Mungkin ungkapan ini sudah seringa
terdengar dan begitu familiar bagi kita. Ada banyak orang yang bisa mendaki
gunung beribu mdpl, tetapi hanya melangkah lima puluh meter dari rumah menuju
masjid kampong saja sehari semalam lima kali belum tentu bisa. Maka dari itu,
tampaknya ada yang salah dengan pola pikir dan kebiasaan kita selama ini.
.
Saya memang orang yang kurang suka mendaki
gunung. Bukan karena tidak berani, hanya saja apa ya harus ke gunung kalau
hanya mau bertamasya, saya kira masih ada banyak lokasi lain yang lebih
representatif sebagai alternatif. Saya tidak menyalahkan mereka yang setiap
minggu mendaki puncak gunung. Itu baik. Tapi ingat bahwa masjid sebelah rumahmu
juga perlu kau masuki lima kali dalam sehari. Tak pernahkah hal itu terbersit
dalam hatimu?
.
Mari sejenak merenung. Kenapa kita begitu
sulit untuk hadir di masjid lima kali dalam sehari. Mungkin yang menjadi alasan
pertama adalah anggapan bahwa jama’ah itu Sunnah muakkad. Nah, kadang kita
terjebak pada kata definisi sunnah yaitu bila dikerjakan mendapat pahala dan
bila ditinggalkan tidak apa-apa. Kedua adalah masih kotornya hati kita karena
terlampau banyak dan sering dosa-dosa yang kita lakukan. Dosa itu seumpama
titik hitam kecil di tengah kain putih. Maka, jika terus saja dilakukan, maka
titik hitam itu bisa jadi menutupi seluruh kain putih dan membuatnya semakin susah
dikembalikan menjadi putih untuk kedua kalinya. Semoga kita tidak termasuk
golongan ini. Ketiga adalah anggapan bahwa ibadah itu nanti saja ketika tua dan
bau tanah. Memang ada yang menjamin kehidupanmu sampai hari esok? Satu detik
dari detik ketika kau menuliskan kata ini saja belum tentu kau ketahui. Ajal
selalu menjadi rahasianya yang bukan berarti sebagai hamba-Nya, kita tidak
melakukan sesuatu yang berguna dan mampu mengantarkan ke syurga-Nya. Justru
karena syarat meninggal dunia tidak harus tua, maka selagi masih muda, badan
kuat untuk beribadah, maka seharusnya semua itu kita maksimalkan untuk
beribadah kepada-Nya.
Mungkin itu sedikit alasan kenapa kita
begitu sulit untuk melangkah menuju masjid-masjid di sekitar kita tatkala adzan
telah berkumandang tanda masuk waktu sholat fardhu. Saya kira masih banyak
alasan yang lain. Semoga kita senantiasa diberi konsistensi untuk terus dapat
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
@muhamin25 | 3 Mei 2017