Puasa telah memasuki hari ketiga. Sang
pemuda tampak begitu semangat menjalaninya meski di sana-sini ada banyak
tanggung jawab yang harus diselesaikan. Terkadang pemuda tersebut berpikir,
kapankah segala kesibukan ini akan berakhir. Ia ingin sesekali menyisakan
waktunya untuk bersantai, menyelami berbagi buku yang menumpuk setelah dibeli
namun belum terbaca.
.
Sang pemuda tersadar bahwa memang semakin
beranjak dewasa, berbagai tanggung jawab datang silih berganti. Dahulu saat SMA
anggap saja tanggung jawabnya 10, kalau sekarang setelah lulus dari sarjana
meski kelihatannya banyak menganggur sesungguhnya tanggung jawabnya sudah
bertambah dua atau bahkan tiga kali lipat dari sebelumnya. Masa muda adalah
masa banyak mencoba sesuatu yang baru, mempelajari hal-hal baru, meskipun
penghasilan belum seberapa. Karena ketika usia senja menghampiri, mungkin harta
yang dimiliki sudah menggunung, namun kesempatan menikmati sudah semakin
berkurang. Berbagai kenikmatan panca indera satu per satu melemah. Berbagai
macam penyakit yang sebelumnya tak pernah diidap tiba-tiba saja datang. Kini,
tak mampu lagi mengelak. Hanya terduduk lesu, sambil terus memanjatkan doa
semoga diberi akhir yang khusnul khotimah.
.
Selanjutnya, ia juga baru teringat bahwa
hidup di dunia sesungguhnya masa untuk menanam. Belum saatnya beristirahat
berleha-leha menikmati jerih payah. Ada waktu tersendiri seusai ajal menjemput
semua yang kita tanam akan dipanen, dinikmati dengan sebenar-benarnya, tanpa
lelah sedikit pun. Maka, sepatutnya bagi seorang muslim untuk menggunakan
kesempatan yang ada di dunia untuk terus beramal, berdakwah mengajak kepada
yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Jangan pernah ada rasa
lelah sedikit pun. Selalu tanamkan dalam diri bahwa lelah di dunia jauh lebih
baik asalkan di akhirat kelak kita hidup tenang dan bahagia. Daripada bersantai
di dunia, menebar kejahatan dan keburukan yang akibatnya akan kita terima di
hari pembalasan nanti, na’udzu billahi min dzaalik.
.
@muhamin25 | 29 Mei 2017