilaksanakan tempo hari. Hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar
siswa kelas XII. Sebagian mereka merasa senang setelah melihat namanya
terpampang di koran atau tertera di situs SNMPTN di internet. Sebagian lainnya
merasa sedih karen harapan mereka pupus di tengah jalan dan harus mengakui
kekalahan mereka dengan pesaing mereka yang datang dari seluruh pelosok negeri
ini.
####
Hari yang ditunggu pun tiba. Hari dimana
wajah-wajah tersenyum bahagia karena pada hari ini akan dilaksanakan acara
puncak paripurna dari perjalanan panjang mereka selama tiga masa mengenyam dan
menimba ilmu di sekolah ini. Momen yang ditunggu ini adalah wisuda akhir tahun
angkatan 20 MAN 3 Malang dan gelar prestasi akademik dan non-akademik. siswa laki-laki
terlihat tampan dan berwibawa dengan mengenakan kemeja dengan warna beragam
sesuai kesepakatan kelas mereka, berjas, memakai celana hitam dan sepatu
pantofel. Sedangkan di lain pihak, siswi perempuan tampil dengan memakai kebaya
yang warnanya disesuaikan dengan warna kemeja siswa laki-laki. Hari itu adalah
hari yang akan mereka kenang selalu sampai nanti dan tentu tak akan terlupakan
begitu saja seiring berjalannya waktu.
Setelah wisuda usai, mereka menyempatkan diri untuk sekedar foto bersama
orang tua, teman-teman, adik kelas, guru, dll. Wisuda berakhir sekitar pukul
13.00. Mereka –para siswa kelas XII- lalu minta izin pamit pulang untuk
selama-lamanya kepada para guru yang telah mengantarkan mereka sampai menjadi
seperti sekarang ini. Akhirnya mereka semua berpisah satu sama lain dan kembali
ke daerah masing-masing. Masa ini adalah masa paling indah yang kenangannya
akan tetap ada dalam setiap benak siswa dan siswi kelas XII angkatan 20 MAN 3
Malang. Suatu saat nanti, mereka ingin berkumpul kembali walau hanya sebentar
saja untuk melapas rindu dan kangen satu sama lain.