Siang ini tiba-tiba langit mendung. Memang sudah
beberapa hari tidak turun hujan. Dua hari sebelumnya rintik hujan mewarnai bumi
Arema. Seakan ikut bergembira menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1438 H. Namun,
hujan siang ini berbeda. Gemuruh terdengar di sana-sini. Derasnya tak terperi,
tak seperti hati yang masih saja sepi.
.
Betapa tidak, tahun lalu aku bergelut dengan skripsi
dimana tanggal ujian skripsiku berbarengan dengan nuzulul qur’an dan tanggal
kelahiranku bila dihitung dengan hitungan hijriyah. Tahun ini ramadhanku lebih
khidmat. Sendiri, berteman tugas-tugas akhir semester kedua kuliah
pascasarjana. Dari kamar ini ingatanku melanglang buana menerabas angkasa. Berpikir
bagaimana nasib ramadhan tahun depan. Sudahkah ada seseorang yang menghiasi
ketika bangun dari tidur semalam suntuk? Atau masih sama saja dengan tahun ini.
Berteman keheningan, menggeluti asyiknya beribadah di bulan dilipatgandakannya
pahala. Atau aku sedang sibuk mempersiapkan ujian tesisku sekaligus hari
pernikahanku. Entahlah, aku masih tak tahu. Semuanya masih misteri. Yang pasti
aku tak pernah berhenti berharap kepada Allah agar diberikan keteguhan di atas
jalan-Nya. Bagaimana pun keadaannya, masih ada Maha di atas segala-galanya.
Tempat bergantung dan berbisik indah tanpa ada rahasia yang takut terbongkar.
.
Rinai di luar mulai reda. Di senja yang begitu syahdu,
kutuliskan bait-bait prosa sembari kurapalkan doa. Semoga ingatan-ingatan berbalut
hujan akan senantiasa menjadi seindah-indahnya kenangan. Duhai hati, tenanglah.
Akan segera tiba masanya dimana bidadari itu hadir dalam kehidupanmu. Sekarang
waktunya lebihkan usahamu, kuatkan doamu, luruskan niatmu dan biarkan jemari
Tuhan membelai indah dirimu sambil berbisik, “Kini tiba saatnya kau akhiri masa-masa
kesendirianmu. Semoga kau menjadi suami idaman bidadari syurga.”.
.
@muhamin25 | 28 Mei 2017