Hari ini (27 Nov 2016) saya bersama-sama warga Muhammadiyah dari Jawa Timur merayakan milad Muhammadiyah ke 104 di Bangkalan Madura. Saya sendiri berangkat dari Malang bersama rombongan AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) yaitu HW, IPM, TS, dan IMM Malang raya bersama bapak-bapak ibu-ibu PDM Kota Malang. Kami berkumpul di kantor PDM Kota Malang pukul 11 malam. Perjalanan dimulai pukul 2 dini hari. Kami beristirahat di sebuah masjid dekat Stasiun Kalimas sekaligus melaksanakan sholat subuh. Perjalanan dilanjutkan ke Bangkalan dan kami sampai di lokasi pukul 6 pagi.
Kami langsung sarapan dan berjalan bersama menuju stadion gelora Bangkalan. Karena terlalu asyik makan dan berdiskusi bersama immawan dari universitas tetangga, saya pun tertinggal rombongan. Sesampai di lokasi stadion saya bersama mereka tidak bisa masuk stadion. Akhirnya, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, saya bersama kawan-kawan hanya berjalan-jalan di luar stadion, sesekali melihat siaran langsung melalui proyektor yang disediakan di luar stadion. Akhirnya saya sendiri memutuskan untuk berteduh dan tidak sengaja bertemu dengan Mas Syakir dan istrinya bersama anak-anaknya. Kami pun berbincang sebentar. Diskusi pun kembali berjalan dengan kawan-kawan IMM. Saya juga tidak sengaja bertemu dengan Asyifa, adik kelas MAN 3 Malang tahun 2013. Ia sekarang kuliah di Unmuh Surabaya. Ia rombongan bersama kawan-kawan kampusnya untuk meramaikan milad muhammadiyah ke 104 di Bangkalan Madura ini. Ketika hari semakin siang, saya pun bersama kawan-kawan memutuskan untuk kembali ke bus. Kami sedikit kesulitan menemukan bus kami karena memang banyaknya rombongan dari kota-kota lain. Setelah itu, kami pun makan siang ditemani guyonan yang tiada habisnya. Memang, saya sendiri senang mengingat saya sudah lama tidak bercengkrama terkait organisasi dan muhammadiyah. Saya sendiri seakan-akan menemukan diri saya kembali. Sisi aktivis kembali muncul, satu sisi yang cukup lama terpendam.
Kami langsung sarapan dan berjalan bersama menuju stadion gelora Bangkalan. Karena terlalu asyik makan dan berdiskusi bersama immawan dari universitas tetangga, saya pun tertinggal rombongan. Sesampai di lokasi stadion saya bersama mereka tidak bisa masuk stadion. Akhirnya, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, saya bersama kawan-kawan hanya berjalan-jalan di luar stadion, sesekali melihat siaran langsung melalui proyektor yang disediakan di luar stadion. Akhirnya saya sendiri memutuskan untuk berteduh dan tidak sengaja bertemu dengan Mas Syakir dan istrinya bersama anak-anaknya. Kami pun berbincang sebentar. Diskusi pun kembali berjalan dengan kawan-kawan IMM. Saya juga tidak sengaja bertemu dengan Asyifa, adik kelas MAN 3 Malang tahun 2013. Ia sekarang kuliah di Unmuh Surabaya. Ia rombongan bersama kawan-kawan kampusnya untuk meramaikan milad muhammadiyah ke 104 di Bangkalan Madura ini. Ketika hari semakin siang, saya pun bersama kawan-kawan memutuskan untuk kembali ke bus. Kami sedikit kesulitan menemukan bus kami karena memang banyaknya rombongan dari kota-kota lain. Setelah itu, kami pun makan siang ditemani guyonan yang tiada habisnya. Memang, saya sendiri senang mengingat saya sudah lama tidak bercengkrama terkait organisasi dan muhammadiyah. Saya sendiri seakan-akan menemukan diri saya kembali. Sisi aktivis kembali muncul, satu sisi yang cukup lama terpendam.
Ketika hari mulai turun hujan, akhirnya kami masuk bus dan kami pun beranjak pulang ke Malang. Ortu saya sendiri beberapa saat kemudian sampai di rumah. Kami terjebak macet parah. Sekitar pukul 15.00 kami berhenti di depan Maduratna. Kami sholat dan istirahat sejenak. Menjelang maghrib, lalu lintas sudah mulai lancar dan kami pun melanjutkan perjalanan sampai Malang. Di bus sendiri saya melanjutkan diskusi-diskusi seru dengan seorang kawan dari UB dan UM. Menjelang malam, saya tak kuat menahan kantuk dan tertidur sampai tiba di Malang pukul 22.43. Saya menuju Al-Qalam lalu beristirahat. Meski hanya sebagai penggembira yang tidak bisa masuk stadion, saya selalu bangga karena untuk pertama kalinya Muhammadiyah mengadakan agenda besarnya di Madura. Memang, perasaan kepemilikan Muhammadiyah masih kurang terasa bila dibandingkan denganYogyakarta atau Malang yang mayoritas warganya adalah Muhammadiyah. Akhirnya saya ucapkan Selamat MILAD Muhammadiyah ke 104. Semoga senantiasa mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah menuju Indonesia Berkemajuan.