Ibarat kurikulum, tujuan akhirku adalah menikahimu dan membersamaimu sampai ke surga. Empat kompetensi inti itu melebur dalam kebersamaan kita. Kompetensi inti pertama adalah ketaqwaan, kompetensi inti kedua adalah menambah jejaring sosial, kompetensi inti ketiga adalah ilmu rumah tangga, kompetensi inti keempat adalah terampil dalam mengambil kebijakan dan keputusan.
.
KI 1, keimanan dan ketaqwaan sudah selayaknya menjadi pondasi utama seorang insan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Agama menjadi penyangga yang membuat segalanya akan tampak lebih indah. Menjadikan aku dan kamu bersatu di bawah payung Islam. Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
.
KI 2, kompetensi sosial sesungguhnya telah diamalkan jauh hari sebelum hari pernikahan tiba. Tatkala aku dan kamu telah menjadi kita, maka jejaring sosial kita bertambah. Relasiku bertambah dengan hadirnya ayahmu, ibumu, saudaramu, pamanmu dan seterusnya. Begitu pula sebaliknya. Teman-teman dalam lingkungan kita pun bertambah. Kita memperluas persaudaraan supaya tahu bahwa memang hidup kita tak pernah di-setting untuk sendirian. Kita selalu membutuhkan orang lain dalam segala hal.
.
KI 3, ilmu. Sebagaimana hadis nabi yang menyabdakan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat dapat diraih bila kita punya ilmu. Ilmu di sini cukup luas. Kita belajar ilmu mempersiapkan pernikahan, kepengasuhan anak, hukum fiqih rumah tangga, akhlak, dan lain sebagainya. Ilmu yang bermanfaat tentunya ilmu yang diamalkan. Terus disampaikan kepada sesama sebagai tanda kasih sayang kita kepada mereka. Jangan dipendam sendiri.
.
KI 4, terampil. Terampil itu juga bermakna luas. Terampil mengendalikan emosi, terampil menjaga diri, terampil mengambil kebijakan yang tidak berat sebelah. Terampil semacam ini tentunya tidak dilatih satu dua hari. Latihannya bisa bertahun-tahun. Terus dipraktikkan, juga ditingkatkan kapasitasnya. Jangan stagnan dan begitu-begitu saja.
.
Pada akhirnya, menurut perspektif kurikulum, pernikahan adalah sebuah metode, sebuah media untuk sampai pada tujuan akhir, siap hidup bersama orang tercinta, membangun peradaban. Materi utamanya adalah terus memperbanyak ilmu di segala bidang, kasih sayang, mudah memaafkan, dan berbagai karakter mulia lainnya. Sedangkan evaluasinya dilakukan melalui diskusi bersama, renungan panjang di berbagai kesempatan. Semoga ikatan pernikahan yang terjalin benar-benar memampukan yang menjalaninya menuju pribadi yang jauh lebih bijaksana, jauh lebih dewasa, jauh lebih mampu menerima segala keadaan dengan lapang dada. Semoga petunjuk-Nya senantiasa membersamai langkah dalam jalinam kasih suci.
.
Malang, 11 Mei 2018