Kamis minggu lalu, 20 Mei 2021, saya bersilaturahmi ke rumah Ustaz Sya’roni. Beliau adalah kepala SMP Plus Arrahmat selama 12 tahun sejak 2009. Saya disambut dengan hangat. Maklum, sudah 4 tahun kami tidak bertemu. Momen Idulfitri 2017 terakhir kali saya ke rumah beliau. Alhamdulillah masih sehat dan bugar seperti harapan saya dan tentu banyak orang di sekitarnya.
Setelah basa-basi, kami langsung ngobrol soal pendidikan, terutama pesantren. Beliau mulai bercerita bagaimana perjuangan mengembangkan SMA Arrahmat yang setahu saya tahun ini adalah lulusan Angkatan kedua sejak didirikan pada 2017. Yang membuat saya berkali-kali takjub adalah kali ini semua santri SMA Arrahmat diterima di PTN. Alhamdulillah. Sebagai alumni tentu hal semacam ini adalah hal yang begitu menggembirakan.
Lantas, saya bercerita kalau ada beberapa santri yang melanjutkan jenjang menengah atas di lembaga tempat saya bekerja, Mahad Al Qalam MAN 2 Kota Malang. Sepintas, saya cek catatan pada gawai untuk mencari calon santri yang dimaksud. Salah satu santri yang diterima bernama Daelami. Ternyata ada empat santri yang diterima di Mahad Al Qalam. Beliau menceritakan karakteristik setiap santri dan saya berjanji untuk menyampaikan hal itu kepada pengasuhnya nanti.
Saya juga baru tahu kalau beliau masih punya kerabat dengan banyak orang dari Langitan, Tuban. Beberapa kyai disebutkan. Beliau juga bercerita kalau mulai ajaran baru nanti, 2021-2022, beliau tidak lagi menjadi kepala SMP Plus Arrahmat, tetapi menjadi wakil kepala SMP Plus Arrahmat. Ketuanya diambil oleh Ustaz Khoirul Azmi, sedangkan untuk pondoknya dipercayakan kepada Ustaz Kholilurrochman, kakak kelas saya semasa SMP dulu dan sekarang menjadi menantu anak Pak Bas, anak angkat Mbah Jas, pendiri Pondok Pesantren Modern Arrahmat.
Karena sudah tidak menjabat sebagai kepala SMP Plus Arrahmat, beliau memutuskan untuk melebarkan sayap ke SMP BAS (Bina Anak Sholeh) Tuban. Beliau termasuk Angkatan pertama yang mengajar dan mengembangkan SMP BAS tersebut ketika masih menjadi kepala SMP Plus Arrahmat beberapa waktu lalu. 5 hari beliau akan ada di SMP BAS Tuban, 2 hari sisanya di SMP Plus Arrahmat.
Kami pun bercerita soal alumni yang sudah berdiaspora di mana-mana. Mulai yang masih satu provinsi sampai yang sudah mendunia seperti di Korea Selatan, Italia, Jerman, Mesir, atau negara lainnya. Beliau berkeinginan untuk menuliskan sejarah hidup Arrahmat karena beliau termasuk yang paling awal dalam hal pengembangan Pondok Pesantren Modern Arrahmat. Sudah lebih kurang 18 tahun beliau mengajar di Arrahmat sejak 2003.
Saya pun mendukung rencana tersebut. Dengan hadirnya buku perjalanan Arrahmat sejak awal hingga hari ini, tentu harapannya mampu menginspirasi Lembaga lain untuk paling tidak tahu dan syukur bisa mengikuti jejak Arrahmat yang kata beberapa kalangan disebut sebagai sekolah ajaib dan unik.
Mengapa dikatakan seperti itu? Sebab dengan fasilitas seadanya, biaya SPP yang sangat terjangkau, tenaga kependidikan yang juga hanya beberapa orang, bahkan beberapa masih merangkap, tetapi Arrahmat mampu melahirkan lulusan yang kompeten dan mampu bersaing baik ranah regional, nasional, bahkan internasional.
Maka, tak heran bila Ustaz Sya’roni beberapa kali diundang oleh lembaga-lembaga Pendidikan untuk berbagi perihal Pendidikan pesantren. Mulai dari Al-Hikmah Batu, Al-Izzah, Ar-Rahmah, dan berbagai tempat lain. Saya pikir kalau di tiap lembaga tersebut diberi buku perjalanan Arrahmat, tentu akan sangat menarik dan semakin dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.
Yang saya salut adalah ketika beliau bercerita soal pejabat tinggi di Jakarta, mantan bagian humas Kemendikbud, yang kami yakin sangat paham lembaga pendidikan mana yang bagus dan tidak, memilih menyekolahkan anaknya di Arrahmat dan berkali-kali berterima kasih setelah anaknya lulus dari SMP Plus Arrahmat. Saya bilang ke beliau, ya begitulah jalannya. Mantan human Kemendikbud tadi dituntun oleh Allah untuk sampai di lembaga tempat Ustaz Sya’roni mengabdi.
Kami juga bercerita tentang apa sih yang menjadi kekurangan lembaga-lembaga pesantren, terutama yang modern seperti misalnya di lembaga tempat saya mengabdi sekarang. Saya katakan bahwa yang kurang adalah kehadiran figur yang ditiru, kedisiplinan, keikhlasan, dan kesatuan ide dan pelaksanaan antara yang di atas dan di bawah. Bilamana itu semua terpenuhi, insyaallah semua lembaga pendidikan akan jauh lebih baik dan sesuai harapan semua orang.
Begitulah percakapan kami yang cukup panjang dan lama, hampir 2 jam. Semoga segala harapan dan impian perihal pendidikan, terutama pendidikan pesantren terwujud nyata pada masa mendatang.