Kebahagiaan terpancar dari wisudawan-wisudawati hari ini. Secara resmi,
sekolah melepas mereka di hadapan orang tua/wali. Acara yang dimulai pukul 8
pagi tadi benar-benar menerbangkan lamunan saya ke 5 tahun ke belakang di mana
saya diwisuda di tempat yang sama. Seusai sarapan, saya menuju stand Reuni
PERAK 25 MAN 3 Malang. Tampak beberapa orang di sana. Karena masih cukup pagi,
maka kondisi sekitar stand masih cukup sepi. Saya bertemu Kak Fa, Zian,
Fithroh, dan beberapa adik kelas yang telah menjadi alumni. Saya sempatkan foto
di photobooth yang disediakan.
.
Tiba-tiba, seorang teman berkata kepada saya,
“Min, anak-anak ketika sudah keluar ruang wisuda banyak yang lupa saya
(gurunya). Mereka rata-rata melengos dan berkata maaf sembari menghampiri
teman-temannya atau orang tuanya.”
“Ya, begitulah kawan. Jangan terlalu diambil pusing. Mungkin mereka
berpikir karena hari ini bisa jadi hari terakhir mereka bertemu dengan
teman-teman seperjuangannya di sekolah ini, ya wajar kalau mereka lebih mengutamakan
teman-temannya daripada gurunya. Yang penting jangan berhenti mendoakannya
menjadi insan yang terus membaik dari hari ke hari.” Jawabku.
.
Kira-kira begitulah suasana wisuda kelulusan. Saking bahagianya, setelah
keluar ruangan wisuda mereka berfoto dengan orang tua, teman-temannya, adik
kelasnya, kakak kelasnya dst. Namun, terkadang banyak yang melupakan gurunya.
Memang, hal ini tidak bisa digeneralkan. Tetapi melihat riuhnya suasana
perfotoan di luar ruang wisuda membuat saya hanya bisa tersenyum sambil
memandang sekitar.
Betapa enaknya anak zaman sekarang berfoto ria dengan handphone mereka
yang hamper semuanya android. Saya jadi ingat lima tahun yang lalu, foto-foto
masa wisuda hanya beberapa saja dan itu pun numpang di kamera teman. Mengingat
waktu itu masih belum punya kamera.
Tetapi pada intinya, ketika seseorang telah sukses biasanya lebih banyak
melupakan orang-orang yang telah membawanya ke puncak kesuksesan tersebut.
Mereka terlampau keasyikan dengan dunia barunya. Tidak usah jauh-jauh,
terkadang saya sendiri seperti itu. Merasa berbeda dengan mereka yang pernah
menjadikan sukses. Tetapi, semakin dewasa, saya selalu ingat kata orang tua bahwa
tetaplah merendah meski sukses telah digenggam. Jangan pernah lupakan
pihak-pihak yang bahu-membahu membawamu melewati tangga kesuksesan dari hari ke
hari. Maka, mulai hari ini, saya berjanji untuk senantiasa mengingat dan
berusaha untuk menjalin silaturrahim kepada siapa saja yang telah mengantarkan
saya menuju gerbang kesuksesan seperti hari ini. Saya harap kalian juga
melakukan hal yang sama.
@muhamin25 | 6 Mei 2017