Dalam sebuah ceramah yang disampaikan seorang ustaz selepas salat jamaah, sang penceramah mengingatkan tentang hendaknya sebagai muslim kita harus tahu bahwa Ramadan adalah syahrul jihad. Bulan penuh dengan perjuangan. Nabi pernah menyatakan sepulang dari perang Badar yang begitu melalahkan, Beliau bersabda bahwa kita baru saja pulang dari perang kecil. Kita akan menghadapi jihad atau perang yang lebih besar dari perang Badar. Para sahabat pun bertanya kepada Rasul, "adakah yang lebih besar daripada perang Badar ini?"
Rasul menjawab bahwa perang yang lebih besar adalah perang melawan hawa nafsu manusia. Peperangan Badar, kita menghadapi musuh yang tampak di depan mata. Tetapi perang melawan hawa nafsu ini berat. Nafsu itu berada dalam diri kita sendiri. Bila kita tidak mampu mengendalikannya, maka kita yang akan dikendalikan olehnya. Dikatakan dalam sebuah pepatah bahasa Arab bahwa nafsu layaknya anak kecil. Bila tidak kau sapih, maka ia akan terus menyusu. Tetapi bila kau sapih ia, maka ia akan berhenti menyusu.
Puasa Ramadan melatih kita tidak hanya puasa fisik, tetapi juga puasa lisan. Ramadan adalah bulan penyucian diri. Tazkiyatun nafsi. Maka, jauhi yang namanya gibah. Apa itu gibah, ia adalah mengatakan sesuatu yang tidak disenangi oleh saudaramu di belakang layar. Bila itu benar, maka itu gibah. Bila salah pun, maka itu fitnah.
Maka, daripada mengingat kejelekan saudara kita, lebih baik kita ingat saja kebaikannya. Dengan puasa lisan dan hati, maka sesungguhnya tingkat puasa kita sedikit lebih tinggi daripada orang awam. Akhirnya, semoga madrasah Ramadan benar-benar mampu mendidik nurani kita untuk jauh dari hal-hal yang dilarang oleh-Nya dan senantiasa berusaha menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh-Nya.
#RamadanBercerita #RamadhanBerceritaday9 #latepost #25052018