Adinda, bila suatu hari nanti hadir kebosanan dalam mencintai, mari sejenak bersama menelusuri ke belakang. Bagaimana kita berdua bisa saling kenal.
Pada sore yang penuh kalut, kunyalakan komputer mahad. Kubuka facebook seperti biasa. Ada satu dua permintaan pertemanan yang biasanya selalu saja kukonfirmasi segera. Kulihat nama akun Ulfa R. Asyida. Setelah terkonfirmasi, akun tersebut tiba-tiba saja mengirim pesan. Agak panjang, tidak biasa, seperti fans penulis terkenal yang memang ingin dikenal. Ia mengaku sudah membaca tulisan-tulisanku di facebook juga blogku. Sebagai penulis, satu kebahagiaan terbesar adalah mendapat apresiasi dari pembaca. Sore itu aku tersanjung. 31 Maret 2018.
Selepas kemudian, percakapan berlanjut dengan hangat di jajaran kata yang terus beradu mesra. Belum sepenuhnya mesra sih. Tetapi, keingintahuanku terhadap pemilik akun tersebut semakin membabi buta. Kutelusuri setiap jejak posting facebooknya, kulihat foto-fotonya, kucari dan kutelisik informasi tentangnya secara mendalam. Malam itu kudapati ia yang dalam keyakinan hati akan menjadi satu untuk selamanya.
Tentu Adinda masih ingat bahwa malam itu, kuminta dirimu untuk membaca tulisanku tentang perkenalan daring kita. Aku tak berharap banyak. Aku hanya yakin kau juga seorang penulis, terlebih kau guru Bahasa Indonesia. Tentu tulisanmu lebih syahdu dan merasuk kalbu. Itu menurutku. Entah menurutmu.
Keesokan harinya, kudapati balasan tulisan darimu. Hal itulah yang sesungguhnya semakin mendekatkan kita. Aku masih tak berani mengganggu banyak waktumu. Aku masih tak berani menghubungimu via suara. Biar saja karya dan tulisan kita beradu. Meluapkan segala rasa dalam hati yang menderu. Bersama derasnya laju yang tak pernah mundur barang sedetik.
Sejak hari itu, ada keyakinan yang merasuk dan semacam ada azam dalam diri bahwa inilah yang dicari selama ini. Sepertinya penantian akan segera disudahi hari-hari ini. Akhirnya, malam itu juga istikharah dipanjatkan bersama alunan doa pada Pencipta. Tak lupa memohon nasihat kepada orang tua tentang langkah apa yang seharusnya diambil bagi diri yang energi cintanya sedang membuncah.
Seminggu kemudian, tibalah saatnya kuungkapkan rasa padamu Adinda. Setelah mendapat restu kedua orang tua, kuberanikan diri menghubungimu via suara. Pertama kalinya kudengar suara indahmu. Suara yang hari-hari ini terus mengisi keseharianku. Setelah basa-basi, kusampaikan maksud diri untuk menjadikanmu belahan jiwa dalam bingkai kehalalan. Sekian menit terdiam, menunggu jawabmu dengan debar jantung yang semakin kencang. Bersama lantunan doa yang tiada berhenti. Sore itu pula, kita bersepakat untuk menjalani sesuatu yang jauh lebih serius dari sebelumnya. Kubertekad untuk mengunjungi keluargamu sesegera mungkin.
1 Mei 2018 (mengenalmu adalah anugerah, membersamaimu dalam keimanan adalah impian, untukmu, calon bidadari dunia akhiratku) #latepost
Bersambung