Kembali Ke Atas
Beranda
My Story
Masa kecilku yang bergitu indah
Unknown Unknown
Januari 26, 2014

Masa kecilku yang bergitu indah


       Masa kecil memang indah. Kemarin, di sore yang kelam, aku berbincang-bincang dengan ibu tercinta, juga adik keduaku. Kami berbincang dengan sangat seru mengenai masa kecilku. Ternyata, di masa kecilku, aku dilahirkan sebelum waktunya. Kala itu, di pertengahan bulan Ramadhan, karena ibuku dari pagi hingga hari hampir malam belum juga mampu melahirkanku, ibuku dirujuk ke RSUD Sosodoro Djatikoesoemo. Saat itu, aturan di rumah sakit tidak memperbolehkan pasien untuk didampingi kecuali pada jam jenguk. Untung saja, ada teman ibuku yang saat itu bekerja di rumah sakit tersebut yang membantu ibuku untuk mengurusi jabang bayi mungilku. Ketika urusan penaman memusingkan kedua orang tuaku, awalnya namaku hanya Muhammad, belum menjadi Muhammad Amin seperti sekarang. Kala itu, ayahku melaksanakan sholat Dhuha. Usai sholat dhuha ayahku mendapatkan semacam ilham untuk menamakanku Muhammad Amin yang berarti yang terpuji dan yang terpercaya. Saat itu juga, aku sebenarnya harus diinkubator karena berat badanku yang di bawah rata-rata. Tetapi ayahku tidak mau menandatangani perjanjian itu dan akhirnya aku dibawa pulang. Tak tahu bagaimana kedua orang tuaku bisa membayar biaya rumah sakit yang aku pun tak tahu berapa tepat rupiahnya. Keseharianku, ketika sore datang, aku dibawa Mas Andik -aku pun tak tahu siapa Mas Andik ini- yang selalu mengajakku dan menggendongku mengelilingi alun-alun Kota Bojonegoro. Menurut pengakuan ibuku, aku tidak diberi uang saku, sehingga terkadang orang-orang yang kasihan melihatku memberi sedikit jajan yang bisa kumakan. Ketika waktu semakin senja, aku dibawa ke STIT, tempat ibuku bekerja sampai sekarang untuk diberi ASI. Ketika malam menjelang, aku diberi makan cecek (kataku ketika meminta bakso) dan juga es degan. Pernah suatu kali, ketika umurku sudah tak kanak-kanak lagi, aku tersedak duri ikan, sampai-sampai aku menjerit kesakitan, untung saja urusan itu cepat teratasi. Pernah juga, aku sembelit sampai kesusahan buang air, tapi alhamdulillah lagi-lagi ayahku dengan cepat mengambil langkah cepat untuk mengatasinya. Pernah juga aku -karena masih kecil- terkena knalpot sepeda motor Yamaha Crypton yang kala itu masih baru dan baru saja dipanasi, lututku dengan tidak sengaja menempel di knalpot yang tentu sangat penas. Aku merintih kesakitan, dan ternyata bekasnya masih ada sampai usia remajaku sekarang ini. Peristiwa lainnya yang membahayakanku adalah ketika ibuku sedang menyetrika baju, aku dengan tidak sengaja terkena ujung setrika yang sedang panas-panasnya sehingga menyebabkan lengan kanan bawahku sampai ngecap sampai sekarang. Itulah serentetan peristiwa yang sedikit membahayakan jiwaku. Tapi disamping itu semua, aku sungguh sangat beruntung kala itu, walau orang tuaku hanya memiliki sepeda Yamaha Super Delux tahun 90-an, tapi sepeda motor itu telah membawaku berkeliling Bojonegoro. Aku mengunjungi tempat-tempat wisata, berfoto dengan merak indah yang sedang mengepakkan sayap indahnya, memberi makan kelelawar dan ikan-ikan kecil, melihat api abadi di Kahyangan api. Oh, ya aku juga masih ingat satu peristiwa yang terkadang mengusikku beberapa saat setelah aku berkunjung dari Kahyangan Api. Pernah, suatu saat, aku membeli kacang rebus pada seorang penjual yang katanya datang dari tempat yang jauh. Aku pun tak tahu dimana tepatnya, aku merasa sangat kasihan dengan nasib yang tidak seberuntung diriku. Aku sudah lupa tahun berapa aku bertemu dengan penjual itu. Aku juga sudah pernah mengunjungi tanjung kodok di masa kecilku. Aku membeli beberapa jajanan khas Lamongan, aku lupa namanya. Aku berfoto di pinggir Tanjung Kodok berlatar ombak yang sedang membuncah, membuat orang terpesona melihat ombak itu. Ehm, masa keci yang begitu indah. 
       Peristiwa lain yang sedikit menyedihkan adalah ketika aku harus melakukan gladi bersih ketika akan melaksanakan wisuda TPA Baiturrahman. Dengan mengendarai sepeda merah kecilku, aku dengan tertatih-tatih menuju Gedung Pemkab Bojonegoro. Carita lainnya, ketika aku sudah punya adik pertama, 'Iffah Khosyyatillah, aku ajak adik tercintaku, aku bonceng dia dengan sepeda merah kecilku, kami dengan sangat senang bermain dan membeli jajan di Bu siapa aku lupa, yang pasti jualannya di depan masjid Sumbang, yang kata ibuku, sekarang pemiliknya atau penjualnya sudah meninggal dunia. Ya, itulah sekelumit masa kecilku yang begitu indah. Mengingat memori masa lalu memang indah, maka dari itu, buatlah masa depan indah sebagai ganti masa kecilmu yang indah. 

Penulis blog

Terima kasih sudah berkunjung. :)