Kembali diri mengingat bagaimana diri menemukanmu. Kamu yang dahulu masih samar dan abu-abu. Kamu yang dahulu tak pernah kutahu nama, wajah dan segala tentangmu. Kamu yang dahulu tak mampu kujangkau secara nyata alias semu.
Adinda, sejak sekian tahun lalu, pinta yang tiada pernah jemu terucap adalah hadirnya istri yang senantiasa bersama menggapai surga-Nya. Aku tak hanya ingin beristri dengan ia yang sekadar membersamai di dunia. Itu terlampau biasa. Bila dibahasa Arabkan, pinta itu berbunyi, Allahummarzuqnii zaujatan shoolihatan, dzaatu akhlaaqin kariimatin, zaujatallatii tusaa'idunii linaili jannatika. Rabbi, berikanlah rezeki kepadaku seorang istri yang salehah, memiliki akhlak mulia, istri yang senantiasa membantuku meraih surga-Nya. Aku meraba takdir-Nya yang tak pernah kutahu bagaimana pastinya. Tapi hatiku yakin bahwa kita sudah semakin dekat untuk saling menuju.
Adinda, aku menuliskan kata senantiasa. Senantiasa bermakan seterusnya, ada konsistensi. Aku tak ingin kesalehan