Sebagai pengasuh di sebuah ma’had, seorang
pemuda mengikuti rapat terkait penentuan siapa saja yang akan dimasukkan ke
dalam daftar blacklist. Mereka akan diberikan surat pernyataan bahkan
bila sampai tingkat parah, orang tuanya harus rela hadir menghadap Ketua
Ma’had. Tetapi malam itu sang pemuda cukup galau. Bukan galau karena masih
sendiri tetapi sebab tak punya data pasti tentang anak-anak asuhnya.
Sang pemuda memang baru diamanahi anak asuh
sekitar 4 bulan lalu. Pemuda ini memang tipe orang yang tidak mudah mengenal
wajah anak asuhnya. Selain itu, ia juga tak punya data valid terkait presensi
jama’ah, ta’lim, catatan keamanan, dst. Nah, itulah yang membuatnya gala belum
bisa menyetorkan nama malam itu. Akhirnya, ia pun jujur saja ketika ditanya di
forum. Ia merasa lebih baik seperti itu daripada harus menyebut nama anak
asuhnya tanpa rasa tanggung jawab.
Meski pada akhirnya, anak asuhnya banyak
diusulkan oleh ustadz yang lain, ia kini sadar bahwa mengenal wajah dan nama
anak dengan baik menjadi hal yang mau tidak mau harus dilakukan. Kini, ia tak
bisa berkutik dan merasa mati kutu untuk berkata tidak dalam mengenal anak
asuhnya lebih dekat. Sejak saat itu, ia bertekad untuk lebih dekat kepada anak
asuhnya, semoga tahun depan masih berpihak kepadanya asal mau terus memperbaiki kinerja di tempat ia
bekerja.
@muhamin25 | 22 Mei 2017