Hari ini adalah hari pertama berpuasa di
bulan Ramadhan 1438 H. Pagi tadi kuterbangun pukul 3 pagi. Lantas keluar kamar
dan menuju ruang makan bersama para santri. 15 menit kemudian, Pak Pur bersama
Mas Firman datang dari dapur membawa makan sahur untuk para santri. Aku pun
membantu mempersiapkannya lalu makan sahur bersama para santri.
.
Usai sahur aku berangkat ke masjid untuk
sholat subuh. Selesai subuh disampaikanlah kultum singkat oleh Ust. Taufiq yang
membahas seputar fiqih puasa. Beliau menerangkan tentang syarat wajibnya puasa
yaitu Islam, baligh, berakal. Beliau menjelaskan panjang lebar mengenai baligh.
Bahwa baligh bagi laki-laki adalah bila ia telah mimpi basah pada umur 9 tahun.
Adapun perempuan adalah haidh pertama pada usia 9 tahun. Hitungan tahun disini
adalah tahun hijriyah. Adapun bila belum mimpi basah atau haidh maka balighnya
dihitung ketika masuk usia 15 tahun hijriyah.
.
Sedangkan malam hari ini, Ustadz Sutaman
menjelaskan mengenai dampak positif puasa. Diawali dengan keberadaan manusia
yang diciptakan dalam bentuk paling sempurna di atas makhluk lainnya.
Sebab-sebabnya adalah manusia diberikan akal untuk berpikir, nafsu untuk terus
berinovasi dan berkembang biak, hati untuk dapat meraih cahaya-Nya. Bila
manusia dapat mendayagunakan semuanya dengan baik, untuk beribadah kepada-Nya
maka ia bisa mencapai derajat malaikat. Namun bila tidak, maka ia akan
dikembalikan pada posisi yang sangat hina.
.
Beliau menjelaskan bahwa pada diri manusia
terdapat 4 macam nafsu. Nafsu pertama adalah nafsu amarah. Dalam Al-Qur’an
disebutkan bahwa nafsu amarah ini senantiasa mengajak kepada kejahatan. Nafsu
amarah berada pada lapisan paling luar dari diri manusia. Maka, ketika tergores
sedikit saja, maka pemiliknya akan sombong, dan akan muncul sifat-sifat tercela
lainnya. Bila dianalogikan dengan unsur pada diri manusia, maka nafsu amarah
serupa unsur api. Adapun nafsu kedua adalah nafsu al-lawwamah. Nafsu kedua ini akan
senantiasa mencela apa saja yang dilakukan oleh diri. Entah itu hal baik, atau
hal buruk. Maka misalnya ketika seseorang setelah bersedekah maka ia akan
berkata dalam hati, “mengapa tadi saya bersedekah?”. Begitu pula ketika ia
memfitnah orang lain, maka ia berkata, “mengapa saya tadi memfitnah orang lain?”.
Bila diumpamakan dengan unsur yang ada pada diri manusia, maka nafsu
al-lawwamah adalah unsur angina. Kita tahu angina datang dari arah yang tidak
diketahui, lalu pergi pun kita tak tahu ke mana arahnya.
.
Nafsu ketiga adalah nafsu malhamah atau
nafsu marhuumah. Nafsu ini adalah tipe nafsu yang mengajak kepada kebaikan.
Nafsu ini telah diberikan perlakuan khusus oleh pemiliknya sehingga ia mau
diajak berbuat kebajikan, beribadah kepada Allah SWT. Maka, melalui puasa nafsu
amarah dan lawwamah bisa kita ubah ke dalam nafsu malhamah atau marhumah ini.
Bila diumpamakan pada unsur dalam diri manusia, maka nafsu malhamah atau
marhumah ini seperti unsur air. Ia tenang dan mampu menyediakan banyak hal yang
dibutuhkan oleh manusia. Nafsu keempat adalah nafsu muthmainnah. Nafsu ini
senantiasa berdzikir dan ingat kepada Allah. Kebaikan dan ibadahnya senantiasa
tulus. Dalam Al-Qur’an menyeru pemilik nafsu ini untuk kembali ke haribaan-Nya
dengan ridho-Nya. Pemilik nafsu muthmainnah pun begitu rela untuk kembali ke
hadirat-Nya. Maka, ia akan dipersilahkan memasuki syurga-Nya dan masuk ke dalam
golongan hamba-Nya yang sholih. Bila diumpamakan pada unsur dalam diri manusia,
maka nafsu muthmainnah ini serupa unsur tanah. Ia senantiasa memberikan
kebermanfaatan bagi sekitarnya meski ia setiap saat diinjak-injak. Maka, semoga
amalan ibadah puasa tahun ini mampu mengubah nafsu amarah dan lawwamah menjadi
nafsu marhumah, bahkan sampai pada tingkatan nafsu muthmainnah sehingga Allah
begitu rela menyambut kehadiran kita di syurga-Nya.
Aamiin.
.
@muhamin25
| 27 Mei 2017