Kembali Ke Atas
Beranda
Prosa
Renungan Hujan
Hujan Selepas Asar
Muhammad Amin Muhammad Amin
Mei 07, 2018

Hujan Selepas Asar


Untuk kesekian kalinya, hujan kembali mengguyur kawasan Kota Hujan Kedua. Sudah seminggu lebih rasanya hujan tak turun. Aku sendiri rindu akan hujan. Rindu basah airnya, rindu menari-nari di bawah rinainya, rindu memuisikannya dalam baris kata yang indah.


Bagiku, hujan itu istimewa. Kau tahu, siang tadi aku baru saja menggerutu perihal panas yang tak biasa. Tapi, kau lihat bahwa sore ini anugerahnya, hujan kembali turun. Membelai mesra jalanan yang kotor oleh debu, membelai daun yang hampir saja kering karena lupa tak disirami oleh pemiliknya.

Karena hujan, kulihat pohon-pohon kembali merasakan kesejukan. Tercium aroma harum tanah basah. Kupandangi titik demi titik air yang dibawa ke sana kemari oleh sang bayu. Air itu pasrah saja mengikuti kehendak angin. Menjatuhkannya pada reranting pepohonan, menjatuhkannya di atap-atap gedung pencakar langit, atau bahkan menjatuhkannya pada kawanan siswa-siswi yang baru saja pulang sekolah.

Sore ini, hujan sesekali mereda. Lantas beberapa saat kemudian deras kembali. Entah apa maunya. Mungkin ia sedang ingin bercanda dengan penduduk bumi. Mencibir tiap langkah congkak penguasa yang mempermainkan janji-janji manisnya. Atau menghapus luka kenangan-kenangan masa lalu yang begitu kelam.

Hujan kali ini barangkali menjadi representasi kehidupan manusia yang penuh onak dan duri. Sesekali duri itu tercabut, meski pada beberapa kesempatan lain duri itu kembali hadir. Bukan untuk mencelakai, tetapi ingin lebih banyak mencoba berinteraksi dengan sekelilingnya, menjadi pengingat bahwa kesenangan dan kesedihan tak pernah kekal abadi di atas dunia ini. Selalu ada senyum bahagia usai kesedihan yang mendalam. Di lain waktu, kekecewaan mampir untuk memberi jeda pada kesenangan yang bisa jadi akan menghancurkan bila dirasakan terlalu lama.

Pada hujan yang rinainya belum berhenti, kuselipkan doa semoga hujan ini senantiasa membawa maslahat bagi semua. Tak lupa kusematkan doa untuk Adinda di seberang kota, semoga lain kali kita bisa duduk berdua, memandang hujan ini berkali-kali, sambil sesekali bersitatap dan saling menggenggam erat tangan masing-masing. Lantas berkata, mari selipkan doa dan pinta terbaik sebab di antara derai hujan ini, doa yang mengangkasa akan cepat dikabulkan oleh Tuhan.

Kota Hujan Kedua, Senin, 7 Mei 2018 15:49 
Di depan kamar sambil memandang hujan yang tak kunjung usai.

Penulis blog

Muhammad Amin
Muhammad Amin
Dosen Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung, penulis, pemerhati pendidikan dan bahasa, siniar, IT enthusiat

Terima kasih sudah berkunjung. :)