Satu hal yang menjadi kebiasaan saya sejak lama adalah mencatat. Mencatat apa saja, di mana saja, dengan media apa saja. Hal ini saya lakukan sejak sekolah menengah pertama. Kala itu, salah satu ustad mengajak saya untuk rutin menulis di blog. Karena merasa kekurangan bahan, akhirnya setiap ada taklim di musala pondok, saya diam-diam mencatatnya dengan rapi pada satu buku kosong. Lantas, ketika tiba jam buka warnet, jemari saya menari dengan indah menuliskan kembali apa yang telah dituliskan di buku catatan saya.
Lambat laun, kebiasaan itu seperti mendarah daging. Beberapa kali saya dipercaya menjadi sekretaris. Berbekal ketelitian tingkat tinggi dan kemauan belajar yang kuat, saya terima semua tantangan tersebut. Kali ini, momen Ramadan rasanya cukup baik untuk kembali mengabadikan hasil ceramah, menuliskannya, lalu membagikannya melalui sosial media atau blog.
Apa yang harus dilakukan ketika ingin menjadi pengabadi suara dalam tinta? Berikut tipsnya.
1. Bawa pena dan buku kecil ke mana