Mungkin bagimu, aku bukan sosok yang bisa romantis sepanjang waktu. Tapi, tenang Adinda. Aku memang diam, tapi ketahuilah keseharianku adalah tentangmu. Keseharianku adalah perjuangan tentang masa depan kita bersama. Semoga kau paham akan hal itu.
Mungkin bagimu, aku bukan orang yang senantiasa dapat kau hubungi sepanjang waktu. Tapi tenanglah Adinda, kau tetap menjadi prioritas. Di atas segala tuntutan pekerjaan yang saling berburu. Di atas segala tanggung jawab yang harus diemban dan dilaksanakan dengan padu. Kuharap kau paham akan hal itu.
Mungkin bagimu, aku pendiam, tak banyak bicara, berbalas pesan dengan singkat. Tetapi, itulah aku. Tenang, aku tidak sedang ingin membuatmu kecewa. Aku tidak sedang membuatmu tidak bahagia. Aku akan berusaha senantiasa membahagiakanmu. Maaf bila caraku keliru. Aku akan terus berbenah diri. Terus belajar mengimbangi dari berbagai sisi. Semoga kau paham akan hal itu.
Mungkin bagimu, aku bukanlah tipe orang yang mampu mengumbar kata penuh cinta dan mesra. Bukannya aku tak mau, bukannya aku tak bisa. Aku hanya sedang menjaga batasan agar tak terjatuh terlalu dalam sebelum janji suci itu benar-benar dilafazkan. Jatuh dalam jurang yang mampu membuat setan tertawa bahagia. Mereka tentu akan terus mengintai dan mencari cara menjerumuskan dua anak manusia yang sedang dimabuk cinta. Semoga kita berdua selamat dari tipu dayanya. Kuharap kau pun paham akan hal itu.
Adinda, tentang hari di mana janji suci akan terucapkan. Mari kita bicarakan bersama. Bersama alunan hujan yang turun di sela-sela hari menuju tenggelamnya mentari. Bersama percikan rindu yang terus membuncah sepanjang hari. Bersama bumbu-bumbu kebahagiaan yang terus terpancar dari dalam diri.
Adinda, mari saling memahami. Mari saling menjaga. Mari saling mendoakan. Di antara deret kata yang tertata. Di antara susun paragraf yang kian hari kuharap kian padu dan tak tercerai-berai ke mana-mana. Di antara denting yang mengalun pelan. Detik demi detik jam dinding yang bertalu. Merapatkan diri menuju hari penuh suka cita. Hari di mana kita berdua akan bersatu. Merenda kasih. Merajut kisah. Menjalin asih. Memilin rindu dalam mahligai rumah tangga yang syahdu. Di bawah bimbingan-Nya. Selalu.
Kota Hujan Kedua, 23 Mei 2018 09:11